7. SUDAH BIASA TERLUKA

263 18 0
                                    

Happy Reading ❤️❤️
__________________

Jam pelajaran pertama tidak berjalan dengan lancar. Varo dan Sean, kedua anak itu malah membuat pertunjukkan di depan kelasnya sehingga membuat teman-temannya berbondong-bondong menyaksikan perkelahian mereka. Sean menghajar Varo habis-habisan, entah apa titik permasalahannya sampai-sampai Sean semarah itu kepada Varo. Di tambah lagi, pelajaran pertama ini adalah pelajaran Bu Mimin, guru yang sama sekali tidak Varo sukai. Perbuatan mereka sungguh membuat Bu Mimin marah bukan kepalang dan langsung membawa mereka ke ruang BP.

"Bapak kecewa sama kamu Sean, kamu ini murid teladan di sini, kamu itu anak baik-baik. Kenapa malah berkelahi?" kata Pak Arta—Guru BP di SMA RINJANI.

"Kamu juga, kamu ini gak ada kapok-kapok nya ya! Sudah berapa kali Bapak ngomong sama kamu, berhenti buat masalah!" Tunjuk Pak Arta kepada Varo, anak itu memutar bola matanya jengah bahkan tidak menunjukkan rasa takutnya sama sekali kepada seorang guru.

"Saya gak salah pak, dia yang mulai," ucap Varo.

Pak Arta menatap ke arah Sean, "benar itu Sean?" tanya Pak Arta dengan penuh penekanan.

Sean menganggukkan kepalanya, "iya Pak, tapi dia—"

"Sean! Apa sebenarnya masalah kalian ini. Jujur Bapak kecewa sama kamu, Sean yang Bapak kenal tidak pernah memulai keributan. Ada masalah apa kamu sama Varo?" tanya Pak Arta, guru yang sudah paruh baya itu memijit pelipisnya pusing.

"Karena Varo udah bikin Anaya sakit Pak," jawab Sean dengan spontan.

Amarah Varo yang tadinya sudah menurun kembali naik saat mendengar namanya di sebut. Seingatnya ia tidak menyakiti Anaya, kenapa anak itu malah menuduhnya?

"Jaga bacot lo ya! Gue gak pernah sakitin Anaya, gue ngobrol sama dia aja jarang. Lo gak usah nuduh yang aneh-aneh!!" sarkas Varo, pria itu menarik kerah baju Sean.

"Enggak kata lo?! Lo inget gak kemaren, gara-gara cewek lo yang kegatelan itu Anaya di hukum sama orang tuanya, dia sakit sekarang. Kalo bukan karena lo siapa lagi, lo yang narik-narik Anaya biar deket sama lo. Dan ngebuat Anaya ngehajar Ririn habis-habisan. Bahkan dia pingsan aja lo gak mau nolongin, lo inget sekarang?!" Sean melepas kasar tangan Varo yang mencekram kerah seragamnya.

"Dia bukan cewek gue!" Protes nya.

Pak Arta di buat pusing dengan dua murid nya itu, jika menyangkut masalah perempuan memang sedikit susah untuk melerai nya. "Sudah-sudah, kalian mau buat saya darah tinggi? Keluar dari ruangan saya!" Usir Pak Arta, setelah ini ia akan meminta di percepat untuk segera pensiun dari tugasnya ini apalagi ia sudah bosan jika murid yang sering mengunjungi nya adalah Varo.

GUBRAK!

Varo tersentak kaget saat ke-enam temannya  sedang tersungkur ke lantai, mereka sedari tadi sedang menguping.

"Anjir sakit," keluh Sam. Ke-enam mahkluk itu tersenyum tak berdosa saat melihat Varo keluar dari ruang BP bersama Sean.

"Gimana bos, lancar?" tanya Airon.

"Eh Zebra, lu pikir persalinan pake acara lancar segala?!" Protes Byan.

Varo menatap malas ke arah teman-temannya itu, ia kembali melanjutkan langkahnya meninggal mereka. Perkataan Sean tadi sukses menempel di otaknya. Varo kembali ke kelasnya dengan keadaan kacau, sudut bibir yang membiru dan sedikit mengeluarkan darah.

"Yaampun sayang, itu bibir kamu luka. Aku obatin ya," ucap Ririn yang dengan lancangnya memegang sudut bibir Varo.

"Diem lo. Jauhin tangan lo dari gue!" sentak Varo sambil menepis kasar tangan Ririn.

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang