Satu

253 24 37
                                    

Bernardus, adalah golongan makhluk ajaib yang paling kuat. Hanya berjumlah sedikit, dan di antaranya adalah Sally, gadis yang tidak tahu asal mulanya dan tinggal di antara para manusia.

Sally tidak sadar jika dirinya ini bukan manusia. Dia hanya tahu asal usulnya yang tidak jelas. Sejak kecil, Sally hanya tahu bahwa dirinya ini dibesarkan oleh seorang nenek tua di sebuah gubuk di dalam hutan.

Sally hanya diajarkan mengendalikan kekuatan penyembuhnya. Dan setelah usianya beranjak lima belas tahun, nenek tua itu menghilang di tengah malam. Jujur saja, Sally merasa kesepian karena tidak ada lagi seseorang selain dirinya di hutan itu. Dia tidak pernah sekalipun keluar dari gubuk tersebut, pernah keluar sekali namun Dia malah dikejar binatang buas dan nyaris dimakan.

Di saat itu, sebenarnya Sally merasa aneh karena persediaan buah yang ditinggalkan nenek tua tersebut tidak ada yang busuk. Bahkan masih bisa dimakan setelah tiga tahun kemudian.

Sally menghemat buah-buahan itu selama tiga tahun lamanya. Dan saat umurnya sudah tujuh belas tahun, Dia akhirnya memutuskan pergi dari hutan.

Dan pada akhirnya menemukan kota bernama Benedict.

Dia menggunakan kekuatan penyembuhnya untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit di kota itu dan Kemudian mendapatkan uang. Meski Sally tidak secara langsung menunjukkan bahwa Dia mempunyai kemampuan ajaib itu. Dia hanya memijat telapak tangan seseorang, dan dalam jangka waktu hari atau bulan-tergantung apa penyakit yang diderita-orang tersebut bisa sembuh.

Dia tidak sebodoh itu untuk mengatakan bahwa Dia punya kekuatan ajaib seperti yang Dia punya saat ini.

____

Sedangkan Ambrosius, adalah golongan makhluk yang terlahir hanya laki-laki. Tidak ada perempuan di golongan tersebut.

Ambrosius dikutuk mati dengan perlahan karena telah menghabisi klan Bernardus. Dan Sally adalah musuh terbesar bagi klan Ambrosius karena Dia lah satu-satunya klan Bernardus yang berhasil reinkarnasi.

Keberadaannya yang sebelumnya tidak diketahui. Saat umurnya menginjak dua puluh satu tahun, akhirnya kini terungkap.

Jack, sebagai klan Ambrosius langsung turun tangan. Kini, di dalam sebuah Kastil Dia sedang bermondar-mandir, lalu berbalik menatap Alfred tajam.

"Kau yakin sudah menemukan keberadaannya?"

Alfred mengangguk. Mata merahnya menatap nyalang. "Ya. Jadi apa yang akan Kau lakukan?"

Jack terdiam sesaat. Dia menatap lurus dengan tajam. "Aku akan langsung membunuhnya."

"Kau lupa, Jack? Ambrosius mendapatkan kutukan ini karena membantai semua klan Bernardus. Kau mungkin akan mati jika Kau langsung membunuhnya."

Jack tampak menggeram. Benar juga apa yang dikatakan Alfred. Dia tidak boleh gegabah dan mengulangi kesalahan yang sama.

"Ada satu cara untuk menjatuhkannya." Alfred memberi jeda, membuat Jack menatapnya ingin tahu. "Dengan menghubungkan darah Ambrosius dengan darahnya."

"Apa maksudmu?"

Alfred tersenyum misterius. "Setelah Kau menghubungkan darahmu dengan darahnya, dengan perlahan Kau akan bisa menguasai tubuhnya, mengambil kekuatannya dan kemudian membunuhnya. Dan setelah itu, kutukan yang menimpa Ambrosius juga akan hilang."

"Kau harus menyelesaikannya sebelum Dia sadar siapa dirinya. Jika Kau terlambat, semua Ambrosius akan benar-benar mati, dan tidak bisa untuk Reinkarnasi."

"Aku akan melakukannya demi Ambrosius agar tetap aman." Jack berujar serius. "Aku akan membunuhnya dengan perlahan."

Alfred mengangguk. Balas menatap serius. "Dan Aku dan yang lainnya akan membantumu." Dia membuka lebar telapak tangannya, sedetik kemudian sebuah botol muncul di genggamannya. Dia menyerahkan botol tersebut pada Jack. "Minumlah. Ramuan ini nantinya akan membantumu."

Jack menerimanya. "Aku akan memulainya sekarang."

******

"Kau sudah mau pulang, Sal?"

"Iya, aku sudah sangat mengantuk." Sally mengangguk. Dia menguap dengan wajah lelah. "Terima kasih atas traktirannya, Sharon."

"Kau yakin bisa pulang sendiri? Di kawasan rumahmu kan sangat sepi."

Rose mengangguk, setuju dengan perkataan Sharon. "Iya. Apa perlu aku menelpon Clement untuk datang kemari? Kami tidak tega membiarkanmu pulang sendiri."

"Tidak perlu khawatir. Aku sudah biasa, kok." Sally tersenyum. Dia mengangkat tangan dan melambaikannya. "Pergi dulu, ya!"

Rose menghela napas. Sedangkan Sharon hanya menggeleng-geleng tidak habis pikir.

"Bagaimana? Tetap menelpon Clement?"

Rose mengangguk. "Telepon saja."

*****

Jalan menuju pulang, harus melewati terowongan panjang. Sally menggidikkan bahunya, agak merasa merinding karena lampu di terowongan yang tiba-tiba padam. Dia membuka tas, mengambil ponsel lalu menyalakan senter ponselnya.

Sally mengarahkan senter ponselnya ke arah kiri, seketika bola matanya membulat saat senternya menyorot seorang laki-laki dengan wajah tertutup masker dan banyak bercak darah sedang bersender tampak lemas.

Dia langsung mendekati laki-laki itu. Berjongkok lalu bertanya pelan, "Anda tidak apa-apa?" Tidak ada respon. Sally lalu meraih pergelangan tangan laki-laki itu, untuk mengecek apakah detak nadinya masih terdengar.

"Syukurlah masih hidup," gumam Sally. Mata laki-laki itu kemudian terbuka dan menatapnya dengan mata semerah darah. Membuat Sally seketika terlonjak mundur.

Dia kaget, sekaligus takut. Manusia mana coba yang mempunyai mata semerah darah? Bahkan seluruhnya merah.

Sally berusaha beranjak, namun tiba-tiba lengannya ditarik hingga membuat tubuh Sally menubruk tubuh laki-laki tersebut. Sally berusaha untuk bangkit.

Jack mencengkeram leher Sally, kemudian menusukkan kuku panjangnya ke kulit leher gadis itu. Sally seketika menjerit kesakitan. Darah mengalir dari leher Sally. Sedangkan Jack kemudian menusukkan kukunya yang lain ke tangannya sendiri hingga mengeluarkan darah. Setelahnya, Dia meneteskan darahnya ke darah Sally.

Membuat tubuh Sally seketika mengejang. Gadis itu kemudian ambruk dan tidak sadarkan diri.

Jack menyeringai lebar.

"Permainan baru saja dimulai, gadis Bernardus. Aku akan segera mengalahkanmu."

TBC

Bagaimana part ini?

Rasanya masih nggak terbiasa nulis cerita tema beginian. Biasanya kan seringan nulis tema anak sekolahan. hihi.

Semoga suka.

Not HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang