Sekar (1)

46K 276 4
                                    

"Sungguh Bapa tidak menyangka, ternyata selama ini begini kelakuan kamu, Putri Sekar! Sekarang enyah dari istana ini! Bapa tidak mau bayi itu akan menjadi aib di kerajaan ini"
"Tidak, Bapa. Tidak! Aku sama sekali tidak pernah melakukan itu hikss hikss" Kata Putri Sekar sambil menangis
"Mulai sekarang, kamu bukan anakku lagi!"

Pedih, begitulah yang dirasakan Putri Sekar waktu itu. Ia dituduh melakukan perbuatan nista sementara ia tidak pernah melakukannya. Lalu bayi yang dikandungnya, ya, dia sama sekali tidak pernah menyangka hidupnya aka berakhir seperti ini, hamil secara tiba2 hingga dianggap menjadi aib kerajaan. Putri Sekar sama sekali tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, ini semua terjadi di luar nalar. Bahkan ayahnya, satu2nya orang yang ia cintai setelah mendiang ibunya hingga tidak mempercayai putrinya itu. Namun, kehidupan harus terus berjalan. Ia sama sekali tidak mengutuk kejadian yang telah menimpa dirinya. Bahkan ia sangat menyayangi bayi yang dikandungnya itu. Ia percaya akan kehendak dewa yang tidak akan mungkin memberikan ujian yang tidak akan bisa ia lalui. Beruntungnya, selama ini ia ditemani oleh Nini Ratri, dayang istana yang selama ini merawat Putri Sekar sedari lahir, dayang kepercayaan Permaisuri Laksmi. Nini Ratri tidak sampai hati untuk meninggalkan Putri Sekar dalam keadaan yang sulit. Terlebih ia tahu, Putri Sekar tidak akan mungkin melakukan perbuatan itu.

Kini, 9 bulan telah berlalu. Perut Putri Sekar kian membesar. Bahkan lebih besar dari ukuran orang hamil pada umumnya. Untuk menyambung hidupnya, Putri Sekar melakukan perdangan, menjual buah2an ke desa di seberang hutan tempat ia tinggal. Semantata Nini Ratri melakukan hal yang sama namun di tempat yang berbeda.

"Shh sayang, kamu aktif sekali hari ini. Apa kamu sudah tidak sabar bertemu biyung?" Kata Putri Sekar sembari mengusap perut buncitnya itu di sela2 menjual buah2an.

Ya, selama ini tidak ada yang mengetahui keberadaan Putri Sekar. Bahkan tidak ada orang yang mengenalinya. Karena ia selalu mengenakan selendang yang ia gunakan untuk menutupi sebagian wajahnya.

"Maafkan aku nyi, perutmu sangat besar dan terlihat turun ke bawah, apakah sudah mendekati waktunya?" ucap salah satu pembeli kepada Putri Sekar.
"Ahh, ini memang sudah mendekati waktunya, Nyi sanak"
"Mmm kalau begitu, bolehkah aku memegang perutmu?"
"Engghh, silahkan" Kata Putri Sekar meringis merasakan bayinya yang aktif bergerak.
"Maaf jika aku berbicara lancang. Bayi yang kau kandung bukanlah bayi biasa, Nyi. Aku bisa merasakan itu. Semoga kebahagiaan akan segera datang menghampirimu" Ucap pembeli seraya tersenyum
"Terimakasih, Nyi Sanak" Kata Putri Sekar menyunggingkan senyumnya.
Pembeli itupun berlalu.

Matahari mulai berjalan ke arah barat dan hari mulai petang. Putri Sekar bergegas membereskan sisa dagangannya. Beruntungnya, buah2an yang ia bawa hari ini terjual banyak. Ia terbiasa memberikan sisa dagangannya kepada beberapa pengemis hingga tak terhitung berapa orang pengemis yang berdoa untuk kebahagiaannya.

"Ngghh.. Uhh.. Sayang, kamu jangan nakal, ya. Tunggu biyung sampai rumah. Sshh" sesekali Putri Sekar menghela nafas di sela2 rintihannya. Bayinya singguh sangat aktif hari ini.
"Nini Ratri, tidak biasanya seperti ini, kenapa ia belum juga sampai, mmhhh" Katanya sambil mengusap perutnya lalu meluruskan kaki membenarkan posisi bersandar. Ya, ia terbiasa menunggu Nini Ratri untuk pulang bersama. Di tempat biasa, di bawah pohon rindang.

"Ahh.. Kenapa perutkuh sakit sekaliih, uhhh"

"Sshh, sayanghh kau benar2 ingin bertemu biyung sekarang? Eunghh"

"Ngghh, ssakkiit, uhh.."

"Ninihh, kenapa kau lama sekalihh eumhh" Kata Putri Sekar kembali mengusap2 perutnya.

Sakit yang ia rasakan sudah tidak tertahakan. Ia hanya bisa meringis dan terus mengusap2 perut besarnya itu.

Di sela2 rintihannya, Nini Ratri datang dan terkejut melihat Putri Sekar

Giving Birth Stories (Jadul Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang