Sunwoo Eric dan juga Bomin makin terpojok dengan pak Doy yang terus mendekat sambil memegang pipa besi dengan ekspresi menyeramkan.
Mereka benar benar terpojok sekarang.
"ck bisa bisanya saya kemakan omong kosong kamu Eric. Untung cepet sadar."
"ish Ric emang tadi alesan lo appan? Ini pak Doy kenapa cepet banget sadarnya!"
"yah tadi gw bilang pak Doy dipanggil bu Sejeong. Gw kira si bapak bisa gitu lebih lama sadarnya, kan pak Doy naksir bu Seje."
Plak
Satu geplakan cepat melayang ke kepala Eric. "ish bego! Bu Sejeong kan guru magang! Ya dia udah gak ngajar lagi samsul!!"
Eric memegangi kepalanya yang kena geplak. Nggak sakit si cuman malu aja ternyata rencananya meleset.
Pak Doyoung yang merasa kesal di dicuekin malah memukul pipa besi itu ke sebuah meja bekas. Biar rame katanya, abis anyep banget suasanaya.
"EH! Ini kenapa saya malah kena kacang?! Eric.. coba laptop nya kasih ke bapak ya?" pak Doy dengan nada seram, nanarnya menatap Eric tajam serta memberikan senyum, dan juga pipia itu masih ditodongkan ke mereka. Anjir bayangin serem su.
Sunwoo dan Bomin sama sama mengode Eric untuk memberikanya agar dapat menjamin nyawa ketiga remaja itu. Dengan terpaksa Eric pun memberikanya.
"BOMIN!!"
Teriak seseorang dari belakang menarik perhatain pak Doy.
"s-soobin? Ap-"
Brak!
Pak Doy yang lengah mendapatkan pukulan dikepala dengan balok kayu oleh Xion secara tiba tiba yang membuatnya pingsan.
"ini kan laptopnya?"
Xion dengan kalem mengambil laptop putih didekat gurunya lalu ia duduk lesehan dan membuka laptopnya.
"y-yon? Ini pak Doy-"
"tenang kayunya gak terlalu tebel. Gak bakal mati kok, tapi kalo geger otak belom tau dah." Kata Xion yang tertawa di akhir kalimatnya. Ini ketawa bercanda ya, bukan ketawa serem.
"Bomin lo gak papa?"
Soobin dengan panik menghampiri dan memastikan kalau Bomin benar benar baik baik saja.
"santai. Lebay lo Bin"
"bin please ya, yang ditodong pipa sama pak Doy bukan Bomin doang. Ini kita berdua juga kena!" protes Eric.
"dih kalo lo dua yang kena ikhlas gw. Apa lagi lo ric, bersyukur gw." Eric yang denger langsung pen ngejitak Soobin, tapi gak nyampe.
"yon lo nemu sesuatu?" tanya Sunwoo menghampiri Xion yang terlihat kaget menatap monitor labtop.
"iya. Ada 3 hal yang bikin gw kaget." kata Xion yang matanya tak berkedip menatap semua folder di labtop itu.
"appan?"
"pertama, gw baru sadar guru guru di sekolah ini ternyata brengsek brengsek ya.." Xion tersenyum miris melihat folder folder tentang kelakuan bejat guru guru nya.
"kedua, pak Doy bukan orang yang ngebunuh Jaemin."
Mereka kaget serta bingun dengan kesimpulan yang Xion buat.
"apa yang bikin lo yakin?" tanya Soobin.
"sini.." Xion mengode mereka agar duduk dibelakangnya, agar bisa ikut melihat monitor.
Jemari Xion dengan telaten membuka folder yang berisi 2 buah mp3.
Singkatnya mp3 pertama berisi percakapan pak Doy dengan beberapa pria yang dengan terang terangan mengaku dengan bangga bahwa dia membeli gelar sarjana, dan kalau didengar suara pak Doyoung seperti orang mabuk.
'pak jangan harap bapak bisa ada di sekolah ini dengan tenang kalau rekaman ini ada di tangan saya. Ohh dan juga kalau bapak bocorin soal kelakuan saya, jangan harap hidup bapak bisa lebih lama.' Suara Jaemin terdengar sangat menyeramkan serta mengintimidasi.
'j-jaemin tolong j-jangan pp-pisau ja-'
'cih ternyata anda bukan pria jantan. Masa pisau saja takut-"
Mp3 itu dipause Xion.
"lah ngapa di pause?" tanya Sunwoo binggung.
"menghemat waktu bunda. Tapi pokoknya ini yang buat gw yakin kalau pak Doy gak mungkin bunuh Jaemin."
"hah maksudnya? Gw ngak ngerti, apa nyambungnya sama rekaman ini. Bukanya ini malah lebih mojokin pak Doyoung itu pelakunya?" tanya Soobin yang juga diberi anggukan Eric dan Sunwoo.
"nggak justru spekluasi Xion bener. Kalo kalian inget Jaemin itu dibunuh pake pisau. Dan rekaman terakhir Jaemin bilang kalau Pak Doy takut pisau? Masuk akal kan?" Jawab Bomin memperjelas apa maksud Xion.
"tapi apa cuman rekaman suara aja ini bisa jadi bukti?"
"ada lagi. Tadi pas gw masi di ruang kontrol gw iseng iseng buka rekaman yang lain. Dan di jam saat Jaemin dibunuh pak Doy ada di kantor guru. Itunganya kan jauh kelas kita ada di lantai 4 tapi ruang guru ada di lantai 2."
"terus kalo bukan pak Doy siapa jirrrr,, pusing pala aing." Frustasi Eric.
"terus hal ketiga apa yang mau lo sampein?" tanya Bomin memecah suasana riuh tadi.
Xion menghela nafasnya sebentar serta jemarinya dengan lincah mengotak atik Laptop putih itu.
"kalian inget kasus Jeno?"
yang lain serempak mengangguk mereka ingat dengan teman mereka yang meninggal 2 minggu yang lalu.
"terus kalian tahu gengnya Hyunjin yang udah pindah sekolah karena babak belur hampir mati sama orang misterius?"
Xion yang menggulik masa lalu membuat mereka kembali menginggak kejadian kejadian bulan lalu.
"dan yang bikin gw kaget mereka pernah ngebully atau berurusan dengan orang yang sama." Nada bicara Xion berubah menjadi dingin.
"dan parahnya orang itu adalah lo, Choi Bomin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detective In 40 Minutes | 00line √
Mystery / Thriller"sumpah bukan gw yang bunuh." "oke gw bakal bantu lo tapi waktu kita hanya 40 menit."