Titania adalah gadis remaja yang malang. Ketidaksengajaan yang dia perbuat dulu membuat dirinya dirundung rasa takut. Perkataan orang yang menyebutnya 'pembawa sial' dibenarkannya hingga membuat dirinya tidak mau berdekatan dengan satu orang pun.
"A...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
"Tuhan memang pembuat skenario terbaik untuk semua umat-Nya."
***
Pagi yang cerah, matahari bersinar menyinari bumi yang masih diselimuti rasa kantuk. Tita membuka gorden jendelanya, sinar cahaya mentari muncul menyilaukan mata. Tita memicingkan mata sebentar sebelum cahaya itu berangsur lebih baik. Tita berjalan ke arah cermin besar di sudut dekat pintu, Tita menatap pantulan dirinya yang memakai seragam SMA. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman.
Tita berjalan keluar kamar, melangkahkan kakinya menuruni tangga demi tangga. Hingga Tita menemukan kedua orangtuanya yang sedang duduk meja makan sembari mengobrol. Tita melirik sebentar ke arah piring yang masih terlihat bersih mengkilap, mungkin mereka menunggu Tita. Tita berdeham pelan menyandarkan mereka.
"Heh ... Tita, ayo sini!" Mama terlihat tersenyum melihat kehadiran Tita di dekatnya.
Tita mengangguk canggung, dia mendudukkan dirinya di samping mamanya. Ya, hari ini dia tidak akan menghindari kedua orangtuanya. Tita akan mencoba berdekatan dengan mereka. Tidak, dia tidak ingin membuat mereka bersedih atas egonya sendiri.
Tita melihat mamanya mengambil secentong nasi lalu meletakkan ke piring yang telah tersedia di hadapannya. Rasanya kali ini Tita benar-benar merasakan kehangatan keluarga. Tidak ada rasa takut yang menyerangnya saat ini. Dia sangat bersyukur bisa keluar dari lubang trauma yang sangat menyiksanya selama ini.
"Mama senang Tita akhirnya berubah menjadi Tita yang dulu. Terima kasih, Nak. Tetaplah menjadi Tita yang seperti ini," ucap mama dengan tatapan dalam.
Tita tersenyum simpul tidak mampu berkata-kata. Tita mulai memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya. Papa Tita juga senang melihat anaknya kembali. Tidak ada lagi kata menghindar dan rasa takut. Semua sudah sirna, sekarang adalah waktu untuk kembali menjalin sebuah keluarga yang harmonis.
"Tita juga, Ma. Tita akan mencoba menjadi anak yang lebih baik," batin Tita.
***
Tita merebahkan kepalanya di meja. Wajahnya menghadap samping, jam telah menunjukkan bahwa sekarang adalah waktunya istirahat. Tita memejamkan mata, entah mengapa Tita merasa mengantuk sekali hari ini. Mungkin karena efek tidur Tita yang tidak teratur malam kemarin.
"Hei, kamu!" Sebuah suara muncul membuat Tita yang ingin memasuki mimpinya terganggu. Tita menegakkan kembali kepalanya, menatap siapa yang baru saja berteriak itu. Tita melihat seorang laki-laki tengah berjalan ke arahnya, laki-laki itu terlihat asing untuk Tita. Tita tidak mengenalnya, mungkinkah laki-laki itu memanggilnya? Tapi tujuannya apa?