FFH || ENDING

18 4 4
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Ini bukan akhir dari cerita hidupku, melainkan awal dari kisah yang akan kembali kuukir dengan kekuarga, sahabat, dan dia."

***

"Jadi?"

Tita menatap Amanda dengan penuh tanda tanya. Amanda terlihat mengusap dagunya seraya berpikir keras, Amanda terlihat bingung ingin memulainya dari mana. Kali ini bukan karena apa-apa, tapi cuma keinginan tau yang dalam diri Tita menyebabkan beberapa muncul di benaknya.

Tita cuma bingung, kenapa setelah kejadian waktu kecil itu Dea sendiri memutuskan mencari keberadaan Tita sendiri. Padahal Tita mencampakkan Dea. Dea benar-benar merasa berdosa sekali melakukan hal sungguh keterlaluan seperti itu. Amanda menceritakan semua peristiwa masa lalu yang dialaminya.

Satu hari setelah jatuhnya Dea di kolam. Hari itu, hari yang aneh menurut Dea. Pasalnya Tita akan menunggu dirinya di taman tempat biasa mereka bermain, tetapi sudah satu jam berlalu. Tita tidak muncul di hadapannya, Dea bingung harus bagaimana. Tidak biasanya Tita telat datang ataupun melupakan jadwal pertemuan mereka seperti biasa. Mungkin Dea harus pulang sebentar ke rumah dan memakai jaket yang mungkin bisa menghangatkan dirinya di hari yang dingin saat ini.


"Dea!" Suara yang tidak asing menurut Dea terdengar. Dea menoleh dan melihat mamanya berdiri tak jauh darinya. Dea mendekat ke arah mamanya, selayak anak kecil dengan wajah polos menatap mamanya yang juga tengah menatap dirinya.

"Dea mau kemana di hari yang dingin ini?" tanya mama dengan suara lembut. Tidak mungkin mamanya bersikap garang kepada sang anak satu-satunya itu.

"Dea mau ke rumah Tita, Ma, Dea mau main," ucap Dea dengan suara anak kecil yang khas mengimutkan. Mama menggeleng cepat, dia menarik pergelangan tangan Dea untuk kembali ke dalam kamar.

"Lepaskan Dea, Ma. Dea mau main sama Tita," ucap Dea memberontak dari tarikan mamanya.

"Tidak boleh Dea, Tita itu anak pembawa sial, Mama nggak mau kamu terkena nasib sial lagi. Cukup malam itu saja Dea, Mama nggak mau kehilangan kamu," tegas mama dengan tatapan tajam.

Dea menangis melihat mamanya yang terlihat menyeramkan tidak biasanya, "Mama jahat, Tita nggak mungkin jahat sama Dea. Mama salah, Dea harus ketemu Tita!" pekik Dea tertahan di hadapan mamanya.

Mama terdiam sebentar namun beberapa detik kemudian dia mengangkat Dea layaknya karung beras yang rangkul di bahu. Dea tidak bisa berbuat apa, dia hanya bisa memberontak dalam kukungan orangtuanya.

Fear For Hurting√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang