Part 12: Mencari tahu kebenaran

13 7 6
                                    

Karena persyaratan yang diberikan oleh Al, kini Aura benar-benar mengikuti perintah Al. Yaitu menjauhi Alfa. Berulang kali Aura bertanya pada Alfa, namun jawaban Al sangat tidak memuaskan. Dan sekarang Aura pasrah. Aura akan mengikuti perintah Al demi permintaan maaf.

Sudah beberapa hari ini, Aura selalu diikuti oleh Al. Bukannya tidak senang, ia senang. Lagipula Al memang cowok yang sedikit menarik. Bisa buat nyaman Aura, namun yang membuat Aura risih adalah, tatapan para wanita di sekolahnya. Tentu saja, yang ada di dekatnya itu cowok populer nan ganteng.

"Aura, ini gue bawain nasi goreng, mamah gue sih yang bikin."

"Nasi goreng?" Aura mengambil tempat makan berbentuk kotak itu, dan langsung membukanya. Ia menghirup aroma masakan yang keliatannya lezat. Langsung saja ia menyantapnya dan good. Ia membelalakkan matanya, rasa pedas dan juga manis menyatu dalam mulut Aura. Nasi gorengnya terasa yummy, perpaduan pedas dan manis sangat cocok dilidahnya dan, ini adalah masakan yang paling lezat yang pernah masuk kedalam mulut Aura.

"Muka Lo kenapa kayak gitu sih? Gak enak?"

Aura menatap garang Al. Bisa-bisanya masakan selezat ini masih dibilang gak enak?

"KAK AL INI ITU ENAK BANGET, AURA GAK PERNAH NGERASAIN HAL SELEZAT INI SELAMA SEUMUR HIDUP, MASAKAN BUNDA AURA AJA KALAH ENAK SAMA MAMAH KAK AL. POKOKNYA AURA WAJIB BELAJAR MASAK SAMA MAMAH KAK AL."

Al tertawa geli. Aura terkesan lebay tapi lucu. Cara memujinya itu polos banget.

"Ihh, kok kak Al ketawa sih, Aura lagi serius juga."

Al semakin geli saat melihat wajah Aura yang cemberut itu.

Aura tak menghiraukan Al yang masih tertawa, lebih baik ia menikmati makanannya.

Seseorang yang tidak jauh dari sana mengepalkan kedua tangannya. Pasti ini ada sesuatu.

"Aura terkesan menjauh dari gue, dan Al akhir-akhir ini dekat sama cewek itu. Gue yakin, Al penyebab Aura jauhin gue."

•••

"Aura, nanti pulang sekolah bareng gue ya?" Baru saja Aura hendak melangkahkan kakinya keluar kelas, namun sebuah tangan menghentikan langkahnya. Dari suaranya saja Aura tau siapa orang itu. Aura menghela nafas.

"Aura udah ada janji sama kak Al," ucap Aura tanpa menatap lelaki itu.

"Aura tatap gue." Aura tetap tidak membalikkan badannya.

"Aura!" Dengan terpaksa lelaki itu membalikkan tubuh Aura dan memojokkannya di papan tulis.

"Alfa apa sih, Aura mau pulang." Aura memukul kedua tangan Alfa yang mengurungnya.

"Lo jauhin gue gara-gara Al?"

"Enggak ih."

"Lo jauhin gue gara-gara Al?" ulang Alfa.

"Enggak Alfa, Aura gak ngerasa ngejauh dari Alfa," ucap Aura setengah takut. Karena suara Alfa kini sudah berubah menjadi berat. Bahkan Aura takut untuk menatap wajah lelaki itu.

"Aura tatap gue! Al nyuruh lo jauhin gue?!" tanya Alfa lagi dengan suara yang lebih menakutkan.

"Aura gak mau liat wajah Alfa, Aura takut." Alfa tercengang. Apakah dia terlalu keras dengan wanita itu? Raut wajah Alfa mulai berubah dari yang tadinya tegang kini kian menghangat.

"Maaf."

Entah mengapa karena ucapan maaf dari Alfa membuat Aura menjatuhkan air matanya. Sebut saja Aura memang lemah, namun bukan itu yang membuatnya ingin menangis. Ia menangis karena ia tidak suka dibentak. Hanya karena dibentak ia menangis. Namun bagaimana lagi. Aura pun tak ingin ini terjadi.

Alfa menatap tubuh kecil Aura yang bergetar. Ia pastikan Aura menangis sembari menunduk.

Dengan sigap Alfa memeluk tubuh itu. Rasa nyaman menjalar ke seluruh tubuh. Rasanya ia ingin berlama-lama seperti ini. Nyaman sekali.

Tangan Aura memeluk pinggang Alfa. Ia menumpahkan air matanya di dada Alfa.

"Gue minta maaf, gue gak maksud bentak Lo."

"Tt-api Aura takut. Aura gak suka dibentak."

"Iya gue minta maaf, tadi gue tersulut emosi."

"Jangan gitu lagi Alfa," ucap Aura sembari melepas pelukannya. Ia mengusap air matanya. "Aura benar-benar takut dibentak."

Alfa memberikan senyuman terbaiknya untuk gadis itu. "Kalo lo gak mau kasih tau gue, gak papa, gue bisa cari tau sendiri, gue yakin ini bukan kemauan Lo kan buat ngejauh dari gue?"

Aura kembali menunduk. Aura tidak akan mengatakan yang sebenarnya. Karena sama saja ia membocorkan rahasia namanya.

"Gak lama lagi gue akan bawa kebenarannya, tunggu aja Ra, gue balik, bye."

Alfa meninggalkan Aura. Aura hanya menatap punggung kekar lelaki itu.

"Alfa baik, Aura gak mau kehilangan teman sebaik Alfa."

•••

"Aura, Lo kenapa ngelamun terus?" Aura menatap Al yang kini berada dihadapannya. Mereka berdua kini berada di tukang mie ayam, Al yang mengajak, karena katanya ia belum makan.

"Gak papa kak Al," ucap Aura sembari mengaduk-aduk mie ayam yang ia makan hanya satu sendok.

"Lo gak suka mie ayam? Tapi kata Devano mie ayam makanan kesukaan Lo."

"Aura emang suka mie ayam, cuma Aura lagi gak ada mood buat makan kak,"

"Kalo ini?" Aura membelalakkan matanya saat Al menyodorkan 5 buah susu strawberry. Moodbooster!

"S-susu?"

"Iya, ini susu," ucap Al sembari menaikkan alisnya. Aura meneguk salivanya.

"A-ura boleh minta satu gak kak?" pinta Aura dengan tatapan polosnya. Mata itu membuat Al ingin menyantap wanita itu sesegera mungkin.

"Gue gak suka susu, ini buat Lo semuanya."

"SERIUS KAK AL? Tapi ini banyak banget."

"Minum aja, gue tau mood lo bakal balik kalo minum susu, tapi jangan kebanyakan ya."

Aura tersenyum manis. "Terimakasih kak Al, baik banget astaghfirullah."

"Kayaknya kalo preman ngasih Lo susu, Lo bakal bilang dia orang baik juga." Al terkekeh membayangkan apa yang ia ucapkan.

"Ya emang baik lah kak, kan dia udah saling memberi sesama manusia."

"Minum susu terus tapi otak Lo lemot ya," ucap Al sembari tertawa geli. Aura tertegun menatap Al yang sedang tertawa itu. Biasanya Al jarang sekali ketawa, apalagi sampai pegang perut gitu.

________________________________

Kesal ngga sih sama Al? Atau malah dukung Al?

Tim Alaura mana?

Tim Alfaura mana?

Koment yah, jangan lupa di VOTE!

THANKS, SALAM DARI SI MANIS DAN ADORABLE!

Love Is SelflesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang