| THE DIFFERENCES |

3.5K 220 79
                                    

Sinar mentari menyorot begitu terang pada bagian utara. Lebih tepatnya di atas kepala.

Panas.

Menusuk kulit hingga lapisan dermis.

Seakan melengkapi sialnya seorang pemuda berbahu lebar yang sedang berjalan keluar dengan gontai dari perusahaan menjulang tinggi di belakangnya.

Ia di pecat.

Secara sepihak.

Meskipun ia menerima gaji dari bulan ini termasuk asuransi yang sudah di cairkan selama lima tahun, pria dewasa itu tetap resah.

Satu satunya mata pencaharian untuk biaya hidup juga sang adik di putus.

Seokjin mengistirahatkan diri pada kursi keras halte bus. Sambil menunggu kendaraan umum itu berhenti. Untuk membawanya pulang ke apartment kecil yang di tinggali, dengan seorang sahabatnya.

Mata sipitnya terpejam kala kepala itu menyandar pada tembok. Berpikir keras untuk segera mencari lowongan pekerjaan lain.

Jangan sampai kuliah sang adik terputus hanya karena kendala biaya. Ia tak mau. Sendirinya sudah berjanji pada mendiang kedua orang tua untuk menjaga Kim Jungkook dengan segenap hati.

Pelipis juga dahinya berkeringat. Pun kemeja putih yang ia kenakan. Mencetak sebagian tubuh bagian lengan hingga bahu.

Hari ini benar benar panas.

Aku harus segera mencari pekerjaan lain.

Tak lama kemudian, sebuah kendaraan besar beroda empat berhenti di depannya. Seokjin segera bergegas untuk masuk ke dalamnya dan pulang.

Mungkin bercerita dengan si pucat, ia menemukan solusi. Mengingat si pemilik marga Min itu bekerja di tempat hiburan. Sangat memungkinkan bagi si Min memiliki banyak informasi penting.

.
.
.
.
.
.

"Mana tehku?! Apa asistenku lupa?! Jimin-sii!" amuk pria tampan juga cantik dari dalam ruangan.

Suaranya bahkan menggelegar hingga luar. Membuat para pegawai yang duduk di sekitarnya bergidik ngeri.

Pria yang merasa terpanggil itu terpaksa harus menghentikan kegiatan mengikir kukunya siang ini. Ia bahkan masih dengan sempat memetanya satu per satu.

"Ah, ini kurang rapi"

"Jimin-sii!"

Suara dalam itu kembali memekik keras. Namun si pemilik nama hanya merotasikan bola matanya malas dan merapikan peralatan menicurenya dengan santai. Padahal posisi mejanya depan di depan ruangan si Bos Besar. Seharusnya ia merasa risih.

Pria manis itu berdiri dan melangkahkan kaki memasuki kantor besar yang di dominasi warna putih.

"Nde, Tuan Kim"

Taehyung menaikkan sebelah alis dan melipat kedua tangan di depan dada. Mata elang itu menatap remeh pria mungil di depannya dan berucap,

"Mana tehku?"

Jimin menjulurkan lehernya dan memeta meja besar yang berjarak seratus senti dari tempat ia berdiri.

Terlihat cangkir hitam di sudut tumpukan map tebal dengan warna yang sama.

Ia mendengus kesal.

"Bos, cangkirmu bahkan tidak punya kaki." jawabnya sambil menunjuk ke arah yang di maksud.

Pria berstatus atasan itu mengikuti kemana arah jari gemuk itu terulur.

"Ah, warnanya sama."

Ia segera mengambil cangkir tersebut dan menyesapnya segera.

| B A B Y B O S S | JINVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang