CHAPTER O8

307 56 6
                                    

Dada Winwin terasa sesak ketika melihat snapgram milik Yuta yang berisi tulisan 'menghabiskan waktu bersama sepupuku sebelum kembali ke Jepang'. Jelas Winwin merasa sedih, waktu berjalan sangat cepat, ia ingin Yuta berada lebih lama disini.

Winwin ingin membalas snapgram tersebut, tapi ia tidak mau terlalu terbawa suasana hanya karena mengucapkan perpisahan. Hari masih sangat pagi untuk menangis, ia juga tidak mau tiga teman monyetnya melihat dirinya dengan kedua mata yang sembab. Ia yakin mereka bertiga pasti akan mengejeknya.

"Oy!"

Winwin mematikan ponselnya dan menatap Kun yang tengah mendekatinya. "Tumben datang lebih awal." Ejeknya seraya melipat kedua tangannya ke dada. Karena biasanya, Kun selalu datang ketika langit sudah sangat terang.

"Itu tidak penting. Aku hanya ingin memberitaumu kalau Jaehyun sudah datang, dia sedang berada di taman bersama kekasihnya." Balas Kun tanpa memperdulikan ejekan yang Winwin lontarkan padanya.

Seketika wajah Winwin berubah masam. Ugh, ia benci jika harus bertemu Jaehyun disaat pria berdimples itu tengah bersama kekasihnya. "Kalau begitu nanti saja."

Kun tertawa pelan. "Apa kau takut menjadi nyamuk?"

Lebih dari itu! Oh astaga, Kun tidak tau saja betapa menyebalkannya jika seseorang sudah menjadi budak cinta, salah satunya adalah suka bermesraan tanpa melihat keadaan sekitar. Winwin juga berpikir jika yang dijadikan budak cinta—kekasih Jaehyun—Lee Taeyong, tidak akan rela kekasihnya bersama orang lain walau hanya sebentar saja.

Ya, dari dulu Winwin memang tidak pernah memandang positif para budak cinta, menurutnya itu terlalu berlebihan. Ia berharap jika takdir memang mempersatukannya dengan Yuta, pria berdarah Jepang itu tidak mengikuti jejak sepupunya.

"Apa mau aku temani?" Tanya Kun lagi setelah melihat betapa masamnya wajah Winwin.

"Aku bilang nanti saja. Untuk sekarang, biarkan mereka berpacaran dulu." Winwin tertawa pelan. Ia berpikir masih ada banyak waktu untuk berbicara dengan Jaehyun, terutama saat jam istirahat. Karena sekali lagi, ia tidak mau bertemu Jaehyun disaat sedang bersama kekasihnya.

Tapi berbeda dengan Kun, wajahnya mengeras, ia tidak suka melihat Winwin yang menyia-nyiakan kesempatan. "Bagaimana jika sampai malam nanti Jaehyun terus bersama kekasihnya? Apa kau akan terus menunda-nunda seperti ini?" Tanyanya sarkas.

Winwin mendengus. "Lalu aku harus bagaimana? Mengganggu momen mereka?!"

Oh! Ada satu hal yang terlupakan, Winwin juga tidak enak hati jika harus menganggu dua orang yang tengah berpacaran. Dan ia rasa bukan hanya dirinya yang seperti itu, sebagian besar orang didunia ini—khususnya para single, pasti merasakan hal yang sama seperti dirinya.

"Maka dari itu aku menawarkan diri untuk mengantarmu menemui Jaehyuunn!" Kun gemas, jika yang dihadapannya ini adalah Lucas atau Ten, maka ia tidak akan sesabar ini.

Pada akhirnya Winwin menerima tawaran Kun. Mereka berdua beranjak dari parkiran dan menuju taman kampus, dan bisa dilihat dari kejauhan jika Jaehyun tengah bersama kekasihnya. Sungguh, sesuai dugaan, Winwin dapat membaca raut tidak suka dari wajah Taeyong.

"Ada apa?" Tanya Jaehyun dengan alis mengerut.

"Winwin ingin mengobrol denganmu Jae, ini tentang sepupumu." Kun mengatakannya dengan sangat lancar, setelah itu ia pamit untuk terlebih dahulu memasuki kelas.

Winwin mengumpat dalam hati ketika Kun dengan santai meninggalkannya, lalu kembali mengarahkan pandangannya kearah Jaehyun. "Maaf kalau aku mengganggu kalian, tapi ini sangat penting bagiku. Tolong Jae, luangkan waktu sebentar untuk temanmu ini.."

Tanpa berpikir panjang Jaehyun menuruti ucapan Winwin, tentu ia harus meminta izin pada kekasihnya terlebih dahulu. Ya, untuk pertama kalinya Jaehyun memprioritaskan temannya, pria berdimples itu sepertinya sudah tau banyak tentang hubungan Winwin dan sepupunya.

"Jadi, kau ingin memulainya darimana?" Tanya Jaehyun seraya menoleh kearah Winwin, ia dan temannya ini memutuskan untuk berbicara di kelas saja.

"Sifat-sifatnya.. Maksudku.. Sifatnya pada semua wanita atau bottom saat masih di Jepang." Dan Winwin tidak akan ragu untuk menolak jika ternyata Yuta adalah seorang playboy kelas kakap.

"Aku tidak tau banyak tentang hal itu. Tapi seingatku—jika sekali Yuta mencintai seseorang, maka dia akan sulit berpaling dari orang itu." Jawab Jaehyun seadanya. Ia tidak berbohong, ia bisa melihatnya dari masa lalu sepupunya itu saat masih remaja.

Tentu hal ini membuat sebuah pertanyaan muncul di kepala Winwin. "Apa dia pernah mencintai seseorang sebelumnya?"

"Ya.. Tapi sayangnya ditolak, katanya tidak sesuai kriteria gadis itu." Jaehyun tertawa pelan.

Jika kriteria si gadis adalah wajah Yuta, maka Winwin akan memakinya dengan puluhan umpatan. Ia memang menganggap bahwa Yuta sangat tampan, itulah yang menjadi alasan ia menyukai pria berdarah Jepang itu. Dan tentang apa yang dikatakan Jaehyun tadi, Winwin mempercayainya.

"Dia sering membicarakanmu setelah aku pulang, dia benar-benar terlihat menyukaimu Winwin. Aku rasa Yuta akan memperlakukanmu lebih dari aku ke Taeyong saat menjadi kekasihnya nanti." Lanjut Jaehyun yang berhasil membuat alis Winwin mengerut dalam.

"Maksudmu lebih dari budak cinta?"

"Emm.. Y-ya."

Winwin mengerang kesal dalam hati, tidak ada kata positif baginya tentang budak cinta itu. Oh ayolah, mengapa takdir memberikannya pasangan seperti itu? Ia tidak suka diperlakukan sebagai seorang Ratu. Walaupun Yuta memang sulit berpaling nantinya, tapi tetap saja, ia tidak mau memiliki kekasih yang terlalu berlebihan mencintainya.

Sementara Jaehyun yang melihat perubahan wajah Winwin pun mengernyit. "Kau bersikap seakan kau tidak suka dengan budak cinta."

"Memang tidak! Itu terlalu berlebihan! Lagipula apa bagusnya dicintai berlebihan seperti itu?!" Winwin tidak sadar jika dirinya berbicara menggunakan nada membentak, hal ini sukses membuat beberapa orang-orang di kelas termasuk Kun menatap kearahnya.

Jaehyun mengendikkan bahu. "Tanya saja pada Taeyong."

Setelahnya Winwin menghela nafas panjang, ia berjalan kearah mejanya dengan langkah gontai. Jangankan Taeyong, berurusan dengan Jaehyun saja ia tidak mau. Ia tidak begitu akrab dengan pria berwajah androgini itu, kesan pertamanya pada Taeyong saja buruk.

Kembali Winwin mengusap wajahnya kasar, lalu memikirkan apa sisi positifnya memiliki kekasih yang menjadi budak cinta. Oh! Sepertinya ia baru saja menemukan sisi positifnya; ketakutannya akan diduakan oleh Yuta tidak akan terjadi.

Itu bagus, setidaknya sekarang Winwin tidak ragu lagi untuk menerima Yuta sebagai kekasihnya.

.

.

.

TBC

Shut Up And Dance •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang