- 2

19 6 22
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi sejak 3 menit yang lalu, Amba berjalan menuju kantin seorang diri.

Akibat menjalankan hukuman dari bu Santi, jadilah Amba berdiri di depan kelas hingga bel istirahat berbunyi.

Iya, Amba sudah terlambat, tidak mengerjakan pr, dan tidak memakai atribut sekolah.
Harus diakui, hari ini adalah hari paling melelahkan bagi Amba.

Amba menjatuhkan tubuhnya dikursi kantin, yang kebetulan masih ada sisa satu meja lagi. Kedua tangannya bergerak mengipas-ngipasi wajahnya yang penuh dengan keringat itu.

Ternyata berdiri didepan kelas selama satu jam setengah itu sangat melelahkan, mengingat ia harus mengangkat satu kakinya keatas.

"Hai Ba," suara yang berasal dari samping kirinya, langsung membuat Amba mendongak.

Mendapati Dicko yang berdiri disamping nya sambil tersenyum manis.

"Hai" ucap Amba sembari tersenyum

Dicko langsung menggeser kursi disebelah Amba, dan duduk disana.

"Kamu pasti telat lagi ya?" tanya Dicko membuka percakapan, matanya menatap Amba yang sedang yang sibuk mengipas-ngipaskan dirinya menggunakan tangan.

Kepala Amba mengangguk dengan sendirinya, menjawab pertanyaan yang Dicko berikan.

"Ko bisa?"

"Iya, aku telat bangun lagi soalnya"

Kening Dicko berkerut, "Bukannya aku tadi udah telfon kamu? Aku nyuruh kamu buat bangun jam setengah enam, inget ga?"

"Iyaaa, aku tidur lagi abis kamu telfon" jawab Amba santai

Dicko menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, mengingat salah satu kebiasaan pacar nya ini.

"Makannya kalo malem tuh gausah begadang Baba"

"Ish, aku ga begadang tau" ucap Amba membantah perkataan Dicko

"Yaudah, lain kali jangan susah-susah bangun nya" ingat Dicko sambil mengacak-ngacak rambut panjang Amba pelan.

Hal itu langsung membuat Amba memanyunkan bibir nya kesal, Dicko itu selalu saja mengacak-ngacak rambutnya seperti ini.

"Jagan di berantakin lagi dong Ko" tangan Amba bergerak merapihkan rambutnya yang berantakan oleh ulah Dicko.

Dicko yang melihat hal itu hanya terkekeh pelan, baginya melihat Amba memanyunkan bibir nya dengan muka kesal itu sangat menyenangkan.

"Gausah cemberut gitu dong Ba, nnti aku cubit nih idungnya"

"Ih, jahat banget si"

Dicko tertawa, matanya menatap ke sekitar kantin yang sudah semakin penuh oleh para murid yang ingin melepaskan rasa lelahnya.

"Kamu laper ga?" tanya Dicko pada Amba, yang belum selesai membereskan rambutnya.

"Laper" jawabnya singkat

"Yaudah, kamu mau makan apa?"

"Aku mau batagor mang Udin aja sama es teh manis"

"Tunggu disini ya, aku beli dulu" ucap Dicko yang langsung bangkit dari duduknya, membeli makanan untuk Amba.

Tak lama Dicko pergi, ia mendengar bisikan-bisikan yang tidak mengenakan dari para murid yang ada di kantin.

"Kok Dicko mau ya jadian sama Amba?"

"Amba tuh gapantes sama Dicko, pantesnya sama gue"

"Sumpah ya, Dicko sama Amba tu gacocok banget"

"Beda 180° banget ga si mereka berdua?"

Amba hanya menghembuskan nafas beratnya, kalimat-kalimat seperti itu sudah sering sekali Amba dengar.

Tapi, Amba tidak peduli dengan apa yang mereka katakan. Amba hanya menganggap itu semua angin lalu.

Entah mengapa Dicko bisa bertahan selama ini dengan Amba.

Menurutnya dia ini hanya cewek biasa saja, yang tidak sebanding dengan cewek-cewek yang menyukai Dicko.

"Ngelamun aja" ucap Dicko yang membuat Amba tersadar dari lamunannya

Amba tersenyum kecil, "Iya dong, kan aku ngelamunin kamu" gombal Amba sambil menempelkan jari telunjuk nya di hidung Dicko.

"Gausah dilamunin terus kali Ba, aku tau kok kalo aku ganteng" jawabnya pede

Amba mendengus "Kamu itu jelek, gantengan juga Harvy"

"Kamu belum tau aja, Harvy itu kakak aku"

"Mana ada adek Harvy bentukannya kaya gini" ejek Amba

"Yeh si Amba, nyebelin ya kamu sekarang" ucap Dicko, tangannya bergerak menyuapi Amba.

"Kooooo" panggil Amba sambil menerima batagor dari Dicko

"Apa Baba?"

"Makasih ya," ucap Amba sembari tersenyum

"Makasih buat apa?" tanya nya bingung

"Buat semuanya, buat delapan bulan terakhir ini"



Tbc

AmbasitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang