Extra Story

12.3K 573 81
                                    

Hari apa sekarang?

Rima selalu terbangun pukul empat pagi. Kebiasaan yang tak dapat dia jelaskan, tapi karena kebiasaan ini membuatnya tidak pernah telat karena kesiangan, Rima tidak berniat mengubahnya dalam waktu dekat.

Hari Sabtu, pikir Rima setelah melihat jam dinding digital. Ada latihan nanti siang. Masih banyak waktu kalo gitu.

Senyum lebar menghiasi wajah Rima ketika ia berbalik dan memeluk sosok perempuan yang tidur di sampingnya. Sudah berapa lama mereka tinggal bersama? Dua bulan kalau tidak salah. Kecuali saat salah satu dari mereka sedang datang bulan, Rima dan pacarnya pasti tidur telanjang. Pernah satu kali di hari libur, mereka bahkan tidak berpakaian sama sekali seharian karena Rima dan pacarnya sedang sama-sama birahi. Seharian itu mereka bercinta seolah-olah besok kiamat.

"Num?" panggil Rima pelan. Ia mengusapkan wajahnya dengan manja ke punggung pacarnya. "Udah bangun?"

Hanum bergumam pelan, lalu membalikkan badan untuk memeluk Rima. Rima harus menahan diri dari godaan kuat untuk mengulum payudara si pacar yang berada tepat di depan matanya.

"Dingin," gumam Hanum. Semalam memang hujan deras, menyisakan udara dingin di pagi hari. "Bentar. Belum sadar."

"Oke, oke." Rima menyisiri rambut pendek Hanum yang berantakan.

Tidak butuh waktu lama sampai Hanum "sadar". Penandanya jelas: ia memeluk Rima lebih erat dan mencium bibirnya, lalu menyingkirkan selimut. Mereka berdua sepakat bersenggama di bawah selimut itu cuma berlaku di film untuk sensor.

"Sekarang hari Sabtu," kata Rima.

"Aku inget." Hanum menyentuhkan ujung hidungnya ke ujung hidung Rima. "Tapi besok Minggu, jadi ntar malem kita bisa lanjut. Kecuali ... kamu mau pagi ini lebih lama."

"Bentar lagi aku mens kayaknya, makanya jadi pengen terus." Rima dengan sengaja menggesekkan selangkangannya ke paha pacarnya.

"Oh, oke. Sama kayaknya."

Dulu, waktu Rima pertama kali berhubungan badan dengan Hanum, dia agak curiga kalau Hanum jenis ganas yang akan membuat pinggang lawan mainnya sakit dan selangkangan serasa terbakar di pagi hari. Ternyata tidak. Hanum tidak tergesa-gesa, bahkan awalnya cenderung terasa seperti ragu-ragu. Isyarat yang ia berikan jelas dan Hanum selalu menunggu Rima memberinya izin alih-alih tancap gas seperti yang dialami beberapa teman Rima.

Satu-satunya yang terucap dari bibir Rima di akhir seks perdananya dengan Hanum adalah "Wow ...." Perasaan nikmat yang tersisa benar-benar ... bagaimana menggambarkannya? "Memabukkan" bahkan bukan kata yang tepat. Yang pasti, ritme mereka serasi. Gaya bercinta mereka cocok. Yang tidak sesuai hanyalah selera berpakaian dan selera film mereka.

Sinta kok pas banget ngenalin aku sama Hanum? Dia sering matchmaking kliennya ya jangan-jangan?

Tapi, lupakan Sinta untuk sekarang. Tidak baik memikirkan orang lain di saat seperti ini.

Hanum dan Sinta [R18] [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang