FFH || 03

27 10 4
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Aku memang membawa kesialan, maka dari itu, jangan mencoba untuk mendekat!"

***

Tita melangkahkan kakinya menuju kamar, dia merebahkan tubuhnya di atas kasur. Pandangannya mengarah pada langit-langit kamar sembari menerawang kejadian barusan yang membuat dirinya berpikir panjang.

Tok ... tok ...

Sebuah suara muncul dari luar pintu, ketukan itu berasal dari pintu kamarnya sendiri. Tita mengalih pandangannya ke arah pintu. Dia kembali bangkit dan berjalan untuk membukakan pintu untuk menemui sang pengetuk meski tetap menjaga jarak.

"Bibi, kenapa kesini?" Tita mengerutkan keningnya heran, dia benar-benar tidak suka, jika seseorang mendekati kamarnya. Bibi terlihat menunduk sejenak dengan wajah bingung menjelaskan apa.

"Ibu Nona menyuruhmu turun ke bawah," ucap Bi Siti memberi alasan.

"Ngapain?" Tita kembali bertanya, wajah terlihat mulai tidak suka. Dia sudah bersiap untuk menutup pintu kamarnya.

"Makan malam, Non," ucap Bi Siti menyampaikan maksudnya.

Tita semakin terlihat tidak suka, dia membuang wajah ke arah lain. Sudah berulang kali dia peringatkan bahwa dirinya tidak mau berdekatan dengan orang lain. Namun, orang tuanya tetep ingin berada di sampingnya. Tita tahu, setiap orang tua pasti ingin selalu dekat dengan anaknya. Terlebih, Tita adalah anak semata wayang. Namun, Tita tetaplah Tita, dia takut hal buruk terjadi pada orang yang berada di dekatnya.

"Aku tidak mau, dan aku gak akan pernah makan malam bersama kalian semua," ucap Tita masih enggan menatap ke arah Bibi. Tita tahu hal ini sangat tidak sopan. Namun, dia tidak tega jika harus menolak dengan melakukan kontak mata. Melihat wajah Bi Siti yang sedih dengan keadaannya juga membuatnya sedih. Dia menutupi semua ini dengan perilaku keras kepala dan pura-pura tidak peduli akan sekitar.

"Ayolah, Non. Setidaknya Nona turun ke bawah untuk menemaninya."

Bi Siti sedikit memohon. Tita mengembuskan napas gusar, dia kembali menatap ke arah Bibi yang tampak memandangnya. Raut wajah Bi Siti terlihat sendu. Tita sangat tidak suka itu. Akhirnya, dia mengalah dengan menuruti perintah orang tuanya untuk turun.

"Uh, baiklah. Aku akan turun," ucap Tita lalu berjalan menjauhi kamarnya. Bibi terlihat bernapas lega, karena anak majikannya mau mendekati mamanya.

"Tita akhirnya kamu mau kesini, ayo kita makan," ucap mama di meja makan sana, wajahnya terlihat sedikit cerah melihat kedatangan Tita.

Tita menggeleng, dia tidak berniat sama sekali untuk makan bersama orangtuanya. Dia sedikit tersenyum melihat binar bahagia di wajah mamanya. Namun, hal itu tidak diketahui oleh siapapun kecuali dirinya. Terbesit rasa bersalah dalam hatinya, tetapi egonya selalu lebih tinggi hingga dia tetap bersikeras untuk jauh dari siapapun.

Fear For Hurting√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang