18. Aku yang berbeda
Bagi Nara, lautan itu hanya sebagian kecil yang dapat diketahui sama halnya seperti Askala. Keduanya sama-sama lenuh dengan misteri. Sama-sama membuat banyak orang menjadi bertanya-tanya dengan misteri mereka. Askala penuh dengan misteri, dia adalah salah satu dari banyaknya orang yang pernah ditemui Nara dengan banyak teka-teki. Bahkan satu kalimat yang diucapkan Askala membuat dirinya menjadi berfikir.
"Mikirin apa?" celetuk Askala membuat atensi Nara berpindah.
Gadis itu menggeleng, menatap rerumputan hijau yang didepannya. Askala dan Nara duduk di bangku taman. Tak hanya ada mereka, lumayan banyak orang di taman namun tak mengganggu acara mereka.
"Kalo yang lo pikirin ucapan gue tadi, gak usah dipikirin. Bisa-bisa lo sakit," lanjut Askala memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaket kebanggaannya.
Tanya sendiri, jawab sendiri.
"Apaan sih?! Lebay tau gak?" dalih Nara sembari terkekeh.
Askala tak menghiraukan ucapan Nara. "Besok dan seterusnya lo pergi dan pulang sekolah bareng gue, ya?"
Nara tertegun, tidak biasanya modelan Askala bertanya seperti itu. Dia lebih cocok dengan tipe pemaksa.
"Gue diantar jemput abang gue," dalih Nara menatap Askala. Ia memperhatikan bagaimana jadinya jika ia menolak tawaran Askala, apakah dia akan marah atau bagaimana?
Askala mengalihkan pandangannya, "Nanti gue izin abang lo. Sekalian nyokap lo," ujar Askala dengan mantap.
Ajaib, berapa banyak lagi sikap aneh dari dirinya yang akan dia munculkan secara tiba-tiba kepada gadis itu.
"Lo sakit?" Nara mendaratkan tangamnya kearah dahi Askala.
Askala menepis pelan tangan Nara, "Kalo sakit, gue gabakalan ada disini." Askala menghela nafas.
"Ya... lo aneh hari ini. Tiba-tiba banget nawarin antar jemput," ungkap gadis itu menatap kearah anak-anak uang sedang bermain tak jauh dari arah mereka duduk.
"Biasanya juga ditinggal...." gumam Nara pelan.
"Salah gue berbuat baik sama yang membutuhkan?" tanya Askala yang dari tadi menatap kedepan.
Nara menoleh sembari mengerutkan keningnya. "Membutuhkan? Siapa juga yang butuh tumpangan," dumel Nara.
Askala menoleh kearah gadis itu, "Gitu aja marah." Askala meletakkan telapak tangannya kerambut panjang Nara dan perlahan dengan mengusap.
Nara membulatkan matanya, ia mengambil tangan Askala berniat meletakkan ketempat semula. Namun, belum sempat gadis itu meletakkan tangan besar Askala kearah lutut pemuda itu. Tangan Askala lebih dulu menggenggam tangan mungil Nara. Lagi-lagi, sikap Askala jauh berbeda dari awal pertemuan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASKALA
Teen Fiction[Tentang masa lalu yang belum terselesaikan.] "Yakin kalo gue orang baik?" Pernah di perlakukan layaknya ratu oleh ketua geng? Manusia aneh dan misterius sekaligus? "Kala, terlalu abu-abu buat ditebak." Nara, ia dengan tak sopannya masuk kedalam keh...