Lima

105 15 45
                                    

"Jack, kutukan itu semakin ganas. Hari ini terhitung Ada lebih dari sepuluh ribu Ambrosius yang mati. Jika terus seperti ini, kita akan benar-benar musnah."

"Mereka mati begitu mengenaskan. Melihat apa yang mereka alami membuatku tidak tahan dan ingin segera membunuh Sally."

Jack sesaat melihat Alfred yang berdiri tampak sangat marah di depannya.

"Jack, jangan sesenang itu melihatku seperti ini. Karena Kau  ... dan sebangsamu, juga akan mati dengan cara yang lebih mengenaskan."

"Aku akan membuatmu melihat makhluk-makhluk yang Kau lindungi itu mati dengan cara yang menyakitkan kemudian dususul Kau yang akan mati sendirian."

"Mati?" Jack tersenyum sinis. "Itu tidak akan terjadi, Sally. Karena Ambrosius adalah makhluk abadi yang tidak akan mati."

Sally menyeringai sinis. "Oh? Begitukah?" 

Itu adalah ancaman Sally.

Saat itu Jack memang menjawab seperti itu.

Namun pada akhirnya Jack tidak menyangka, kutukan Sally benar-benar ada. Semakin datangnya hari semakin banyak pula Ambrosius yang mati.

Jeritan mereka, rasa sakit yang mereka rasakan membuat Jack yang melihatnya merasa tidak tahan lagi.

Jack ingin segera mengakhiri kutukannya.

Jack ingin segera melenyapkan Sally.

******

"Astaga! Bagaimana bisa ini terjadi?"

Sally melihat situasi di depannya yang terlihat kacau. Semalam hujan deras, ditambah angin besar, membuat ranting-ranting dan daun pohon jatuh berserakan di mana-mana.

Sally menghela napas. Benar-benar Pagi yang buruk. Sally berjalan dan mengambil sapu juga pengki untuk membersihkan.

Jack keluar dari rumah. Dia kemudian menghampiri Sally dan mengambil alih sapu juga pengki dari genggaman Sally.

Sally tampak kebingungan. "Loh? Apa yang Kau lakukan, Jack?" Dia hendak meraih kembali sapu dan pengkinya. Namun Jack menolaknya.

"Tidak, Sally. Biar aku saja. Bukahkah hari ini Kau mau bertemu dengan teman-teman lamamu?"

"Benar. Tapi Kau tidak perlu melakukan ini, Jack." Sally tampak tidak enak hati.

"Tidak masalah. Ini bukan hal yang merepotkan, kok." Jack tersenyum manis.

Sally menyorot Jack dalam. Semakin hari, Jack semakin memesona saja. Dia tersenyum kecil, apa Dia sudah jatuh cinta pada lelaki itu?

Jack itu sangat tulus dan baik hati, itu yang membuat Sally tertarik pada lelaki itu.

"Hei, kenapa malah bengong?"

"Oh?" Sally tersentak, Dia kemudian tersenyum malu. "Terima kasih, Jack."

Jack melengkungkan jarinya membentuk tanda 'oke'.
______

Sally selesai merias diri. Rambutnya yang lurus Dia sampingkan. Membuat penampilannya tampak sangat anggun dan cantik.

Saat Sally membuka pintu rumah, Jack sudah di depan menunggunya. Lelaki itu tersenyum saat melihat Sally.

"Jack," panggil Sally, mendekati Jack yang kini sedang membuka pintu mobil, kemudian mempersilahkan Sally memasuki mobilnya.

Sally tampak bingung. "Apa ini, Jack?"

"Daripada menaiki bus, lebih baik ku antar saja ya? Dan pulangnya nanti ku jemput."

Not HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang