Sekarang Amba dan Dicko sudah berada di ruang UKS, cowok itu sedang mengobati luka-luka Amba.
Mulai dari sudut bibirnya yang robek, pelipisnya yang masih sedikit mengeluarkan darah, juga di lingkarang biru dibagian pipi nya.
Keduanya masih belum berbicara, Dicko yang sibuk mengobati luka Amba, sedangkan Amba sibuk memandangi wajah Dicko yang tengah serius itu.
"Koo" panggil Amba ketika merasa Dicko sudah selesai dengan aktivitasnya.
Dicko tidak menjawab, ia memilih untuk membereskan peralatan P3K yang tadi ia gunakan.
"Koo, aku bisa jelasin shh" ucap Amba sambil meringis, bibirnya terasa sangat perih.
Tangan Amba bergerak memegang sudut bibirnya, menekannya pelan.
Melihat hal itu Dicko langsung mengalihkan pandangannya, sebelah tangannya bergerak membuang kain kasa bekas betadine dan revanol itu ke tempat sampah.
"Jangan banyak ngomong dulu, ntar lukanya makin gede" ucap Dicko dingin
"Aku perlu jelasin ke kamu Ko" memang, sudah 15 menit Dicko mengobati luka Amba. Tapi Amba belum sempat menjelaskan sesuatu.
"Gak ada yang perlu kamu jelasin lagi" ucap Dicko pelan, ia menjatuhkan tubuhnya di tepi ranjang disamping Amba. "Aku percaya sama kamu"
"Kamu mending masuk kelas aja deh Ko"
"Ninggalin kamu sendirian disini gitu?" tanya Dicko pada Amba.
"Cukup aku aja yang di cap jelek, kamu jangan sampe" kata Amba sambil menatap Dicko
"Jangan ngerendahin diri kamu gitu dong Ba" ucap Dicko, ketika kebiasaan Amba muncul, kebiasaan merendahkan dirinya sendiri ataupun membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.
"Kan emang udah kenyataannya gitu" jawab Amba singkat.
"Kamu bisa narik omongan orang-orang itu ga?"
"Gimana caranya?"
"Berubah Ba, berubah jadi anak yang lebih baik lagi" ucap Dicko, cowok itu menoleh membentuk senyum manis yang sangat Amba sukai.
"Aku pengennya berubah jadi Batman aja, gimana dong?" tanya Amba sambil menyandarkan kepalanya di bahu Dicko.
"Gaboleh dong, kamu bolehnya berubah jadi ibu dari anak-anak aku aja"
Dan detik berikutnya mereka berdua tertawa, menertawakan gombalan yang Dicko ucapkan. Tidak bisa dipungkiri Amba merasa ada ratusan kupu-kupu menggelitik di perutnya.
Rasanya masih sama, saat pertama kali Dicko menyatakan perasaannya pada Amba.
"Udahan ah, sakit bibir akunya" ucap Amba pelan.
"Makannya gausah sok jadi pahlawan deh Baba" dengus Dicko sambil menarik ujung rambut Amba gemas.
Itu membuat Amba meringis, lalu memukul bahu Dicko kesal.
"Masuk kelas gih sana" perintah Amba, lalu mengangkat wajahnya dari bahu Dicko.
Dicko memang bolos pelajaran karena tadi sibuk mengobati Amba.
"Gamau, tanggung setengah jam lagi istirahat"
"Masuk ke kelas Dickooo"
"Ga, gamau pokonya aku mau disini temenin kamu. Sekali-sekali aku bolos gapapa kan?" ucap Dicko santai, lalu merebahkan dirinya diranjang UKS.
Amba menggeleng keras. Prinsipnya, cukup dirinya saja yang nakal. Untuk Dicko, dilarang keras.
"Dih, gaboleh lah. Cepetan masuk sana ih" rengek Amba sambil menarik tangan Dicko untuk bangkit dari ranjang tersebut.
Dicko menggeleng, malah semakin memejamkan matanya seakan-akan menikmati tidurnya.
"Ga, aku ga mau"
"Cepetan Dick—" ucapan Amba terpotong ketika Dicko langsung menarik Amba kedalam pelukannya.
Amba terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya berteriak "AAAAAA DICKOOOO, LEPASIN ATAU GUE GAMPAR LOO!"
Dan respon Dicko hanya tertawa, Dicko malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Dicko, gila ya lo? Gue sesek nafas Dickoooo" ucap Amba memukul dada bidang Dicko yang ada dibawahnya.
Dicko akhirnya melepaskan pelukannya, kemudian membantu Amba untuk duduk.
"Makannya kalo punya muka gausah gemesin"
"Lah kamu kemana aja? Emang muka aku udah gemesin dari lahir kali" ucap Amba pd sambil merapihkam rambutnya yang berantakan.
"Yaelah, mulai deh pd nya muncul"
"Biarin" ucap Amba sambil memeletkan lidahnya. "Masuk kelas sana Koo"
"Kamu sendirian gapapa emang?" tanya Dicko.
"Gapapa, nanti aku juga masuk kelas kok"
Kepala Dicko akhirnya mengangguk, menuruti perkataan Amba. "Aku ke kelas dulu ya Baba" ucap Dicko sebelum meraih tas yang ada diatas nakas dan berjalan keluar dari UKS.
Amba mengangguk, memandang punggung Dicko yang kian mengangguk.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambasit
Teen FictionIni cerita tentang Amba Praduwija. Follow dulu yuk, sebelum baca! ||•Maap jika ada kesamaan tokoh,tempat,alur cerita dan sebagainya,mungkin hanya kebetulan.