TianShan One/Twoshoot (19days)

4

"Hari ini kau masak apa Mo?"

"Sesuatu yang tak kau sukai,"

"Hah, kau sangat jahat Mo.."

**

"Mo~ ayo main basket sepulang sekolah,"

"Aku sibuk, aku harus bekerja."

"Akan ku bayar 3x dari gajimu."

"Tidak, kau saja sendirian."

**

"Jian Yi.."

"Oh? He Tian? Ada apa?"

"Lihat little Moㅡku?"

"Tidak, dari tadi tak melihatnya."

"Dimana anak itu. Oh ya, kalian mau kemana?"

"Ke kantin, kau mau ikut?"

He Tian nampak berfikir sejenak, "Baiklah. Siapa tahu Mo disana."

**

"Mo?"

"Apa?"

"Bisakah kau tidak menghindariku terus menerus?"

"Ap-apa? Aku tak menghindarimu."

"Kau jelas menghindariku. Kau sudah tak peduli padaku. Tak mau aku ajak bermain basket dan kau menghilang selama beberapa hari."

"Tidak, sial. Aku tak menghindarimu bodoh!"

He Tian memasang wajah bersedih agar Mo Guan Shan mengasihaninya.

"Tak ada gunanya berekspresi seperti itu Tian. Pergilah, aku harus bekerja."

**

Untuk Little Mo ♡

Aku tak suka jika kau mengabaikanku. Kau tahu kan aku tidak suka sendirian. Ku buatkan sandwich ini untuk terakhir kalinya. Aku tak tahu rasanya jadi jangan mengutukku jika rasanya tidak enak.

Selamat tinggal

He Tian tampan

"Bodoh!"

Setelah membaca surat yang ditinggalkan He Tian di mejanya. Ia merenung sejenak. Bahkan panggilan teman-temannya tak ia hiraukan. Harusnya ia senang jika He Tian pergi karena dia tak akan mengganggunya lagi.

Tapi perasaan sesak apa ini? Mengapa hatinya tak bisa menerimanya jika He Tian pergi? Kemana dia dan kenapa tiba-tiba seperti ini?

Jika saja ia tak mengikuti She Li beberapa hari kemarin untuk ke gunung, ia pasti akan menghabiskan waktu lebih banyak dengannya bukan? Walaupun agak menjengkelkan, sejujurnya Guan lebih merasa aman jika bersama He Tian. Tidak hanya aman tapi juga ......nyaman.

Kata terakhir itu benar adanya. Walau setiap harinya mereka selalu terlihat beradu mulut, nyatanya Mo tak membencinya. Walaupun sifat pemaksa He Tian kadang berlebihan, tapi tetap saja ia merasa sedikit terhibur.