Hanum berbaring di lantai, terengah. Hembusan lembut dari pendingin ruangan terasa agak menusuk ketika mengenai tubuh telanjangnya yang tersaput peluh. Dengan satu tangan, Hanum melepas sabuk strap-on. Otot kemaluannya masih menjepit tonjolan di sisi dalam strap-on. Hanum menggigil dan bergumam pelan saat menariknya lepas. Tidak perlu ditanya, selangkangannya basah.
"Kukira aku bakalan digarap sampai pagi," kata Sinta ketika Hanum kembali merebahkan diri di sisinya, di atas lantai beralaskan karpet.
"Aku malah nggak nyangka bisa selama tadi," balas Hanum.
"Oh ya? Kok mikir gitu?"
"Aku nggak terlalu rajin olahraga. Nonton film porno saja bisa ketiduran."
"Nonton itu beda sama praktek." Sinta tertawa pelan. "Aktor-aktris film porno itu terlatih, makanya bisa gaya aneh-aneh. Kalau di tempat semacam ini, yang 'aneh-aneh' itu masuk kategori khusus dan biayanya juga lebih mahal. Di sini ada beberapa. Tapi ya ada syarat dan ketentuannya lagi, beda sama servis normal."
Tentu saja Hanum tidak tahu menahu soal syarat dan ketentuan yang disebutkan Sinta. Teman-teman Hanum yang mendaftarkan dan membayari jasa escort sebagai hadiah ulang tahunnya. Tapi untungnya mereka—entah bagaimana caranya—tahu bahwa Hanum tak akan meminta escort yang melayaninya melakukan hal-hal semacam BDSM atau fetish aneh lainnya. Dunia seks punya seluk beluknya sendiri.
"Pernah ada yang minta gaya kayak di film porno?" tanya Hanum penasaran.
"Temanku yang lain pernah. Minta penetrasinya sambil digendong."
Hanum tahu gaya yang dimaksud. Ia lumayan sering melihatnya di cuplikan film gay, diam-diam kagum pada kekuatan si aktor mengangkat sekaligus mempenetrasi lawan mainnya.
"Aku agak pengen coba yang sambil diangkat gitu," kata Sinta. "Tapi mungkin lebih aman kalau digantung pakai alat ya?"
"Ada juga yang kayak gitu di sini?" Hanum kaget sekaligus kagum.
"Yang gantungan itu ada." Sinta tertawa pelan. "Banyak orang yang mau seks karena film porno, kan? Ekspektasinya pasti agak tinggi, makanya kita sedia juga beberapa fasilitas khusus."
"Yang request banyak juga?"
"Lumayan." Sinta berguling pelan, merebahkan diri di atas tubuh Hanum. "Lain kali Hanum ke sini lagi, mau coba? Pilih aku escort-nya terus kita coba yang pakai digantung itu."
Wajah Hanum langsung terasa panas. Entah kenapa ia malu membayangkan Sinta terikat sabuk-sabuk yang menjuntai dari langit-langit, tersentak-sentak dan terayun-ayun pasrah ketika disetubuhi.
"A—!" Sensasi geli dari pucuk dadanya membuat Hanum memekik tertahan. Sinta menjilati dadanya.
"Kalau dicek dari sini kayaknya Hanum masih pengen lanjut," goda Sinta.
"Aku nggak tahu gaya lain," gumam Hanum. "Cuma tahu dua kayak tadi."
"Nggak masalah, kan?"
"Eh?"
Sinta mengambil strap-on, menjilatnya dengan gaya sensual, menyentuhkan ujungnya ke kemaluannya, lalu mendekatkannya ke selangkangan Hanum. Pesannya jelas: ia bertanya apa Hanum mau mengenakannya lagi?
Hanum menerimanya, memasang kembali alat tersebut. Sepertinya kendali diri dalam kepala Hanum memutuskan untuk mengambil cuti selama beberapa jam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanum dan Sinta [R18] [GxG]
RomanceDi hari ulang tahunnya yang ke-25, Hanum mendapat hadiah tak terduga dari teman-teman kerjanya: semalam di Madame's Room, salah satu servis escort yang khusus melayani klien wanita. Yang lebih tak terduga lagi adalah Hanum bertemu seseorang yang per...