ASKALA 12

89 46 36
                                    

Jangan lupa jejaknya kak. Vote, komen dan koreksi typo nya.

12. A Warm Hug

Pemuda berambut hitam acak-acakan itu menyandarkan punggung nya ke sandaran kursi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda berambut hitam acak-acakan itu menyandarkan punggung nya ke sandaran kursi. Kejadian saat ia dan Drako adu jotos membuat wajah mulusnya menjadi lebam tak beraturan.

Drako, menurut Askala, pemuda itu sangat menyebalkan. Selalu saja membuat masalah apalagi selalu mencari masalah dengan dirinya dan tak terkecuali dengan orang terdekatnya. Askala bingung, dengan cara apalagi pemuda itu bisa berhenti mengacau dirinya dan orang sekitarnya. Bahkan Askala sudah pernah membuat dia masuk rumah sakit dan dinyatakan kritis.

Askala tidak peduli karena hidupnya buta akan aturan.

Askala memperhatikan sudut bibirnya pada kaca di meja kamar Apartemen-nya. Masih memerah dan kebiruan namun lebih mendingan dibandingkan semalam.

Ia menopang dagunya, Askala jadi teringat bagaimana wajah Nara saat ia menawari gadis itu untuk hidup bersamanya. Memang itu bukan gaya Askala, mengucapkan kata manis untuk seorang gadis. Ia biasanya mengucapkan kalimat dingin dan kasar kepada siapapun yang menganggu nya. Dan itu adalah salah satu alasan mengapa orang-orang sangat menyegani Askala. Walaupun ia bermulut tajam, namun siapa sangka ia adalah orang yang siap sedia jika dibutuhkan, itu alasan mengapa Askala memiliki banyak kenalan.

Cukup membosankan berdiam diri disaat teman-temannya yang lain sedang bersekolah. Walaupun jarang masuk ketika jam pelajaran, ia bisa dibilang rajin dalam hal pergi kesekolah.

Askala membuka ponselnya, hanya untuk membuka, menggeser beranda handphone-nya lalu berakhir mematikan benda mipih tersebut. Ia teringat akan satu hal—

pesan dari Dewa.

Pemuda jangkung yang sedang menopang dagu itu membuka kembali isi chat dari Bagas. Lalu membacanya.

Dewaasu
Nara liatin kita mulu dari tadi

Askala Ghava A.
Gabut kali.

Dewaasu
Nyariin lo tuh. Chat sana, jemput pulang sekolah kek, ajak jalan kek.

Askala Ghava A.
Ajak kemana?

Dewaasu
Lah kok nanya gue?
Inisiatif dong. Kasian sepupu gue, punya gebetan modelan patung kek lo.

Askala Ghava A.
Yang penting kaya raya.

Entah bagaimana reaksi Dewa saat itu ketika menerima akhiran pesan singkat dari Askala.

"Mau gue bawa kemana anak orang ntar?" gumamnya seraya melirik kearah jam dinding kamarnya.

ASKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang