.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Baru jam empat pagi haechan sudah ditelepon oleh seseorang. Awalnya malas karena haechan ingin bangun siang tapi melihat siapa yang menelepon langsung mengangkatnya tanpa pikir panjang.
"Hallo?"
"Ada penyusup bos. Apa yang harus kita lakukan? Apakah bos bisa datang?"
"Lakukan tanpa aku seperti biasanya."
"Ini adalah coveted bos."
"Ya aku segera menuju kesana."
Haechan bergegas bebersih diri. Selesai bebersih diri langsung berpakaian serba hitam. Tak lupa membawa pistol revolver colt 1911 mungkin terkesan senjata tua. Tapi tingkat penghancurnya sangat luar biasa. Tak lupa membawa belati cantiknya.
*Senjata yang digunakan haechan.
Haechan menuruni tangga. Mungkin kalian akan mengeluh capek jika turun dari lantai tiga dengan tangga namun tidak bagi haechan itu adalah pemanasan untuk olahraganya. Padahal jika dia ingin tidak capek tinggal naik lift.
Semua maid melihat kenapa nona nya pagi-pagi akan pergi. Tapi sebelum haechan benar-benar keluar dari dalam masion Jeno memanggilnya. Jangan tanya kenapa Jeno masih belum tidur. Apakah kalian lupa jika dia sedang dihukum.
"Yakk haechan masih pagi buta mau kemana?"
"Aku mau pergi ada urusan."
"Urusan apa apakah sangat penting."
"Ya sangat penting."
"Apakah lebih penting urusanmu dari pada a."
Cupss
"Sudah diam jangan banyak bicara aku akan pergi dulu. Tentang urusan kita nanti saja."
"Hati-hati" dengan muka merah Jeno menjawab. Yah selalu seperti itu ketika haechan mencium pipinya dia akan malu. Padahal bukan sekali dua kali seperti itu. Beruntungnya pagi jeno mendapatkan kecupan manis.
Haechan melajukan mobilnya menuju markas. Yah dia ingin tahu siapa dalang dibalik orang tersebut.
"Awas sampai kau ketemu akan ku bunuh pasti."