o0o
Nathan berkeringat dingin, tangannya mengepal kuat dengan mata terpejam. Otaknya ia paksa bekerja keras, mengingat sederet kalimat beberapa menit yang lalu. Tak terhitung berapa kali ia berdecak kesal karena tak kunjung mendapat jawaban.
Kali ini, ia lakukan sambil bolak-balik didepan sebuah pohon tua besar. Dan akhirnya ingatannya menemukan titik terang, sehingga menyebabkan senyuman yang tak tertahan.
"Yes!" Nathan melompat sebab terlampau bahagia.
Tanpa membuang lebih banyak waktu, dengan semangat Nathan berlari lurus ketempat tujuan awalnya. Hanya beberapa meter darinya sekarang. Sedikit lagi, dan ia pun sampai.
"Bi Ade! beli gulanya sekilo, garem sebungkus, tepung terigu sekilo, sama masako dua ribu." Nathan lega, akhirnya ia bisa menyampaikannya.
Walau sempat berdebat dengan dirinya sendiri, memilih antara gula dan minyak, akhirnya Nathan ingat yang dikatakan Bundanya tadi sebagai pesanan. Nathan memang lemah jika soal hapalan atau mengingat sesuatu. Ia termasuk anak yang mudah lupa.
"Makasih ya, bi!" ujar Nathan setelah menerima sekresek belanjaannya.
"Jalannya hati-hati yah, Nathan. Jangan nyusruk lagi kayak kemarin." pesan Bi Ade sebelum Nathan melangkah semakin jauh.
"Iya!" balas Nathan.
Ingatannya berputar pada kejadian beberapa hari lalu. Saat ia berlarian seperti orang gila disekitar rumahnya karena tak ada kerjaan. Mengejar anjing tetangga yang sama gilanya.
Terjatuh beberapa kali tak membuat semangat Nathan luntur. Remaja enam belas tahun tersebut masih berusaha mengejar anjing yang diberi nama Siro oleh si pemiliknya.
Puncaknya, ketika Siro yang mungkin sudah lelah, malah berbalik mengejar Nathan. Hal tersebut membuat Nathan kelabakan dan berlari sembarang arah. Tepat di seberang warung Bi Ade, Nathan terpeleset dan jatuh ke dalam selokan. Siro datang melihatnya, kemudian pergi begitu saja tanpa rasa bersalah.
"Ada-ada aja kelakuan anjing." Itu yang diucapkan Nathan saat dirinya ditinggal oleh Siro.
Nathan tertawa mengingatnya, kejadian lucu dan memalukan itu mana mungkin ia lupakan. Juga karena kejadian itu, jika ada tetangga satu kompleks yang melihatnya berjalan, mereka akan berkata,
"Hati-hati jalannya, Nath. Nanti mandi di got lagi."
Maka, Nathan akan semakin malu dibuatnya.
"Assalamu'alaikum, bunda!"
"Wa'alaikummussalam."
Nathan berjalan ke dapur mengikuti arah suara Bundanya. "Nih titipan bunda." ujarnya memberi tahu.
"Kok agak lama, nak?" Vany bertanya pada anaknya.
"Tadi Nathan ada yang kelupaan, bun." jawab Nathan sambil memberikan cengiran khasnya.
"Ah! kamu." Vany memang sudah tak heran lagi dengan kebiasaan anaknya, "Telornya mana, nak?" tanya Vany setelah membuka dan memeriksa belanjaannya.
"Lah? bunda ada bilang?"
Vany menghela napas, memang sudah salah saat ia menyuruh Nathan berbelanja. Salah ia juga kenapa tak ia berikan notes sekalian. Iya, semuanya salah Vany.
KAMU SEDANG MEMBACA
LHA-N
Fanfiction° Bukan kisah romansa anak remaja, tapi tentang empat sekawan dengan satu-persatu kekurangnya. Saling memeluk satu sama lain. Hingga salah satunya tak mampu lagi mendekap. Memilih jatuh, meninggalkan lara yang luar biasa. °