Chapter 9

806 10 0
                                    

Come on, Harry ! Come on !” menarik-narik tangan Harry yang sedang berjalan dengan perlahan, aku mulai merasa tidak sabar. Bersenandung dengan riang, aku melompat kecil ke arah bangku bandara berwarna merah yang nyaman, mempertahankan senyuman lebar di wajahku.

“Bagaimana kau bisa begitu bersemangat di pagi hari seperti ini? Aku bahkan belum dapat membuka mata.” Gumam Zayn dengan mengantuk, menguap begitu kata-kata tersebut terucap. Memutar mataku, aku melipat kedua tangan di hadapan dadaku.

“Kalian para laki-laki memang pemalas. Jam 8 kan tak begitu pagi.” Ucapku sambil menggelengkan kepala.

“Tetap saja aku mengantuk.” Zayn mengangkat bahunya dan mendudukkan dirinya di bangku tepat di sampingku. Mataku menangkap sosok Liam yang sedang menarik dua koper. Jaket abu-abunya memeluk tubuhnya dengan erat, hoodienya terpasang. Begitu melihat ke arah kedua koper yang ia bawa, aku terkesiap.

“Harry edward styles, aku kan menyuruhmu membawa koperku, bukannya Liam !” memarahi Harry sambil berkacak pinggang, aku menghadap ke arah tunanganku yang sedang menyandarkan kepalanya di pundak Louis. Rambut keritingnya jatuh di jaket Louis.

“Aku lelah, Sam.” Gumamnya dengan mengantuk, matanya terpejam dengan cepat. Louis yang sama mengantuknya menyandarkan kepalanya di atas kepala Harry, ikut tertidur.

“Aw mereka lucu sekali ya?” memekik dengan suara pelan, aku melompat kecil. Hey, jangan salahkan aku mereka begitu lucu. Larry Stylinson moment.

“Vyou shvould ve jvealous.” Suara Niall yang sedang mengunyah di samping kiriku membuatku memutar mata. Aku menengok ke arahnya, menaikkan kedua alisku.

“Vwhat?”

“Pertama-tama, kau memiliki saus tomat di dagumu dan seluruh wajahmu. Kedua, lain kali telan sebelum berbicara !” memarahi Niall, aku merogoh saputanganku di tas. Begitu aku melihat saputangan biruku, aku mengelap saus yang ada di dagu Niall, terkekeh begitu Niall memejamkan matanya seperti anak umur lima tahun.

“There. Semuanya sudah bersih sekarang.” Ucapku dengan bangga, tersenyum padanya.

“Thank you, sissy.” Menarik tubuhku untuk memeluk, Niall bergumam di pundakku. Aku tersenyum akan nama panggilannya, tahu dengan jelas ia hanya memanggilku begitu setiap aku membantu atau memperlakukannya seperti adikku sendiri. Well, Niall dan aku memiliki semacam hubungan persaudaraan yang lumayan erat.

“Jangan karena aku sedang tidur, kau kira bisa mengambil tunanganku Horan.” Suara Harry yang serak terdengar dari samping kami, membuat Niall terkekeh pelan.

“Ikuti gerakanku. Terkikik dengan genit begitu aku mencium pipimu.” Niall berbisik dengan jahil di telingaku, membuatku melakukan apa yang ia minta. Begitu bibirnya mencium pipiku dengan lembut, aku langsung mengeluarkan kikikan yang terdengar begitu genit.

“That’s it ! No touching my fiance !” Harry bangkit berdiri dari pelukan Louis dan berjalan ke arah kami. Wajahnya cemberut ke arahku, membuatku menahan tawa. Dengan sekali tarikan, ia menarik tubuhku ke arah tubuhnya dan memelukku dengan erat. Merasakan hangat tubuhnya yang membungkusku, aku menghembuskan nafas.

“Hey aku kan sedang bersenang-senang.” Memprotes dengan cemberut, Niall menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Harry menjulurkan lidahnya ke arah bocah pirang itu dengan kekanakan, membuatku tertawa. Menyandarkan diriku lebih jauh di dada Harry, aku memainkan ujung jaketnya dengan jariku.

“Kau tak mengantuk, babe?” tanya Harry, mengeratkan pelukannya pada tubuhku. Aku tersenyum begitu merasakan betapa hangat dan sempurnanya tubuh kami yang menyatu. Wangi cologne dan aftershave Harry mengisi seluruh penciumanku.

Moments of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang