Chapter 7

1.2K 10 0
                                    

(Chapter ini memiliki adegan dewasa.. Nanti kalau sudah dekat adegannya, akan diberitahu.. Bagi yang belum berumur 17 tahun, atau merasa tidak nyaman dengan adegan dewasa, mohon tidak membaca.. Penulis TIDAK bertanggung jawab dengan apa yang anda baca..)

“Bagaimana dengan yang ini? Kurasa akan bagus untuk dijadikan observasi kita.” Nicole menyerahkan selembar kertas usang ke arahku. Mengambil kertas tersebut, aku melarikan mataku ke kertas yang ia berikan dan mengerutkan kening.

“Kurasa lebih baik kita mengambil dari prospektif pemainnya, lalu kita terapkan di dunia nyata. Bagaimana dengan romeo and juliet?” Aku menyarankan, bangkit berdiri dan berjalan ke arah rak bukuku. Jari-jariku menyentuh buku-buku yang tertata rapi sebelum berhenti di buku dengan cover tebal berwarna kecoklatan.

“Kau ingin mengobservasi Romeo and Juliet lalu menerapkannya di dunia nyata? Kurasa itu ide yang cukup bagus. Aku akan menuliskannya.” Menganggukkan kepala dengan perlahan, Nicole mengetikkan segala materi yang kami butuhkan. Aku kembali terduduk, menghadap Nicole yang sedang menulis.

Aku dan Nicole sudah menjadi rekan project drama ini selama beberapa hari dan baru hari inilah kami dapat meluangkan waktu untuk mengerjakannya secara serius dan memilih tema yang tepat untuk observasi kami. Untungnya Nicole bersedia untuk mengerjakannya di rumahku, jadi aku tak perlu keluar rumah untuk menyelesaikan pekerjaanku.

Melirik ke arah Nicole yang mengetik di laptopnya, aku memperhatikan wajahnya. Rambut pirang terangnya di ikat secara berantakan, membuat beberapa helai rambutnya turun ke wajahnya. Mata birunya yang cemerlang sibuk menatap laptop dengan cekatan. Kuku-kukunya yang terawat mengetik dengan cepat. Aku juga tahu bahwa Nicole memiliki tubuh jenjang dengan dada yang dapat membuat laki-laki manapun tergoda. Pikiran itu membuatku mengerutkan kening.

“Dimana Harry?” Nicole bertanya, menyentakkanku dari pikiranku.

“Uhm.. sepertinya ia tadi pergi bersama the boys. Mereka akan kembali sebentar lagi.” Jawabku. Mataku melirik ke arah jam yang menunjukkan pukul 6 sore. Suara pintu yang terbanting terbuka membuatku melompat terkejut.

“Vas happeninnnnnn............?” Louis berteriak dari bawah, membuatku memutar mata.

“Hey ! That’s my words !” Zayn memprotes sebelum terdengar bunyi seseorang memukul kepala orang lain.

“Babe ?” Suara Harry yang maskulin terdengar dari bawah, memanggilku.

“Apakah ada makanan di kulkas?” Aku memutar mataku mendengar ini. Pasti Niall.

“Get in ! Ayo semuanya masuk dulu. Diluar udaranya cukup dingin. Come on. Come on.” Beranjak berdiri, aku mendengar suara Liam yang penuh wibawa. Aku berjalan keluar dari kamarku dan menuruni tangga.

“Hey guys.” Menyapa semuanya dengan singkat, aku menghampiri Harry.

“Hey baby.” Harry menghampiriku, menarikku ke dalam pelukannya dan mencium bibirku dengan singkat sebelum berjalan ke arah dapur. Menghembuskan nafas, aku duduk di sofa merah dengan kepala di tanganku.

“You okay?” Louis bertanya, merangkul pundakku.

“I don’t know.” Aku menjawab dengan jujur, tak merasa memiliki kekuatan untuk berbohong padanya.

“Kau perlu aku berbicara dengan boo bear? Aku bisa menjadi penasihat yang baik untuknya.”saran Louis dengan wajah serius. Aku tertawa dengan keras, menggelengkan kepalaku. Masalahnya adalah aku tak dapat membayangkan Louis menjadi seorang penasihat hubungan.

“No, it’s okay carrot. Aku baik-baik saja.”

“Okay then. Tapi jika kau butuh apapun, katakan saja pada carrot. Okay missy?” Louis mengangkat jarinya ke wajahku, menaikkan kedua alisnya. Aku menggigit jarinya, membuatnya berteriak kecil.

Moments of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang