Cerita Usang

Ungkapan Keadaan Rasa Dari Masa Lalu

     Hari itu aku bertemu dengan mu, lebih tepatnya berpapasan. Disebuah jalan setapak kecil yang di kedua sisinya ditumbuhi ilalang lebat. Aku baru saja kembali dari tempat yang hendak kau tuju. Masyarakat disitu menyebutnya Danau Biru.

     Aku tak tahu-sejujurnya-kenapa sampai saat ini aku masih ingat kilasan kenangan itu, beserta dengan rasa yang meliputinya... aku juga tak tahu kenapa, hingga detik ini waktu tak menghapusnya dari ingatanku. Aky benar-benar tak tahu.

     Netral dan datar. Begitulah keadaan hatiku, tepat sebelum matamu melirikku, tapi tepat setelahnya? Rasa tenang itu menghilang secepat yang tidak aku duga.

     Ikat pandang matamu secepatnya kuputus, dan aku berlalu pergi dengan langkah yang terlihat jelas sedang terburu-buru. Aku pun abai pada tatapan heranmu yang masih mengikutiku, aku abai pada segalanya. Tapi tidak dengan kilasan kenangan awal pertama aku dan kamu bertemu.

     Ikhlas. Aku masih mencobanya hingga kini, hingga didetik aku menulis cerita ini. Meski dalam ingatan, bayanganmu enggan pergi dan terlepas.

     Fantasi, mimpi, khayal dan bayang tentang mu adalah hal-hal yang belum berhasil aku bebaskan dari diriku. Kau tahu bagaimana rasanya?! Sakit dan sesak! Sakit karena hal-hal itu terus-menerus mengingatkanku pada kekecewaan yang dulu aku telan mentah-mentah. Dan sesak? Iya! Sesak karena hal-hal itu menghimpitku dengan banyak harapan yang ironisnya selalu berakhir dengan kesia-siaan dan berujung kekecewaan.

     Angan-angan tentang mu masih tersimpan untuh, kini mengendap didasar hati yang rapuh. Percayakah kau? Ia ditumpuki beribu-ribu hal penting yang seharusnya membuatnya hilang dan terlupakan. Tapi tidak.

     Hampir saja aku melupakannya, tapi ternyata ia tak rela membiarkanku merasakan damai terlalu lama.