Part 11: Minta maaf

7 6 0
                                    

Setelah kembali kerumah, Aura tak henti-hentinya menelpon Al. Bukan apa-apa, ia hanya takut Al marah padanya. Lagian, Aura juga merasa bersalah karena telah melupakan janjinya pulang bersama Al.

Sudah tiga kali Aura menelpon Al, mondar-mandir didalam kamarnya, namun hasilnya nihil. Sepertinya Al benar-benar marah padanya. Ah meresahkan sekali. Beban pikiran Aura jadi bertambah, selain tugas sekolah, kini Aura juga harus memikirkan cara agar Al mau memaafkan dirinya. Meskipun Aura tidak ada rasa kepada lelaki itu, namun tetap saja ia merasa bersalah karena sudah ingkar janji.

Apa kalo Aura kasi Kak Al susu strowberry, Kak Al bakal maafin Aura?, tanya Aura dalam hati.

Aura menggelengkan kepalanya, masa iya orang seperti Al akan dengan mudahnya luluh hanya karna sekotak susu, sangat tidak mungkin. Al bukan Aura yang mudah disogok. Memikirkan Al benar-benar menyita pikiran gadis itu.

Aura merebahkan dirinya dikasur king-size miliknya. Aha! Tiba-tiba Aura kepikiran untuk membuatkan Al bekal, sekaligus menyogok Al agar mau memaafkan dirinya. Ia akan menampilkan tampang memelas agar Al kasihan padanya dan mau memaafkannya.

Bukan ide yang buruk, pikir Aura.

•••

Keesokan harinya, sangat berbeda dengan ekspektasi Aura semalam. Ia yang berpikir akan bangun pagi sekali, untuk membuat Al bekal, justru bangun kesiangan. Bahkan pakaiannya tidak serapi biasanya. Padahal Aura itu siswa teladan, namun ia tidak ingin berlama-lama. Ia takut terlambat dan harus berhadapan dengan Pak Susanto, guru BK yang tak henti-hentinya mengoceh. Bahkan jika ada mulut yang bisa berbusa karena terus mengoceh, mungkin Pak Susanto akan jadi pabrik busa terhandal.

Sesampainya disekolah Aura amat bersyukur untung saja ia tidak terlambat. Ia mengendarai angkutan umum, awalnya Aura takut karna angkutan umumnya sepi dan hanya Aura penumpang satu-satunya. Namun, Aura terus berceloteh ria didalam angkot. Bercerita bahwa dirinya mantan anak silat sabuk hitam, padahal semua itu bohong. Ia hanya berusaha menakut-nakuti sopir angkot itu, karena Aura takut sopirnya berniat jahat.

Sesaat setelah duduk dikursinya, Ana dan Keyra berjalan menghampiri Aura. Aura rasa Keyra numpang duduk dikursi Ana karena takut Aura tidak masuk.

"Tumben Lo dateng telat, Ra?" tanya Keyra

Ana mengangguk membenarkan, "Hu'um biasanya kan Lo yang paling gercep."

"Gatau, Aura kesiangan bangunnya. Untung aja ada Angkot tadi, Ayah aja ninggalin Aura, huh ngeselin banget."

"Lagian Lo juga sih, ngapain bangun telat coba."

"Untung aja Bu Indah ngga masuk hari ini, katanya lagi ada acara keluarga," lanjut Keyra memberi penjelasan.

"Kalo tau gitu, mending Aura ngga usah lari-larian masuk sini. Mana tadi hampir jatuh lagi," ringis Aura mengingat kecerobohannya tadi, ia hampir jatuh karna lupa mengikat salah satu tali sepatunya. Saking terburu-burunya ia sampai lupa.

Keyra menatap Aura ngeri, "Lagian ngga heran sih, Ra. Lo kan tiap hari ceroboh mulu, kalo ngga nendang sesuatu yah pasti jatuh. Kalo ngga jatuh yah pasti lain lagi."

"Aura langganan nyari luka," tambah Ana.

Aura mendengus kesal, "Itu bukan kemauan Aura tau, itu refleks gitu aja."

"Makanya kalem dong, Ra."

Aura dan Ana refleks saling bertatapan. "NGACA DONG, KEY."

•••

Bermodalkan sekotak susu, Aura menghampiri Al yang tengah duduk sendirian ditaman sekolah. Jam istirahat telah berlangsung sejak 5 menit yang lalu.

Love Is SelflesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang