34

1.5K 200 8
                                    

Berdiri dan diam. Itu yang dilakukan Seulgi, dia memandang rumah besar yang ada didepannya, ingin masuk kedalam rumah itu namun ragu.

Sudah beberapa kali Seulgi menghembuskan nafasnya kasar, mengumpulkan keberanian tapi tetap saja dirinya takut, dia takut papahnya kembali memukulinya.

"Seulgi."

Seseorang tiba-tiba mengejutkan Seulgi dengan menepuk bahu Seulgi pelan, membuat empu menoleh dan mendapati seseorang yang sudah lama tak dia temui.

"Irene, lo ngapain disini?." Perempuan yang ditanya hanya tersenyum memandang Seulgi.

Bukannya menjawab, Irene malah justru memeluk Seulgi.

Tersentak karena mendapat perlakuan secara tiba-tiba, Seulgi hanya berkedip bingung.

"Kamu kemana aja? Aku beberapa kali kerumah kamu tapi kata penjaga rumah kamu, katanya kamu udah beberapa hari ga ada dirumah." Irene masih memeluk tubuh Seulgi.

"Gue dirumah lisa, lo ngapain cari gue?."

Seulgi melepas pelukan mereka, menatap Irene yang menatapnya dengan tatapan tak bisa dibaca.

"Ak- "

"Seulgi." Ucapan Irene terpotong dengan suara yang memanggil Seulgi dari pintu utama rumah tersebut.

Papah Seulgi berdiri tegap disana, dan lihat siapa perempuan disamping papahnya itu, jalang?.

Ternyata papahnya masih sama, pikirnya.

"Ngapain kamu kesini?! Kamu yang keluar dulu dari rumah saya, terus sekarang kenapa kembali kesini lagi?!"

Seulgi ingin melangkah maju namun tubuhnya ditahan oleh Irene, dia menatap kedua tangan Irene yang memeluk pinggangnya dan beralih menatap Irene, Irene menggeleng.

"Gue ga papa, lepasin tangan lo." Seulgi melepas cengkraman tangan Irene yang sedikit erat dipinggangnya.

Terlepas, Seulgi melangkah maju kehadapan papahnya, dia menatap papahnya dengan perasaan campur aduk.

Seulgi mendengus menatap perempuan disamping papahnya, "Papah masih sama ternyata, bawa jalang ke rumah." Seulgi tersenyum miris.

"Hei?! Omongan kamu dijaga ya, anak muda tapi udah kurang ajar sama yang lebih tua?!." Perempuan yang berada di samping papah Seulgi terlihat tak terima.

*Plakkk

Papah Seulgi menampar pipi kiri Seulgi hingga sudut bibir Seulgi mengeluarkan darah.

"Seulgi!." Irene yang sedari tadi diam, kini berlari menghampiri Seulgi dan menangkup kedua pipi Seulgi, mengusap lembut pipi Seulgi yang memerah.

Seulgi memegang tangan Irene dan tersenyum mengangguk, memberi tahu jika dirinya baik-baik saja.

"Papah juga masih suka ngelakuin kekerasan, kenapa papah ga sekalian bunuh seulgi?." Seulgi tak bisa menahannya lagi, air matanya luruh begitu saja.

"Anak kurang ajar!!." Papah Seulgi melayangkan tangannya berniat untuk menampar Seulgi lagi, tapi aksi itu terhenti karena Irene menghadangnya.

"Kamu ini siapa?! Jangan ikut campur!!." Papah Seulgi sudah terlihat geram.

"Saya bisa melaporkan anda ke polisi atas kekerasan anak, tuan." Irene berkata dengan tegas dan tatapannya yang tajam.

"Apa kamu teman anak ini, pantas saja sama-sama kurang ajar." Papah Seulgi melayangkan tangannya berniat untuk menampar tapi tangannya ditahan oleh seseorang.

My Tipe ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang