13 Tentang Hyunjin

65 3 0
                                    

Waktu itu lagi liburan kelulusan jaman SD, aku sama Han di rumah lagi main ps. Lagi asik-asiknya main ps tiba-tiba bel rumah bunyi. Aku sama Han takut, karena kata mama nggak boleh sembarangan bukain pintu.

"Jin, gimana dong, belnya bunyi terus," kata Han cemas, aku sebenernya pengen bukain pintu, tapi ragu. "Coba aku liat di intercom yaa." kata Han sambil jalan terus menuju intercom  deket pintu.

"Siapa, Han?" tanyaku waktu Han ngeliatin layar di intercom
"Nggak tau, Jin. Cewek sama cowok, nih. Bukain aja?" tanya Han, aku berdiri nyamperin Han sama ngeliatin layar. 

"Eh ini Mas Brian, tetangga yang baru pindahan dari Sydney." kataku sambil bukain pintu.

"Halo, Mas." kataku sambil senyum, Mas Brian sama ada dua adiknya yang aku nggak tahu namanya siapa karena nggak pernah ketemu sejak Mas Brian pindah.

"Hyunjin, kenalin ini adik-adik aku mereka bakal ikut tinggal disini sama aku, namanya Bia," cewek yang namanya Bia pun memperkenalkan dirinya. "Hi, I'm Bia. Nice to meet you, Hyunjin." setelah berjabat tangan sama aku, cewek yang namanya Bia kenalan juga sama Han.

"Nah, yang ini si bontot, namanya Lucas." kata Mas Brian, waktu itu Lucas masih digendong sama Mas Brian.

"Papa sama Mama kemana, Jin?" tanya Mas Brian, sampai lupa kalau tujuan Mas Brian kesini mungkin nyari papa karena papa ketua lingkungan disini.

"Lagi pergi, Mas. Mungkin ntar malem dateng."


Malemnya, Mas Brian dateng lagi. Kali ini berdua doang sama Bia. Mas Brian sama papa lagi ngomongin kepindahan mereka, aku cuma dengerin sekilas karena aku asik main ps sama Han.

"Jin, ini ada Bia. Kamu temenin ya, nanti dia satu sekolah sama kamu." kata Mama sambil ngegandeng tangan Bia masuk ke kamarku.

"Bia, sini masuk." kata Han.
"Bia agak kagok bahasa Indonesianya, jadi pelan-pelan yaa ngomongnya." pesen Mama sebelum ninggalin kami.

Han yang punya rasa penasaran tinggi pun mulai nanya-nanya ke Bia.
"Bia, orangtua kamu real Australian?" tanya Han antusias. "No, they both Indonesian. Jadi tetap pakai bahasa Indonesia disana." kata Bia.

Aku tersenyum ngeliat tata bahasa Bia yang baku banget. Satu hal yang aku tahu, mata Bia cantik. Bola matany cokelat dengan bulu mata yang panjang dan lentik.

"Bia, kamu bakal satu sekolah yaa sama kita?" tanyaku, mata Bia yang cantik itu berbinar waktu jawab pertanyaanku. "Iya, apa nanti saya sekelas dengan kalian?" 
Han ketawa kalau denger bahasa Bia yang masih baku.

"Oh iya. My boyfriend is also study there, namanya Chris." Aku sama Han kaget, ini anak baru lulus SD udah punya pacar aja. "Boyfriend?" tanya Han.

"Bukan boyfriend, Bia." tiba-tiba Mas Brian nyusulin ke kamarku. "But, Chris bilang he is my boyfriend, Mas." Mas Brian senyum, "Boy space friend, not boyfriend." jelasnya lagi sambil ketawa.

Sejak hari itu aku sama Han jadi akrab sama Bia, selain karena kita satu komplek, di sekolah kita juga satu kelas. Bahkan aku sama Bia duduk sebangku sampe tingkat akhir. Dan selama sekolah itu akhirnya aku sama Han kenal sama kak Chris yang katanya temen Bia dari kecil. Ternyata kak Chris ini tnggal di komplek yang sama kayak kita. Kak Chris punya adik cewek namanya Yeji yang katanya mirip banget sama aku. Dasar aneh.

Bia lengket banget sama Kak Chris, mau di sekolah mau di rumah. Mungkin orang lain bakal ngeliat mereka kayak sodaraan karena kemana-mana nempel terus. Cuma waktu SMA mereka nggak satu sekolah. Tapi mereka tetep tiap hari ketemu. Mereka itu kayak ditakdirkan buat tumbuh besar bersama.

Waktu SMA aku sama Bia dan Han tetep satu sekolah, cuma beda gedung aja. Bia satu gedung sama Han. Aku pencar beda gedung sendiri. 

Suatu hari sekolah kita lagi ngadain upacara hari kemerdekaan, waktu itu Bia kepilih jadi pemandu paduan suara. Pake baju khas pasukan petugas upacara, bikin Bia terlihat makin cantik. Tiap ada cowok yang muji Bia pasti langsung aku jawab, "She is my very good friend."

Sejak saat itu aku sadar, aku suka sama Bia. Aku nggak mau orang lain ngeliat Bia seperti aku ngeliat Bia. She is very special to me. Bia adalah sesosok perempuan cantik yang bikin aku merasa nyaman kalau ngeliat dia. Setiap ada waktu luang aku selalu nyempetin ketemu Bia sama Han. Tiap pelajaran olahraga, tiap istirahat, tiap jam kosong, pasti aku bakal nyamperin mereka. 

Aku nggak berani bilang masalah peraaanku ke Han, apalagi waktu itu di ulang tahun Bia, Han sempet bilang ke aku kalau dia suka sama Bia. Tapi itu nggak lama, karena Han sadar dia cuma baper doang karena keseringan bareng. Hal itu nggak bikin aku pingin cerita tentang perasaan buat Bia sama Han. Aku cuma bisa memendam perasaanku buat Bia. Aku nggak mau kita bertiga terluka, aku nggak mau pertemanan ini rusak.

Karena sering ketemu Kak Chris waktu main sama Bia, aku sama Han juga makin akrab sama Kak Chris. Apalagi waktu kita tau kalau Kak Chris kerja paruh waktu jadi Dj di club malam. Kita makin happy karena bisa masuk club gratis.

Sama kayak waktu ulang tahun Han, Kak Chris mau traktir kita di club. Tanpa Bia, pastinya. Kata Kak Chris Bia nggak boleh ikut ke club kalau belum kuliah. Karena waktu itu kita udah SMA tingkat akhir dan Kak Chris udah masuk perguruan tinggi.

Kita bertiga cerita-cerita hal-hal konyol sampai hal serius. Sampai pada waktunya Kak Chris nanya, "Cita-cita kalian apa?"

"Aku, aku pengen punya studio rekaman." jawab Han, "Aku pengen punya sekolah dance." sahutku. "Kalau Kak Chris apa?" tanya Han.

"Aku pengen nikahin Bia."

Sejak saat itu aku sadar, lawan aku berat. Kak Chris.
Orang yang udah sama Bia selama seumur hidup. Yang tau Bia luar dalem.

Bia, begitu indah.

STAY : BANG CHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang