duapuluhdelapan

3.7K 328 11
                                    

Happy reading!




"Gak! Gak mungkin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gak! Gak mungkin." Ucap Rose dengan mimik kecewanya. Namun tak lama setelah itu tawanya menggelar disepanjang ruangan itu. Kontan saja membuat pria didepannya menatap bingung kearah.

"Anda berharap saya bilang seperti itu huh? Jangan harap. Anda pikir saya bodoh? Justru anda yang terlihat bodoh disini." Ucap Rose dengan senyum miring.

Plak

Suara tamparan terdengar begitu nyaring, dan benar saja saat Rose menoleh kearah pria tua itu, sudut bibirnya mengeluarkan darah bahkan pipinya saat ini memerah.

"Tutup mulut mu! Punya nyawa berapa kamu berani mengatai saya?!" Marah papa anna itu yang sayangnya malah dibalas suara tawa dari Rose.

Melihat balasan dari perempuan didepannya yang tampak sekali meremehkan dirinya. Membuat pria itu tak lagi bisa menahan amarahnya.

Dijambaknya rambut perempuan itu secara beruntal, beberapa kali ringisan keluar dari bibir perempuan itu. Bahkan dengan sengaja pria itu membuat kursi yang didudukinya oleng dan akhirnya ia jatuh dengan posisi kepala yang menyentuh lantai terlebih dahulu.

Sakit? YAIYALAH SAKIT DODOL MASIH PAKE NANYA LAGI.

Papa anna kembali membuat anna kembali terduduk dengan cara menarik rambut perempuan itu. "Ssshhh." Ringis perempuan itu.

"Sakit huh? Ini akibatnya kamu macam macam dengan saya." Rose hanya menatap sengit pria didepannya itu.

Keadaan Sekarang benar benar mengenaskan. Rambut yang sudah tak tertata rapi, sudut bibir yang mengeluarkan darah tak lupa dengan dahi yang kini juga mengeluarkan darah.

"Baik saya tak mau berlama lama lagi-----

"Saya kasih kamu dua pilihan, ikuti perintah saya dan kamu akan selamat atau ingin menemui ajalmu?" Lanjut papa anna.

Senyum miring terbit dibibir milik Rose, "Tentu saja sayang akan lebih memilih menemui ajal saya ketimbang saya harus menuruti kemauan pria haus uang seperti mu!" Seru Rose yang kini menatap sengit pria itu.

Pria itu mencoba untuk tenang menghadapi perempuan didepannya ini. "Oh begitu? Baiklah kau mau memakai pisau atau pistol?"

Perempuan itu terdiam, ada rasa takut dalam dirinya tapi ini lebih baik daripada ia harus hidup mengabdi ke laki laki didepannya.

Papa anna tersenyum miring tatkala melihat perempuan didepannya terdiam. "Kenapa takut huh? Atau berubah pikiran?"

"Tidak! Memangnya anda pikir anda tuhan yang bisa saya takutin? Oh tentu saja tidak-----

"Saya pilih pistol------

"Sepertinya akan menyenangkan ketika peluru itu menembak jantung saya." Ujar perempuan itu membalas senyum miring laki laki didepannya.

Spiel [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang