Sekar (2)

35.5K 264 1
                                    


"Tidak apa2 Nini Ratri, syukurlah aku dan bayiku bisa selamat. Tapii.."

"Ssshhh.."

"Aaahhh.. kenapa perutkuh rasanya mulas sekaliihhh"

"Apa jangan2 selama ini Tuan Puteri hamil kembar?" Tanya Nini Ratri sedikit panik

"Aku tidak tau, Ni. Tapi.."

"Ngggghhhhhh"

"Bersiap2lah Puteri, karena seperti kau akan melahirkan lagi"

"Sshh iya, Nii. Tolongh bayi pertamaku, Ni"

Nini Ratri menggendong bayi pertama Putri Sekar lalu meletakkannya di sebuah ranjang kecil yang bersebelaham dengan Putri Sekar.

"Ni, perutku rasanya mulash sekaliihh, huhhh huhh"

Putri Sekar terus menerus menggeliat merasakan perputaran bayinya. Sesekali ia bangkit dan menghela nafas lalu memgusap perutnya dengan kaki yang masih mengangkang.

"Tolong lihat jalan lahirku, Ni. Mmhhh"

"Baik, Tuan Puteri"

"Shhh.. Ahh rasanya sakit sekali, Ni. Bahkan lebih sakit dibandingkan dengan bayi pertamaku huh huh"

"Sabar, tuan Puteri, biar saya periksa" Kata Nini Ratri sambil menyingkap kemben yang dipakai Putri Sekar untuk melihat liang lahirnya. Sayangnya, entah kenapa jalur bayi yang seharusnya terbuka sempurna malah kembali merapat. Padahal tuan Puteri baru saja melahirkan anak pertamanya.

"Maaf tuan Putri, tapi tidak ada tanda2 bayinya akan keluar. Jalan lahirnya juga kembali merapat seperti tidak pernah terjadi pembukaan"

"Shh.. Lalu, bagaimana ini, Ni? Perutku sakitt sekalii.. Sshh.. Awwhhh"

"Tolongh cek perutku, Ni. Apa benar masih ada bayi yang harus aku lahirkanhh atau terjadi sesuatu yang lainhh.. Uhh"

Nini Ratri tidak menjawab pertanyaan Putri Sekar. Dengan lembut ia mulai meraba perut Putri Sekar, sesekali menekannya untuk memastikan keberadaan si jabang bayi.

"Jangan ditekanh, Ni. Ini sangathh sakkiitthh huh huh"

"Awwhhhh sssakkitthhh...."

"Euhmmm"

"Sakkitthh, Nii"

Nini Ratri tidak menggubris, sepertinya ia sedang berkonsentrasi dengan pemriksaannya itu.

"Tuan Puteri, sepertinya bayinya sungsang!" Ucap Nini Ratri dengan nada setengah panik.

"Lalu, bagaimana ini, Ni? Perutku sudah sangat mulashh, aku tidak kuathh emmhh"

"Maaf jika ini sedikit sakit, Tuan Puteri. Tapi hamba akan berusaha merubah posisi kepala bayinya agar bisa berada di bawah"

"Emhh baiklah, segera lakukan, Ni. Ini sungguh sakkiittt huh huh"

"Aahhhhh sakkit, Nii" teriak Putri Sekar tatkala Nini Ratri menekan2 perutnya.

Nini Ratri terus menerus menekan perut Putri Sekar dengan pelan lalu dilanjutkan dengan gerakan memutar. Sesekali ia menekannya ke bawah dengan kasar.

"Nggghh sakkitt, Nii"

"Sabar, tuan Putri. Ini memang sedikit sakit. Tapi ini demi kebaikan bayi yang ada di kandunganmu, tuan Putri"

"Ssshh.. Sakkiiittt.."

"Ahhhhhh"

"Sakkitt, Niii"

"Aku bisa merasakannh, liangku semakin panashh, Nii"

"Uuhhhh"

"Mmhhhh"

"Benar, tuan Putri. Posisi kepala bayinya sudah berada di bawah. Semoga saja kontraksinya segera tiba dan liang lahirnya kembali terbuka"

"Eungghh.. Apakah ini masihh lama?"

Putri Sekar menggeliat tak karuan. Tangannya berpegangan pada sisi2 bantal. Peluh di wajahnya pun bercucuran.

"Sepertinya ini akan sedikit lama, tuan Putri. Hamba mohon bersabarlah"

"Aku tidak kuat, Niihh. Ini sangathh panashhh. Huh huh"

Nini Ratri terus menerus mengurut perut Putri Sekar. Akhirnya usahanya membuahkan hasil. Kepala bayinya sudah mulai menyembul.

"Tuan Putri, kepala bayinya sudah terlihat. Sebentar lagi kau boleh mengejan"

"Emmhh baiklah, Ni. Akuh bisa merasakannya"

"Ahhhhh" teriak Putri Sekar tatkala kontraksi kembali menyerangnya

"Apakah aku boleh mengejan sekarang, Ni? Liang lahirku terasa berkedut dan panas sekalihh.. Uuhhhh"

"Tuan Putri, saat kontraksi datang, kau boleh mengejan"

"Mhh, syukurlah"

"Nii, perutkuh sssaakiitthh"

"Dalam hitungan 123 silahkan mengejan, tuan Puteri. 1 2 3!"

"Euunggggghhhhhhhhh"

"Terus tuan Putri, dorong"

"Hngggghhhhhhhhaaahhhh..."

"huh huh"

"Eunggghhhhhhhhh saakkiiittt"

"Yak, terus tuan Putri! Sedikit lagi!"

Putri Sekar mencari posisi ternyaman. Tangannya mencengkram kuat di sisi2 ranjang lalu berlanjut untuk mengejan.

"Hmmphhtttttt"

"Bantu biyung, Nak. Tolonghhh.. Uh uh"

"Eungghhhhhhhhhh"

"Yak, sedikit lagi tuan Putri"

"Nggggghhhhhhhhhhhh"

"Kepala bayinya sudah keluar, tuan Putri. Tinggal sedikit lagi bayinya akan keluar sempurna"

"Iya, Nii. Uuhh"

"Bersiap mengejan lagi, tuan Putri"

"Hngggghhhhhhhh"

"Dorong, tuan putri, dorong!"

"Eungggghhhhhhhhhhhhhh"

"Terus tuan Putri"

"Hmmppttttt"
"huh huh"
"Eungggggghhhhhhh"

"Sedikit lagi, Tuan Putri"

"Akuh tidak kuat, Nii. Sakit sekaliihhh huh huh" Putri Sekar terlihat sangat kewalahan. Sedari tadi tubuhnya menggeliat tak karuan.

"Kembali mendorong, tuan Putri!"

"Eungggghhhhhh"

"Ambil nafas, keluarkan"

"Hmpptthh"

"uh uh"

"Tarik nafas, dorong"

"Hngggggghhhhhhhhhhh"

"huh huh"

"Eunggggghhhhhhhhhhhhhhh"

*oek-oek

Seluruh badan bayi keluar dengan sempurna, berjenis kelamin perempuan.

"Sungguh cantik, tuan Putri. Sama sepertimu"

"Ehmm, iya, Ni. Aku sangat bahagia hari ini karena aku bisa melahirkan sepasang bayiku dengan selamat"

"Selamat, tuan Putri. Semoga selalu dikelilingi oleh kebahagiaan"

Putri Sekar tersenyum melihat kedua bayinya yang tampan dan cantik.

Tiba2 saja terdengar suara gemuruh. Suara ghaib itu berkata bahwa ke dua bayi yang lahir adalah sepasanh bayi yang dititipkan oleh Dewa untuk menjaga perdamaian dan kelak akan melahirkan manusia2 yang mulia.
.
.
.
.
Gimana nih? Maaf kalau kurang ngefeel. Kalau sampe 100 vote aku lanjut next story. Jgm lupa tap vote biar semangat nulisnya xixi. Thank u yang udah bacaa 💖

Giving Birth Stories (Jadul Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang