9

2.6K 228 4
                                    

Aku merasa sangat gelisah setiap malam. Merasa terpuruk dan terkadang menyalahkan dunia, mengatakan bahwa ia tak adil kepadaku.

Setiap malam harus melewati rasa cemas yang sangat mengganggu, kurang tidur, harus bekerja keras dan kerap mendapat kritikan yang membuatku semakin tak percaya diri.

Kritikan itu bukan sifat membangun, melainkan lebih menjatuhkan. Di depan banyaknya orang, aku merasa takut.

Hingga suatu hari aku bertemu dengannya.

Dia yang bagai malaikat datang kepadaku dan membawaku menuju sebuah tempat nyaman. Membuatku melupakan segala sesuatu yang ku khawatirkan selama ini.

Tak sepenuhnya rasa cemasku hilang, tapi setiap saat aku merasa hilang kendali oleh rasa cemas, he comforted me with his warm hug.

Sampai-sampai terkadang aku melupakan jika kehidupan kami berbeda. Kami tak akan pernah bersama apapun yang terjadi, kecuali satu.. aku menyusulnya.

Ia hanya datang ketika malam dan pergi ketika menjelang pagi. Dia bisa memberiku pelukan hangat semalaman hingga aku tertidur pulas.

.
.

"Kau terlambat,"

"Yah pekerjaanku banyak, kau tau?"

Pria yang sejak tadi menunggu kepulangan sang pemilik rumah tersenyum dan mengikutinya. Jika ia tak dihentikan oleh si rambut merah, ia pasti sudah ikut masuk ke dalam kamar mandi juga.

"Kau sudah makan?" Tanya pria tadi dari luar. Ia menunggunya tepat di depan pintu kamar mandi.

"Sudah, aku ingin tidur setelah ini."

"Baiklah~"

15 menit berlalu, Mo Guan Shan, sang pemilik rumah keluar dari kamar mandi dan menuju ke ranjangnya. Ia sangat lelah. Melihat banyaknya pelanggan yang datang membuatnya harus bekerja 2x lipat dari biasanya karena salah satu teman kerjanya tak berangkat.

Ia membaringkan diri di kasurnya sambil membuka ponselnya yang sejak 3 jam lalu tak ia hidupkan. Guan mendapat sebuah pesan dari orang tuanya di kampung, menanyakan bagaimana kabarnya dan kapan agaknya ia bisa pulang.

Guan tak membalasnya, ia memilih untuk meletakkan kembali ponsel itu dan berniat membalas besok pagi. Dirinya beralih menatap pria yang masih saja menatapnya dengan senyuman seperti biasa.

"Kau sudah dari tadi?" Tanyanya.

"Ya, aku sudah disini sejak senja."

"Apa yang kau lakukan saat aku tak ada."

Pria itu menggeleng, "Berbaring disini. Aku menunggumu. Kau terlihat sangat lelah, sebaiknya kau tidur"

Guan Shan menganggukkan kepalanya. Ia bergeser ke samping dan memberikan ruang untuk pria itu agar bisa ikut berbaring dengannya.

"Kemari, temani aku, Tian"

Pria yang namanya baru saja dipanggil merasa sangat senang. Ia langsung membaringkan dirinya dan memeluk Guan Shan seperti biasa.

Guan Shan pun membalasnya, ia tak bisa menolak pelukan hangat dari pria itu.

"Aku harap kau nyata agar aku bisa menikmati pelukanmu tak hanya di malam hari"

Guan Shan bermonolog sembari menikmati pelukan itu. Ia sudah diceritakan bagaimana bisa He Tian bisa datang kepadanya dan bagaimana ia bisa kehilangan nyawanya.

Kecelakaan yang sengaja dibuat olehnya hanya karena ia membenci seluruh anggota keluarganya. Ia membakar rumah mereka saat malam hari dan mengurung dirinya di kamar. Anggota keluarga sebisa mungkin membawanya keluar tapi kobaran api sangatlah besar dan tak mungkin bisa di tembus walaupun oleh pemadam kebakaran itu sendiri.

Kejadian ini terjadi 8 bulan yang lalu, Guan pernah mendengarnya tapi ia tak menanyakan hal lain lagi karena ia rasa itu sangat sensitif.

Dan He Tian datang sejak 3 bulan lalu.

"Jangan pergi, aku tak mau kau meninggalkanku sendirian"

Itu yang bisa ia katakan hampir setiap hari dalam hatinya. Berharap jika Tian tak akan pergi darinya walaupun ia tau He Tian tak akan disana selamanya.

End

TianShan One/Twoshoot (19days)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang