duapuluhlima

2.5K 291 8
                                    



Happy reading!


•  •  •

Tangannya terkepal kuat melihat sebuah layar itu. Dia menghembuskan nafasnya kasar. "Ganti plan ke 2." Ujarnya.

"Lakukan semuanya besok." Lanjutnya lagi.

"Saya harap rencana kali ini kita berhasil."

"Baik tuan." Ucap salah satu bawahannya itu.

"Sekarang kalian keluar! Tinggalkan saya sendiri."

Setelah dirasa anak bawahannya pergi, matanya menatap sebuah foto. "Baik, ini yang kamu mau bukan. Tunggu hadiahku, ah aku tak sabar melihat bagaimana reaksimu, bocah ingusan."

Setelah acara cerita cerita dengan jaehyun semalam, siangnya Rose sudah diperbolehkan pulang. Dan kini mereka --jaehyun, jeno, jaemin, ryujin-- semua sibuk simpun simpun pakaian Rose.

Tadi Rose sudah menawarkan diri untuk membantu mereka namun dengan tegas mereka menolak. Karena katanya kondisinya baru saja sembuh.

"Kalian deluan aja ya, bunda mau ke toilet bentar." Ucap Rose.

"Ryujin temanin ya bun." Ucap Ryujin.

"Boleh, yuk." Ajak Rose.

Setelah Rose dan Ryujin pergi ke toilet. Mereka kembali melanjutkan kegiatan mereka.

"Ayah, ini aku taruh dimobil dulu ya." Ucap jeno yang dibalas anggukan jaehyun, tak lupa jaehyun memberi kunci mobil ke jeno.

Dan disinilah tersisa jaehyun dan jaemin, suasananya benar benar sangat canggung. Jaemin belum ada menyapanya hari ini, ntahlah apa anak ini masih tak menyukainya? Dia pun tak tau. Jaehyun sebenarnya penasaran alasan apa yang membuat jaemin terlihat seperti membencinya.

Ingin sekali jaehyun memeluk anaknya satu itu, tapi ntah kenapa rasanya jaemin terlalu susah untuk dicapai. Padahal jika melihat keakraban sikembar, mungkin orang lain akan mengira jika jaemin mudah untuk didekati. Tapi nyatanya dia sebagai ayah kandungnya pun sangat susah mendekati putra satunya itu.

"Ekhm." Deheman jaemin menyandarkan jaehyun dari dunianya.

"Om bisa gak pergi jauh jauh dari bunda saya?" Ucap jaemin yang kini sudah menatap datar jaehyun.

"Saya bingung, kenapa kamu seperti membenci saya banget?"

"Karena itu om."

"Itu gak masuk akal, apa yang udah saya lakukan? Apa saya udah ngelakuin kesalahan besar? Dan kamu tau kalo saya ini ayah kamu, saya tidak bisa menjauhi bunda kamu. Bertahun tahun saya mencari dia, dan kamu dengan gampangnya bilang buat jauhin. Gak! Saya gak bisa."

Jaemin mendengus sambil membuang mukanya agar tak bersitatap dengan jaehyun, "Karena saya gak mau bunda saya terluka karena om!"

"Terluka karena saya? Kapan saya ngelukain bunda kamu? Bahkan dalam niat pun itu tak pernah terlintas, bagaimana kamu bisa bilang seperti itu."

"Dengan ada--

BRAK

Ucapan jaemin terputus tatkala pintu dibuka dengan kasar oleh jeno, mereka bisa lihat bagaimana nafas tak beraturan dari jeno yang kini juga sedang menggendong ryujin.

"Astaga ryujin?! Jen, Ryujin kenapa?!!!" Tanya jaemin dan jaehyun panik yang langsung mendekati jeno.

"Bun, Ryujin senang banget. Akhirnya kita bisa lengkap lagi Sekarang." Ucap Ryujin yang kini sedang berjalan menuju toilet bersama bundanya.

"Ohya? Kalo ryujin senang, bunda juga senang." Ucap Rose tak lupa mengelus kepala putrinya.

"Iya bun! Ryujin gak sabar kita bisa kumpul rame rame. Jadi pengen cepat cepat pulang." Seru ryujin antusias, Rose hanya tersenyum melihat bagaimana putrinya itu antusias.

"Sebentar lagi keinginan kamu terwujud princess, maaf ya bunda baru ingat."

"Ih bunda, jangan minta maaf dong. Yang penting sekarang kita udah ngumpul lagi." Ujar Ryujin.

"Yaudah bentar ya, bunda masuk dulu. Kamu tunggu diluar aja." Ryujin hanya mengangguk sebagai balasannya.

Ntah kenapa lorong di dekat toilet ini sangat sepi sekali, Ryujin agak ngeri takut takut ada penampakan.

"Yok." Ucap Rose yang tiba tiba sudah berada didepan Ryujin. Membuat ryujin terkejut.

Ryujin mengelus dadanya yang kaget, "Bunda ih bikin kaget." Ujarnya sambil cemberut.

"Ih enggak, kamu aja itu yang melamun pasti. Melamunnya gak elite banget tempatnya, masa didepan toilet. Ntar kalo kesurupan gak lucu."

"Ih bunda jangan nakutin dong." Rengek ryujin sedangkan rose hanya tertawa melihat sang putrinya.

"Yaudah yuk, mereka pasti udah nung-Hmphtt."

Mulut kedua perempuan itu dibekap dari belakang oleh seseorang, membuat kesadaran mereka tiba tiba hilang.

"Ryujin aku temuin pingsan didepan toilet dan . . .

Jeno mengantung ucapannya setelah itu ia menghela nafasnya, "Bunda hilang."

Ting

Bersamaan dengan itu salah satu ponsel milik mereka berbunyi menandakan suatu notifikasi pesan.

Pria tua
Bagaimana kejutanku? Kuharap kau memberikan senyuman terbaikmu, bocah ingusan.

Spiel [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang