Chapter 14 : Antebellum

796 52 2
                                    

Chapter 14
Antebellum

Nathan

Seluruh tubuhku terasa sakit, terutama pada bagian dada dan pahaku, sekelilingku terlihat serba putih, ga ada apa – apa. kosong dan putih…. Ini di mana? Hal terakhir yang aku ingat adalah saat aku bertarung dengan Archie, aku berlari untuk menyelamatkan Kyle lalu aku terkena panah Archie di bahu dan kakiku… bodoh banget emang kalo dipikir – pikir tindakanku, aku kan bisa teleport, kenapa ga teleport aja tadi…. mungkin aku panik… apalagi abis liat Kyle dicium sama Archie emosiku ga karu – karuan jadinya… kalo aja aku teleport pasti aku ngga akan kena panahnya Archie…. Dan sekarang, apa mungkin aku udah mati?

Oh God no… please no… aku belom mau mati… masih terlalu banyak cewe – cewe cantik di Dalton yang belom aku pacarin…

“Nate….”

Dari kejauhan sayup – sayup aku dengar seperti ada seseorang yang memanggil namaku, suaranya sangat jauh tapi juga sangat dekat, aku kenal banget suara ini, tapi aku ngga inget.

“Nate! Nate!” kata suara dikejauhan itu memanggil – manggilku lagi, suaranya berat dan terdengar putus asa, kaya orang yang lagi nangis.

Suara siapa sih itu???

“Nateee!!!! Lo ga boleh mati Nate! Lo ga boleh mati!!!” teriak suara itu lagi, aku terus mencari darimana datengnya suara itu dan siapa yang memanggilku, tapi semua itu sia – sia, yang aku temukan cuma putih disekelilingku.

“Nathannnn!! Lo ga boleh mati!!! jangan tinggalin gw sendirian brengsek!!!” teriak suara tersebut, sekarang suara itu terdengar makin jelas, dari kejauhan aku ngeliat ada sebuah titik yang makin lama makin membesar dan membesar.

“Gio…” kataku berat dan serak ketika aku membuka mataku, samar – samar aku mulai bisa melihat muka Gio yang lagi dibanjirin air mata, begitu mataku terbuka sepenuhnya Gio langsung memelukku yang sedang terbaring dengan kencang, aku sampe hampir ga bisa napas gara – gara pelukan Gio kenceng banget. Tangisan Gio makin menjadi – jadi, dia terisak – isak.

“Bajingan! Brengsek! Don’t you ever dare… hiks… do that again! Hiks…You scarred the shit out of me! You jerk… Hiks… Shit head… Hiks… Asshole…. Hiks… Bajingan….. Hiks…” Kata gio sambil menangis dan terus memelukku, tangannya memukul – mukul dadaku dengan pelan. Aku lalu mengangkat tanganku dengan berat dan memeluk Gio balik, aku lalu mengusap – usap rambut pirangnya yang halus sambil tersenyum.

“Na…Nate… kamu ga papa…?” tanya Kyle yang mengintip dari belakang punggung Gio.

“Selain sesak nafas kayanya gw gapapa…” kataku becanda.

“So..sori Nate” Kata Gio sambil melepaskan pelukannya buru – buru. Dia kayanya sadar udah meluk aku kekencengan.

“Hahahha santai aja Gi gw becanda kok, lo mau peluk lama – lama juga gapapa hehhe” kataku sambil menarik tangan Gio untuk memelukku lagi.

“idiot!” kata Gio sambil ngejitak kepalaku lalu dia berdiri, aku pun lalu mencoba untuk berdiri, tapi seluruh badanku masih terasa nyeri jadi aku hanya berhasil duduk sambil memegang bahuku.

“Kamu tadi kena panah Nathan, ada satu panah yang bersarang di bahu dalem kamu, tadi keadaan kamu sempet kritis, panahnya hampir kena jantung kamu” Kata Pak Nino di sampingku, dia terlihat kelelahan, sekarang dia lagi menyembuhkan William, Muka William penuh dengan luka, kepalanya penuh dengan darah. Disebelah William ada Kyle yang terus memegang tangan William dengan khawatir. Dan diujung ruangan ada Pak Adam dan Bu Serina yang lagi ngomong serius sama kepala sekolah melalui sebuah layar transparan yang berasal dari sebuah bola Kristal yang berada di meja.

The AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang