CHAPTER O6

387 68 11
                                    

Selama mata pelajaran kuliah berlangsung tadi, Winwin tidak bisa menangkap dengan baik apa yang dijelaskan oleh dosennya. Ia sibuk memikirkan kode berpacaran yang Yuta berikan 2 hari yang lalu, saat mereka berada di mall.

Ia kebanyakan melamun, bahkan ketika jam istirahat Winwin mengabaikan milk tea nya. Mungkin akan menjadi kabar bagus jika Yuta menetap disini, Winwin tidak akan ragu untuk memantapkan hatinya pada pria berdarah Jepang itu, dan menerima ketika Yuta melamarnya menjadi seorang kekasih.

Tapi yang menjadi masalah adalah, Yuta tidak menetap disini. Walaupun pria itu memang belum mengatakan hal banyak tentang dirinya, namun Winwin sangat yakin jika Yuta pasti akan kembali ke negara kelahirannya. Sedangkan ia tidak mau menjalani hubungan jarak jauh—atau bahasa gaulnya LDR.

"Kau melamunkan apa?" Itu Ten, suaranya berhasil membuyarkan lamunan Winwin. Ia duduk disamping Winwin seraya menawarkan cemilan pada temannya itu.

Winwin menghela nafas panjang, ia menoleh ke samping dan mengambil cemilan yang Ten tawarkan. "Sedang memikirkan Yuta." 

Hampir saja Ten tersedak ketika mendengar jawaban tak terduga dari temannya. Beberapa detik setelahnya sebuah senyuman jahil terbit di wajahnya, kata Winwin dirinya sedang memikirkan Yuta, itu berarti temannya itu mulai jatuh cinta pada Yuta. Dan ia yakin 90% sebentar lagi keduanya resmi berpacaran.

"Oh! Bisakah kau berhenti memasang wajah seperti itu?!" Bentak Winwin, ia mulai risih, senyuman itu membuatnya ingin berbuat kasar. Mendorong wajah Ten dengan satu tangannya.

"Tidak sebelum kau bercerita lebih banyak pengalamanmu saat bersama Yuta di mall." Jawab Ten dengan senyuman manis. 

Bolehkah Winwin menghapus Ten dari daftar pertemanannya sekarang? Temannya ini sangat menyebalkan, ia muak berteman dengan orang yang sifatnya seperti seorang wartawan—banyak tanya dan terlalu ingin tau. Tidak masalah jika setelah ia bercerita nanti yang bertanya akan puas, tapi masalahnya ini Ten!

Winwin yakin pria berdarah Thailand itu akan menghasutnya agar terjebak dalam pesona Yuta. Sekali lagi, ia tidak mau menjalani hubungan jarak jauh, ia dihantui oleh pikiran negatif tentang hal itu.

"Ayolah Winnie! Ceritakan padaku~" rengek Ten seperti anak kecil.

Lagi-lagi Winwin menghela nafas panjang. Ia akhirnya memilih untuk menceritakan semuanya pada Ten, karena jika tidak, Ten akan terus menerornya dengan pertanyaan yang sama. "Yuta memberiku kode berpacaran.."

"Aku tidak tau.. Apakah konteksnya bercanda atau tidak. Tapi yang jelas—sepupu Jaehyun itu berhasil membuatku kepikiran karena ucapannya!" Lanjut Winwin dengan setengah berteriak, ia lelah.

Entah Tuhan memang sedang memberinya cobaan seperti ini, atau dirinya saja yang terlalu serius menanggapi ucapan Yuta. Bisa saja Yuta seperti kebanyakan pria dengan status Top, yang selalu melontarkan kata-kata manis pada setiap bottom yang mereka temui.

"Kalau begitu tanyakan langsung pada Yuta." Ucap Ten dengan nada santai.

"Kau gila?! Aku tidak mau!" Setelah itu Winwin menyedot milk tea nya dengan sangat kasar. Ia tidak akan mau menanyakan hal itu pada Yuta, ini masalah harga diri.

Winwin terlalu gengsi bertemu Yuta hanya untuk menanyakan kejelasan apakah pria itu serius atau tidak. Jika jawabannya tidak dan Yuta langsung mentertawakannya, maka ia akan sangat malu, mau ditaruh dimana harga dirinya setelah itu?

Hal inilah yang membuat Ten gemas, dalam artian ia kesal melihat Winwin yang terlalu gengsi. "Dengar Winnie, kau akan rugi jika tidak bertanya langsung. Kau akan semakin dibuat kepikiran dengan ucapan Yuta." Ucap Ten serius, kali ini ia sedang tidak dalam mode bercanda.

Shut Up And Dance •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang