1 👑

9.9K 609 14
                                    

Satu lagi malam yang dingin di Chosun, saat salju turun dengan lebat, angin dingin masuk dari cela-cela jendela yang terbuka. Malam yang gelap gulita tanpa pelita itulah yang diinginkan sang raja setiap malam. Seolah tak memperdulikan hal disekitarnya kala malam datang.

Seorang raja yang mendambakan seorang pewaris ditengah fisiknya yang kian lemah. Punya seorang ratu dan lima selir tak mampu menjadikannya seorang ayah, apakah ini sebuah dosa atau kutukan? Ia selalu bertanya-tanya dalam hati mungkin dikehidupan sebelumnya ia banyak menyakiti hati wanita hingga sang penguasa mengutuknya dengan penyakit keji seperti ini.

Ia tak bisa merasakan apapun saat bersama ratu ataupun selir-selirnya. Segala obat dan ramuan sudah ia minum namun tak ada hasil yang memuaskan. Negeri itu berjalan tanpa pewaris, sang raja mulai resah sudah dua tahun berlalu namun tak ada titik terang akan masalahnya, ibu suri mulai resah hingga datang ke seorang peramal hebat di Chosun.

"apa yang kau lihat?" tanya ibu suri dengan wajah tenang.

"aku melihat seorang pemuda yang memainkan pedang" jawab si peramal sembari menyebar butiran beras diatas meja.

"pemuda? Kau gila?! anakku seorang pria bagaimana bisa ia menikah dengan seorang pria juga?" ibu suri menggebrak meja si peramal kesal.

"diam! Aku belum selesai bicara, pemuda ini punya hal yang special dalam dirinya, percaya atau tidak, raja berjodoh dengannya" jelas si peramal.sembari merabai butiran beras diatas meja itu.

"lalu bagaimana jika mereka tak bertemu?" tanya ibu suri penasaran.

"itu tidak mungkin, takdir akan membawa mereka bertemu bagaimanapun caranya" si peramal tuna netra itu menatap nyalang ke arah ibu suri.

"eum...lalu, apa yang akan terjadi jika mereka bersama? apa Jungkook akan punya anak?"

"eum...ne, dia bisa punya banyak anak darinya tapi ingat pemuda ini sulit ditaklukkan"

"arghh...masa bodoh yang penting raja punya pewaris, tak peduli dia pria atau wanita akan ku cari dia sampai dapat" ibu suri bangun dari tempat duduknya melemparkan kantung berisi emas kepada si peramal tuna netra itu sebelum pergi.

Ibu suri berjalan terburu-buru dengan wajah sumringahnya begitu keluar dari kediaman si peramal.

"yang mulia bagaimana hasilnya?" tanya dayang Jang.

"anakku akan segera punya pewaris, dayang jang bilang pada pengawal han untuk mencari pemuda yang mahir bermain pedang, kumpulkan mereka semua di istana dua hari lagi" perintah ibu suri.

"baik yang mulia" dayang jang membungkuk sopan sembari mengekori ibu suri.

Untuk mengumpulkan seluruh ahli pedang bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan ibu suri, begitu mendengar pengumuman istana yang ditempel ditengah pasar dan diberbagai sudut kerumunan, para pemuda gagah ahli pedang berbondong-bondong menuju istana untuk mendaftarkan diri. Mereka semua tidak tau apa tujuan ibu suri mengumpulkan mereka semua diistana.


***



Dipelabuhan chosun seorang pemuda terlihat baru saja turun dari kapal, pemuda itu membawa gendongan dibelakang punggungnya yang tertutup kain.

"chunsunghamnida, eum...dimana rumah gisaeng paling terkenal dikota ini?" Taehyung bertanya pada salah satu ahjussi.

"eoh, rumah bordil? Dari sini lurus saja sampai kau lihat rumah paling besar dijalan ini" jelas ahjussi itu.

"khamsahamnida" Taehyung membungkuk sopan sebagai tanda terima kasih.

Pemuda itu lalu berjalan menyusuri jalan yang dimaksud ahjussi tadi, sesekali pemuda itu menatap ke langit sembari menghirup udara segar di Chosun. Tak disangka saat perjalanannya menuju rumah gisaeng ia melihat seorang pria tua sedang dianiaya oleh beberapa prajurit istana karena tak sanggup membayar upeti.

"saya mohon tuan, jangan ambil beras yang kami punya hanya itu yang hamba punya untuk makan" pinta pria tua dengan hanbok lusuh itu sembari bersujud.

"argh...persetan dengan itu, cepat bawa berasnya!" perintah prajurit itu pada rekannya.

Setelah perbincangan yang cukup alot tadi pada akhirnya mereka tetap membawa karung beras yang dimiliki pria tua itu sebagai upeti.

"tunggu" seru Taehyung dari luar kerumunan orang yang tengah menonton, aksi keji para prajurit istana itu.

"siapa kau?" tanya prajurit istana itu dengan wajah remeh.

"aku bukan siapa-siapa, ku dengar kalian menagih upeti pada pria tua yang malang itu?" Taehyung berjalan masuk kedalam pusat kerumunan.

"ne, jadi apa urusanmu nona manis ha..haha...ha..." ketiga prajurit itu tertawa terbahak-bahak.

"nona? Apa mata kalian buta?" Taehyung mengeluarkan pedangnya dan bersiap pada posisi kuda-kuda untuk menyerang.

"wah...pemuda berwajah cantik itu mencoba jadi jagoan ternyata" salah satu prajurit bersiap dengan kuda-kudanya.

"hahh...ani aku hanya ingin membayar upeti mereka" tiba-tiba Taehyung mengambil kantong dalam saku hanboknya.

"igeo, pergi dan jangan pernah kembali" Taehyung melemparkan sekantong uang yang ia miliki ke arah para prajurit istana.

"nah, kenapa tidak dari tadi, kau memilih pilihan yang tepat jadi kami tak perlu melukai wajah cantikmu itu, kajja kita tinggalkan mereka" ketiga prajurit itu berlalu setelah mendapat apa yang mereka inginkan tak lupa mereka juga mengembalikan karung beras yang mereka ambil.

"khamsahamnida, tuan" pria tua itu bersujud dihadapan Taehyung.

"eum...gwenchanayeo...gwenchana" Taehyung membantu pria tua itu bangun dari atas tanah.

Selesainya pertikaian tadi membuat para penonton kembali beraktifitas seperti sebelumnya.

"tuan saya harus membalas, budi baik anda, igeo saya hanya punya ini" pria tua itu memberikan gelang kepada Taehyung.

"wah...ini terlalu berlebihan, tapi aku akan menerimanya, khamsahamnida" Taehyung membungkuk sembari menerima gelang yang diberikan pria tua itu lalu berjalan pergi sebelum akhirnya pria tua itu mencegahnya.

"eumm...gelang ini punya kekuatan magis, dia bisa menyelamatkanmu dalam bahaya" jelas pria tua itu dengan wajah serius.

"benarkah? jika benar begitu kenapa gelang ini tak bisa menyelamatkanmu dari prajurit itu?" tanya Taehyung.

"kau salah gelang itu menyamatkanku dari mereka, buktinya kau datang menyelamatkanku bukan?"

"hah...eum...baiklah anggap saja benar, aku hargai pemberian darimu" Taehyung membungkuk sopan sebelum pergi meninggalkan pria tua itu seorang diri.


***


Dalam satu hari saja sudah terkumpul 20 orang ahli pedang yang hebat dinegeri ini, pengawal han merasa puas karena dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat.

"yang mulia, hamba sudah mengumpulkan mereka, ada 20 orang yang mendaftar ke istana, sebenarnya... kalau boleh saya tau ahli pedang seperti apa yang anda cari?" selidik pengawal han.

"20 orang? kau yakin sudah semuanya?" tanya ibu suri sembari berjalan santai menuju kediaman raja.

"ne yang mulia" pengawal han membungkuk sembari mengekori ibu suri.

"yang ku cari dari mereka adalah seorang cucu" jawab ibu suri pelan.

"cucu? Aaa...apa maksud anda yang mulia? Ha..hamba tidak mengerti?" pengawal han dibuat bingung oleh jawaban ibu suri.

"kau tidak perlu tau, yang pasti aku akan segera jadi nenek jika berhasil menemukannya" ibu suri menoleh menatap pengawal han yang menunduk sopan dibelakangnya.

Entah apa yang sedang ibu suri rencanakan, pengawal han benar-benar tidak paham dengan apa yang ibu suri bicarakan padanya.

Bukankah jika dia ingin seorang cucu,bukankah seharusnya ia mencari seorang selir? Tapi kenapa ia justru mencari ahli pedang? Apakah ia meminta ahli pedang itu menghamili selir lalu memberikan anak mereka pada ibu suri untuk diangkat sebagai anak?

Arghh...memikirkan hal rumit itu membuat kepalanya pusing, masa bodoh lah yang penting tugas selesai jadi ia bisa mendapat bonus dari hasil kerjanya yang bahkan tak mengeluarkan keringat begitu pikir pengawal han.


















To be continued...

PLAYING THE CROWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang