ASKALA 03

286 222 75
                                    

03. Awal Dari Segalanya

"Sebenci apapun kamu sama langit. Terkadang hanya langitlah yang bisa
mengerti kamu."

Gadis dengan surai legam kira-kira sepinggang itu mengikat rambutnya asal sehingga meninggalkan beberapa helai anak rambutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis dengan surai legam kira-kira sepinggang itu mengikat rambutnya asal sehingga meninggalkan beberapa helai anak rambutnya.

Gadis itu menatap dirinya didepan kaca. Sepertinya tidak terlalu mengecewakan berpakaian seperti ini, batinnya. Ia mengusap pipinya dengan lembut sembari mengucapkan kata-kata penyemangat untuk dirinya.

Gadis yang bernama Annara itu memakai kemeja flanel tanpa mengkancingkannya. Tenang ia masih memakai dalaman kaos hitam. Ia membawa sebuah buku bersampul hitam dan tak lupa dengan sebuah pulpen bertinta hitam.

"Duh gue udah telat lagi nih." Nara melirik jam yang melingkar ditangannya. Rencana nya Nara berniat kerumah sakit untuk menemui seseorang. Dan untuk menemui dokter.

Rumah Nara sepi, tak ada Mama Rani maupun kakaknya, Rahesa. Nara baru ingat Mama Rani sedang berada di butik sedangkan Kakaknya, Rahesa, Nara tak tau kemana Rahesa pergi. Sedari pagi ia tak melihat Rahesa. Dan dia juga lupa untuk menanyakan kemana perginya Rahesa ke Mama Rani.

Nara berlari menyusuri jalan dan beberapa orang di jalanan. "Misi." Ucapnya sembari membelah kerumunan orang.

Nara memang terkadang aneh. Kenapa tidak? Padahal ia bisa saja pergi dengan kendaraan umum agar lebih cepat sampai. Namun ia lebih memilih berlari membelah kerumunan orang-orang. Mungkin saja bagi Nara jarak dari rumahnya ke rumah sakit tak jauh. Bagi beberapa orang itu sudah di kategorikan lumayan jauh.

"Mbak hati-hati dong." Ucap seorang ibu. Ibu itu memegang tangan anak nya agar tak jatuh.

Astaga Nara sudah menabrak seorang anak kecil. Untung saja anak kecil itu tak jatuh.

"Maaf ya buk." Nara menunjukkan senyum manis nya. Ia kembali berlari dengan berucap 'permisi' dan 'maaf'.

Nara kembali melirik kearah jarum jam yang melingkar ditangannya. Dengan nafas memburu, dia berlari namun dengan kecepatan lebih santai karena dia sudah mulai lelah terlalu lama berlari.

Brak!!

Untuk kedua kali nya gadis bernama Annara itu menabrak seseorang 'lagi'. Dan dengan cepat Nara berbalik menatap siapa yang telah dia tabrak.

"Duh maaf gue gak sengaja, lagi buru-buru," ucap Nara dengan menyatukan kedua telapak tangannya lalu ia segera melangkahkan kaki pergi dari tempat kejadian.

"Buru-buru lo bilang?" ujar pemuda itu menatap Nara sinis sekaligus datar.

"Kamera gua rusak gara-gara lo!" bentak cowok itu tanpa ekspresi.

"Ya maaf," ucap Nara dengan wajah memelasnya, dia tak tau harus berbuat apa.

"Maaf bisa balikin kamera gua yang lecet?" sinis pemuda itu. Ia tak terima dengan apa yang di ucapkan gadis didepannya barusan.

ASKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang