'Sebagian hal berjalan dengan semestinya. Sebagian yang lain berjalan sebaliknya. Sebab seperti itulah semesta sejatinya bekerja.'

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

Bel pulang sekolah berbunyi, membuat murid-murid yang sedari tadi terkantuk dan bosan mendengar penjelasan Pak Subroto mengenai sejarah Indonesia langsung segar kembali dan membereskan buku-bukunya tanpa disuruh. Tak terkecuali Jade. Dia terlihat buru-buru seperti hendak pergi ke suatu tempat. Namun, sedetik berikutnya dia menghentikan gerakannya seolah teringat sesuatu.

Jade terdiam di bangkunya saat teman-temannya sudah meninggalkan ruang kelas. Ia mengerucutkan bibir kecewa. Ini weekend, waktunya ia jalan-jalan bersama Axelle. Ya, seharusnya begitu. Tentu sebelum kejadian nahas itu menimpa.

Sebenarnya Jade tak suka mengingat kejadian tersebut. Ia benci weekend. Namun, hanya di saat-saat seperti inilah ia bisa bersantai tanpa ada larangan dari papanya. Ia bisa melakukan hal yang dia suka sepuas mungkin. Dan yang membuat hal itu menyenangkan adalah karena adanya Axelle. Bahkan Ahmad, sopirnya itu sudah terbiasa menjemput Jade jika sudah menjelang sore. Pria paruh baya itu tidak akan melaporkan apa pun pada sang papa meski tahu apa yang telah dia lakukan bersama Axelle. Intinya, Pak Ahmad lumayan bisa diajak kompromi, dan Jade menyukai fakta tersebut.

Berkali-kali napas Jade dihela kasar. Dia bakal bosan kalau tidak melakukan apa pun. Akhirnya, setelah memutuskan, Jade merogoh tas, membuka ponselnya. Mengetikkan sesuatu di sana lalu mengirim pesan ke nomor Tara. Siapa tahu dia bisa melakukan sesuatu yang menyenangkan dengan lelaki tersebut untuk membunuh waktu.

Jade : Kamu udah pulang?

Tara yang baru saja selesai mengganti baju segera mengalihkan atensi pada layar ponsel yang menyala. Dia sedang bersiap-siap mengikuti ekstrakurikuler karate sehabis pulang sekolah. Melihat nama Jade samar-samar, dia cepat-cepat meraih benda pipih tersebut. Bibirnya segera mengulas senyum lebar begitu melihat pesan yang dikirim Jade. Dia menyempatkan membalas pesan tersebut sebelum berlari ke lapangan.

Tara : Di lapangan. Karate.

Lelaki itu segera memasukkan ponselnya ke dalam tas, lalu berlari menuju barisan, bergabung dengan yang lain. Ekstrakurikuler akan dimulai sebentar lagi  karena pelatih sudah datang.

Jade membaca pesan Tara. Senyumnya merekah tanpa sadar. Akhirnya, dia mempunyai agenda kecil untuk menghabiskan waktu sebelum benar-benar pulang. Ia bergegas ke kantin, membeli sebotol air mineral dingin.

Sampai di lapangan, Jade mengambil duduk di bagian pinggir. Di sini sudah ramai. Sepertinya, ekstrakurikuler sudah dimulai sejak tadi. Ada segelintir siswa yang masih tinggal dan menyaksikan di bibir lapangan. Beberapa baris orang mengenakan seragam karate sambil meneriakkan suatu kata dalam Bahasa Jepang dengan lantang. Jade tidak mengerti artinya. Dari barisan kedua, dia bisa melihat Tara mengikuti gerakan dengan air muka serius.

Written in the StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang