BAB 7 Berulah?

49 6 0
                                    

Selamat malam,

Gimana kabarnya? Semoga sehat selalu
Aamiin

⚠⚠Belum aku cek ulang, maaf kalo banyak typo yaa⚠⚠

Happy reading❤

.
.
.

Sudah seminggu Almira menjalani hidupnya di pesantren. Sejauh ini Almira sudah mulai bisa beradaptasi. Cara bicaranya pun mulai ia ganti menggunakan aku-kamu walaupun terkadang masih gue-lo.

Ia juga sudah mulai bisa menggunakan jilbab dengan baik. Namun tetap saja warna pakaian Almira masih dengan tema hitam-putih. Walaupun ada warna merah maroon, itu pun hanya satu yang ia gunakan pada saat awal masuk pesantren.

Ia jenuh melakukan kegiatan yang sama setiap harinya. Ngajinya pun walau sudah bisa membaca Al Qur'an namun masih belum lancar jadi dimulai lagi dari Iqra jilid 1.

Apalagi di jam sekolah. Pesantren lumayan sepi karena banyak yang masih sekolah. Ia belum memulai sekolahnya, masih beradaptasi. Mungkin senin besok ia mulai bersekolah.

Biasanya kalau lagi jenuh seperti ini ia hanya rebahan dan scroll beranda instagram. Atau ngevape di balkon rumah juga bisa membunuh rasa jenuhnya.

Namun sekarang ia di pesantren. Ia bingung harus melakukan apa.

Almira tersenyum miring. Ia punya rencana untuk membunuh jenuhnya.

Satu ruangan yang saat ini ia pikirkan adalah kamar mandi pojok yang kosong. Ia berjalan santai menuju kamar mandi yang ada dilantai tiga.

Disana jarang sekali ada yang mendekat. Katanya angker. Namun ia masa bodo dengan itu. Ia percepat langkahnya menuju ruangan itu.

___

Almira POV

"Akhirnya bisa ngevape juga."

Rindu setelah seminggu nggak ngevape terbayar sudah. Entah sudah berapa menit aku ada disini. Menurutku ruangan ini nggak buruk. Masih layak dijadikan kamar mandi dan masih bersih juga.

Oh katanya juga sering dibersihkan tiap minggunya. Walaupun jarang atau hampir nggak pernah ada yang kesini. Kecuali aku yang pasti.

Kalau kalian ingin tahu aku betah apa nggak disini, aku nggak bisa menjawab. Serius aku nggak bisa menyimpulkan aku betah atau nggak disini.

Disini aku seneng punya banyak teman yang apa adanya. Tapi hari-hariku juga mulai jenuh karena jadwal yang siklusnya hampir tiap hari sama.

Harusnya sekarang waktu untuk makan sore. Namun rasanya keinginan ngevape lebih tinggi daripada makan. Jadilah aku disini menghirup vape rasa vanilla, kesukaanku.

Ya, aku menyelundupkan vape ku di bagian dalaman. Jadi mereka tidak curiga. Mereka juga tidak tahu kalau aku sering ngevape.

Masa bodo sama reaksi mereka setelah tahu aku menggunakan barang ini. Tapi dari awal aku disini Mbak Zalfa juga nggak memberi tahu peraturan larangan ngevape.

Aku melirik jam tanganku. Masih ada waktu 20 menit. Oke 5 menit lagi aku selesai. Setelah itu aku akan mengisi perutku.

Kebakaran

Kebakaran

Kebakaran

Aku mendengar suara yang ramai namun kecil. Oh mungkin jauh dari sini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALMIRADENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang