-Kukira permainan ini tidak akan pernah mulai, tapi sekarang mari kita saksikan.-
- - -
"RISA?!" mata Geri mendadak ingin copot detik itu juga.
Cepat-cepat dibantunya saudaranya itu keluar dari toilet. Dengan keadaan baju Risa yang sudah basah kuyup, rambutnya seperti biasa acak-acakan.
"Bangsat! Siapa yang buat dia gini anjing?!" mata Geri siap memutilasi siswa yang enggan keluar toilet.
"JAWAB!"
"C-charoline," jawab mereka serempak.
"Brengsek berani-beraninya dia ganggu keluarga Azaro." gumam Geri. Dia menatap Risa yang sudah tak sadarkan diri.
Dengan cepat Geri menggendong Risa ala Bridal Style. Geri tak akan membawa Risa pulang kali ini. Ia akan menitipkan saudaranya itu ke ruang UKS. Setidaknya, Risa bisa sadar.
Risa dibaringkan ke ranjang UKS. Geri disuruh keluar karna Risa harus ganti baju.
Tanpa ingin membuang waktu, Geri memanfaatkan waktu itu untuk pergi ke kelas Risa.
Tok! Tok! Tok!
"Bu, permisi."
"Silahkan." ucap wanita yang sedang mengajar dikelas Risa.
"Risa izin gak hadir, bu. Dia sakit." wanita itu mengangguk. Geri berlari menuju kelasnya sendiri.
Tok! Tok! Tok!
"Pak, permisi mau manggil Charoline. Dipanggil BP."
"Geri?!" Geri yang dipanggil hanya menyengir tak berdosa. Seolah tak sadar bahwa sudah tiga hari dia tak hadir dikelas.
"Kemarin saya sakit pak."
"Kemarin nya lagi?"
"Sakit juga pak,"
"Besok apalagi? Tewas?" semua siswa didalam kelas tertawa.
"Udah berisik!" kata pak Gunawan menenangkan. "Charoline," panggil pak Gunawan dan menyuruh Charoline pergi dengan bahasa isyarat.
Charoline berjalan ogah-ogahan. Setelah keluar satu langkah dari kelas. Geri menarik keras pergelangan tangan Charoline sekaligus menyeretnya ke taman belakang sekolah.
Tak henti-hentinya Charoline meronta-ronta minta dilepaskan.
"Akh!" Charoline memegang pergelangan tangannya yang memerah ketika mereka sudah sampai ke taman belakang sekolah.
"Apa-apaan sih lo?!" bentak Charoline.
"Ngapain lo ngurung Risa di toilet gue tanya?!" Geri mengeratkan giginya geram.
"Kenapa? Urusan nya sama lo apa?!"
"Dia sa--" hampir saja keceplosan. Geri merutuki kecerobohannya. "Risa punya salah apa sama lo?!"
"Banyak! Banyak banget!"
"Lo yang banyak salah sama dia toloooool!" bentak Geri.
"Lo sadar gak sih Ger?! Orang gatal kayak dia itu gak pantas lo bela! Dia juga miskin, gak setara sama lo!" cerca Charoline.
"Bangsaaaaat!" Geri mendorong keras Charoline.
Plak!
"Seharus nya lo itu," Geri menunjuk-nunjuk wajah Charoline. "Mikir." Geri mendorong dahi Charoline kuat.
"Apa yang lo buat sama sekali gak ada benarnya. Lo pikir dengan lo bully-bully Risa lo terlihat keren?" jeda, Geri tertawa sinis. "Enggak anjing. Lo itu sampah."
- - -
Sore ini Risa memakai celana diatas lutut dan kaos putih yang melekat ditubuhnya.
Tampaknya Risa sedang menunggu kehadiran seseorang. Keliatan dari raut wajah nya yang ceria dan gelisah tak sabaran. Sakin terlalu antusiasnya ia pun ingin membuang air kecil sekarang.
Gadis dengan rambut sebahu itu berjalan sambil bersenandung kecil.
"Ngapain make tolol!"
"Bapak mau datang! Kalau ketauan gimana anjing?!"
Suara dari kamar milik abang-abangnya membuat Risa berhenti sejenak. Mengabaikan air kecil yang masih bisa ditahannya. Risa mendekat dan menempelkan telinganya ke pintu agar dapat lebih leluasa mendengar percakapan abang-abangnya itu.
Suara Geri? Risa yakin seseorang yang berbicara tadi Geri. Tapi apa maksudnya?
"Ssh" Risa sudah tak tahan lagi. Ia pun lari terbirit-birit ke kamar mandi.
Sekembalinya Risa dari kamar mandi. Dia disuguhi seseorang yang selama ini ia nanti-nantikan. Seseorang yang paling mengerti akan dirinya, yang mengasihinya dengan sepenuh hati, yang tak akan pernah mengasarinya, dan tentunya seseorang yang sangat Risa sayangi.
"Bapak!!" peluk Risa sambil menangis. Bagus pun balik memeluk Risa. Mengelus punggung anaknya yang sudah lama tak dijumpanya.
"Bapak!!" pelukan Risa mengendur perlahan. Mereka berdua menoleh pandang melihat Geri dan juga Dimas yang kini berlari dan menghambur peluk rindu kepada Bagus.
"Paaaaaak" panggil Dimas disela-sela tangisnya.
"Bapak kangen sama kalian." Risa yang belum puas pun ikut menghambur peluk kepada bapak nya, lagi.
"Kalian sudah makan? Bapak bawa kan nasi bungkus disitu. Makan lah." kata Bagus sambil mendorong kecil punggung anak-anaknya itu.
Mereka sampai dimeja makan. Risa berkutat dengan makanannya. Geri pun sama.
"Dim? Kenapa gak dimakan?" Dimas hanya menggeleng sambil tersenyum. "Masih kenyang pak."
Bagus menghela nafas berat ketika ia menatap lekat semua anak-anaknya yang tak terasa sudah bertambah besar.
"Anak bapak udah besar-besar rupanya." ujar Bagus tiba-tiba.
Geri hanya mampu menatap bapaknya itu sendu. Benar, sudah lama Bagus tidak mengunjungi rumah ini.
"Abang-abang kalian dimana? Kok gak keliatan?" tanya Bagus sambil meneguk air putihnya.
"Gak tau, pak! Kelayapan te--"
"Lemes banget!" Dimas menyumpal mulut adiknya itu dengan gorengan tempe dari nasi bungkus.
Bagus hanya terkekeh kecil. "Piknik bareng bapak yuk."
"AYOK!" Mata Risa berbinar hebat mendengar perkataan bapaknya barusan. Sudah lama mereka tidak piknik ke taman dekat sungai jernih yang terletak dibelakang rumah mereka.
"Besok." semua menatap Bagus. Tatapan yang siap menguliti tubuh Bagus.
"Hehe"
- - -
See u next part!
Jangan lupa vote and coment ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
AZARO
Novela JuvenilBenar-benar ajaib. Sekali jatuh aku nyaris larut seumur hidup. Hidupku benar-benar seperti bunga tak disiram air. Seperti bumi tanpa matahari, dan seperti malam tanpa bintang-bintang. Tak ada yang tinggal kecuali udara yang mengelus seluruh tubuhku...