36

2.2K 192 4
                                    

This is the last one


Duduk berjejer disofa masing-masing mamah Seulgi kini tengah menatap papah Seulgi dengan tatapan yang terbilang tak biasa.

Irene dan Seulgi duduk berdampingan sedangkan mamah Seulgi dan papah Seulgi duduk berhadapan dengan jarak sofa yang jauh. Tau kan maksud saya? tau aja gitu ya biar ga belibet.

Seulgi yang malah tak melunturkan senyumannya sedari mamahnya datang sedangkan orang-orang yang disini sedang memasang wajah serius.

"Mamah kok tambah cantik ya, iyalah mamah gue gitu loh." batin Seulgi.

Saking fokusnya memandangi wajah cantik mamahnya, Seulgi tak sadar jika lengannya masih dipeluk oleh Irene.

"Saya kira kamu sudah berubah, nyatanya masih sama saja dulu saya sekarang anak kamu sendiri." Mamah Seulgi memulai obrolan yang sepertinya akan menjadi obrolan serius.

"Seulgi kamu obatin tuh luka kamu ditemani Irene, Irene tante minta tolong kamu obatin Seulgi ya." Irene menjawab ucapan mamah Seulgi dengan anggukan.

Irene berdiri memandang Seulgi yang juga tengah memandangnya, "Ayo." Irene tersenyum manis mengulurkan tangannya Seulgi menatap uluran tangan Irene.

Tidak menyambut uluran tangan Irene, Seulgi memilih bangun dari duduknya dan berjalan ke kamarnya meninggalkan Irene yang tersenyum menatap punggung Seulgi yang menjauh.

Irene menyusul Seulgi dan menyamakan langkahnya, kaki Seulgi lebih panjang dari kakinya.

Melirik Irene sekilas Seulgi melambatkan langkah kakinya supaya Irene tak perlu berjalan terburu-buru, menatap wajah Seulgi dari samping Irene tersenyum manis ia semakin melebarkan senyumnya.

Sampai dikamar Seulgi membuka pintu dan berjalan lalu duduk ditepi kasurnya pintu kamarnya ditutup kembali oleh Irene, Seulgi merebahkan tubuhnya menutup matanya sejenak sambil tangannya mengusap pelan pipinya.

Masih dengan matanya yang tertutup, Seulgi terkejut tiba-tiba ada sebuah tangan yang mengusap lembut pipinya, membuka mata kasar Seulgi mendapati Irene ternyata yang mengusap pipinya, Seulgi memandang wajah Irene yang terlihat khawatir dan sedih.

"Pasti sakit ya." Irene yang tadinya menatap pipi Seulgi yang memerah kini menatap mata Seulgi dalam, tangannya tak berhenti mengusap pipi Seulgi.

Seulgi mengalihkan pandangannya membiarkan tangan Irene mengusap pipinya, "Enggak terlalu sakit." Irene tersenyum memandang wajah Seulgi.

Irene memberhentikan usapannya dan berjalan kearah lemari kecil yang berada dikamar Seulgi, mengambil sebuah kotak P3K lalu duduk disamping Seulgi.

"Diobati dulu ya luka kamu." Irene memegang lengan Seulgi supaya Seulgi menghadap padanya.

Seulgi bangun dari tidurnya dan duduk menghadap Irene, memandang wajah Irene yang mengeluarkan obat luka lalu mengoleskan pada bibirnya.

Tak menyadari jika Seulgi memandangnya Irene terlihat sangat fokus untuk mengobati luka Seulgi, jarak wajah mereka yang terbilang sangat dekat membuat Seulgi bisa melihat bagaimana kecantikan seorang Irene ini.

Selesai mengobati Irene sedikit memundurkan badannya, pandangannya bertemu dengan pandangan Seulgi.

Mengalihkan pandangannya, "Makasih." Seulgi berucap dengan suara tenang.

Memasukkan obat luka kembali pada kotaknya, Irene tak kuasa menahan senyumnya, selesai itu Irene mengembalikan kotak P3K yang tadi ia ambil kedalam lemari.

My Tipe ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang