Cerita Lama Pada Kertas Usang

10 6 2
                                    

"Demi apa pun!" Sorak Alea, yang sedang memegang kertas usangnya erat.

"Eh? Kau benar-benar akan menceritakan padaku cerita lama itu Alea?" Tanyaku ragu, sembari menunjuk kertas yang dipegangnya. Alea mengangguk semangat.

"Apakah ceritanya bagus? Maksud ku.. apakah jalan ceritanya menarik? Dan kau menyukainya?" Tanyaku beruntun, dan Alea mengangguk pelan setelah menghela nafas panjang.

"Apakah waktunya cukup?" Tanyaku sekali lagi, setelah melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku.

"Yang pasti, aku akan menceritakan cerita ini padamu hingga usai" sahut Alea berapi-api.

"Ulu ulu.. seolah aku orang penting saja." Aku terbahak-yang kemudian langsung berhenti ketika mendapat pelototan Alea.

"Intinya, aku ingin kamu menyimak baik-baik ketika aku membacanya. Oke?" Alea menatapku tajam.

"Sip bos ku! Lebih baik bacakan saha sekarang, kau malah buang-buang waktu dengan terus-terusan mengoceh"

"Maksudmu aku cerewet?!" Ujarnya, seketika wajahnya tertekuk.

"Ah, ayolah Alea, bacakan saja!!" Sahutku jengkel, ini terlalu buang-buang waktu!

"Waktu aku membaca cerita ini, dengarkan baik-baik! Dan simak dengan teliti! Bantu aku menemukan keganjilan jikalau ada."

"Andaikan aku bisa melipat waktu!" Rutukku.

"Tuh, ngomel lagi kan.. tapi sudahlah.. yang penting kamu mau mendengarkan ceritanya" Alea menghembuskan nafas pelan. Dan membentangkan kertas lapuk itu didepannya dengan perlahan. Takut sobek mungkin..

"Inilah yang disebut benda purbakala!" Sekali lagi aku terbahak, dan lagi-lagi terdiam karena pelototannya yang menurutku sedikit menggelikan. Untuk beberapa menit kemudian, aku berusaha menutup mulutku dan membuka telingaku lebar-lebar sebagai gantinya.










Cerita Usang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang