FFH || 06

17 5 9
                                        

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Deganmu membuat debaran jantungku tak menentu."

***

Titania mendudukkan dirinya di tepi lapangan, kakinya terlipat seperti posisi orang yang berjongkok namun pinggulnya masih menginjak tanah. Tita menyandarkan dagunya di atas lutut, tangannya terulur memeluk bagian betis. Tita menatap rerumputan yang ada di bawah kakinya. Suara helaan napas terdengar gusar, wajahnya tampak tidak bersemangat sama sekali mungkin ada masalah yang menghantuinya.

Angin sepoi-sepoi seolah ikut menemani kesendirian Tita, tidak ada seseorang yang mau menemani Tita kali ini. Amanda? Humm ... Tita juga tidak tau kemana dia sekarang, mungkin dia sedang asik bermain dengan teman yang lain. Yaampun, kenapa Tita memikirkan Amanda juga. Lagi pula Tita bukan siapa Amanda, seharusnya  Tita menyadari bahwa dia mulai menyukai kehadiran Amanda di sisinya.

Tidak, jangan berpikir Tita sedang membolos. Kali ini sedang ada jadwal olahraga di lapangan, jadi murid bebas bermain apa namun jangan menyimpang dari kawasan tema olahraga. Sementara murid perempuan lebih suka nongkrong di kantin ataupun di kelas, apalagi kalau bukan acara gibah.

"Aku mau mengajak Tita, Mas." Sebuah suara memasuki pendengaran Tita, Tita yang baru saja ingin ke dapur menghentikan langkahnya. Tita bersembunyi di balik dinding pembatas antara ruang tamu dan ruang keluarga.

"Tidak bisa Tika, Tita akan menolak semua itu. Lebih baik kita pergi berdua."

"Tita pasti mau Mas, buktinya kemarin ini dia mau menemaniku makan malam."

"Kamu tidak bisakah mendengarkan penjelasanku, Tita tidak akan mau, seharusnya kamu menyadari itu Tika. Tita bukanlah gadis seperti dulu lagi, sekarang ataupun nanti dia telah berubah. Aku sudah lelah menghadapi sikapnya yang berlebihan itu Tika, jadi terserah kamu mau apa."

"Iya, aku tau itu tapi aku percaya nantinya Tita pasti akan berubah lebih baik lagi. Tita juga tidak mau memiliki trauma itu, tapi semua tidak bisa dicegah. Kamu tidak pernah mengerti perasaan Tita, mas."

"Tita juga tidak pernah mengerti perasaan kita."

Tita menutup telinganya sembari memejamkan matanya rapat-rapat, sampai-sampai Tita ikut melakukan di dunia nyata. Tita benar-benar manusia pembawa sial, sampai-sampai mama dan papanya berkelahi tadi malam. Tita harus bagaimana? Tita tidak tau harus berbuat apa, rasanya Tita ingin menghilang saja dari dunia ini. Tita benar-benar takut, jika dirinya membuat orang lain terluka.

Puk ...

Sebuah tepukan di bahu kanannya membuat Tita tersentak dari lamunannya. Tita melihat seorang laki-laki yang ditemuinya kemarin, buru-buru mengelap air mata yang sedikit mengalir di sudut matanya. Tita bangkit  menghindar dari laki-laki itu, tetapi sebuah cekalan tangan di berikan laki-laki itu. Tita terkejut, dia sudah mencoba melepaskan cekalan itu namun tidak berhasil. Rautnya bercampur aduk dengan panik juga datar.

Fear For Hurting√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang