Second Dinner

14.5K 786 5
                                    


Sinta setuju-setuju saja menemani Hanum makan malam berdua. Dia bisa menyebutkan menu andalan dan kisaran harga tempat makan yang masih berada dalam radius ke mana ia boleh pergi tanpa melihat database. Rupanya Hanum bukan klien pertama yang mengajak Sinta keluar makan malam. Klien-klien Sinta yang lain pernah mengajaknya keluar makan malam dengan berbagai alasan dan berbagai jam.

Setelah menemukan tempat duduk di restoran bakmi berjarak lima menit jalan kaki, Hanum dan Sinta lanjut mengobrol. Kali ini Sinta yang membuka percakapan.

"Pernah ada yang full power dua jam, terus kita tidur, tengah malam dia bangun keroncongan." Sinta meringis geli. "Jadi akhirnya kita order burger dari tempat yang buka 24 jam."

"Habis makan lanjut lagi?" tanya Hanum.

"Lanjut sebentar seingatku. Habis itu tidur sampai pagi."

"Aku pernah baca di internet katanya jangan makan chicken wing bumbu bawang sebelum main."

"Ah, iya banget. Aku setuju." Sinta terkikik. "Temanku pernah ngeluh tangan kliennya bau ayam goreng."

"Hah?" Hanum tergelak, tak menyangka cerita itu benar adanya.

Bakmi pesanan mereka datang, diantar dengan roda berjalan yang ada di sisi kiri meja mereka. Begitu mangkuk diangkat dan diletakkan di meja, hologram maskot tempat makan tersebut muncul sekilas mengucapkan, "Selamat menikmati!" dengan nada ceria, lalu menghilang lagi.

Hanum dan Sinta makan tanpa banyak berbicara, sebuah kesalahan besar karena mereka berdua jadi tak menghabiskan waktu terlalu lama di sana.

Saat melangkah masuk kembali ke tempat escort, Hanum kebingungan.

Bukannya berhasil membebaskan diri dari pikiran mesum, Hanum malah makin berhasrat berhubungan badan dengan Sinta. Apa seperti ini rasanya binatang mau kawin?

"Num?"

"Ya?"

"Mukamu merah," kata Sinta. "Nggak apa-apa?"

"Rasa agak ... ng ...."

"Nggak enak badan?" Sinta nampak khawatir.

Hanum akhirnya membisikkan jawaban jujur pada Sinta. Teman SMA Hanum itu nampak paham dan maklum.

"Oohh, pewangi ruangan di dalam, kalau udah mulai sesi, memang ada campuran zat perangsangnya," kata Sinta. "Dosisnya kecil sebetulnya, cuma buat tambah-tambah kalau si tamu udah horny." Ia tertawa kecil. "Tapi memang ke beberapa tamu udah cukup dosis segitu bikin terangsang sih."

Hanum menutupi wajah dengan kedua belah tangan, benar-benar malu karena ia termasuk ke kategori tamu yang jadi terpengaruh dosis kecil zat perangsang.

Hanum dan Sinta [R18] [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang