Mirah

45.3K 288 8
                                    

Penting!!!
Jangan lupa vote sebelum baca. Hargai penulis. Ok?
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Mirah maaf sekali aku harus mengatakan ini kepadamu. Tapi maaf, untuk sementara waktu aku harus dinas tugas pembantuan di desa terpencil"
"Apa tidak bisa dibatalkan, Mas? Lalu bagaimana dengan kandunganku?"
"Kau akan ikut denganku, Mirah"
"Tapi perutku sudah terasa turun sekali, dan mendekati waktunya."
"Kau tenang saja, pasti semua akan baik2 saja"

Mirah mengangguk mendengarkan penuturan Darma. Ia yang mengerti langsung bergegas mengemas pakainnya dan suaminya. Kandungannya kini sudah memasuki usia 9 bulan yang artinya sebentar lagi ia akan melahirkan.

Waktu menunjukkan pukul 3 sore, mereka harus berangat menuju desa yang dimaksud oleh Darma. Sebenarnya Mirah khawatir dengan kandungannya, terlebih kata Darma desa itu terletak di pinggiran hutan. Ia khawatir tidak ada yang menolongnya ketika persalinan nanti.

Setelah melakukan perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka sampai di desa yang mereka tuju. Benar yang dipikirkan oleh Mirah, desa itu terkesan sangat terpencil dan tertinggal. Beruntungnya, mereka diberikan ijin untuk tinggal di rumah lama milik Pak Kades. Lebih baik daripada rumah2 lain di sekitar desa itu yang rata2 beralaskan tanah dan berdinding bambu.

"Maaf kita harus tinggal di sini, Mirah"
"Mmh, tidak apa2, Mas. Tapi apa Mas yakin di sini ada bidan yang bersedia menolong persalinanku nanti?"
"Aku akan mencari tahunya besok, Mirah. Sekarang kau beristirahatlah, kasian anak kita pasti lelah." Ucap Darma sambil mengelus perut Mirah, lalu mengecupnya.
"Ehm baiklah."

Keesokan harinya, Darma sudah mulai menjalankan tugasnya di Desa itu. Mirah merasa kesepian. Ia memutuskan ingin keluar dari rumah dan mencari udara segar. Namun ketika ia akan keluar tiba2 terdengar suara ketukan pintu.

Tok tok tok

"Assalamualaikum.."
"Eh waalaikumsalam, maaf Ibu siapa ya?"
"Saya Bu Kades. Ini dengan mbak Mirah, ya?"
"Oh, baik Bu silahkan masuk."

Mirah mengungkapkan ucapan terimakasihnya karena ia dan suaminya diberi tempat tinggal yang nyaman untuk di tempati. Sementara itu Bu Kades sedikit terkejut karena melihat perut Mirah yang sepertinya sedang hamil tua.

"Mbak Mirah perutnya kelihatan turun, sudah waktunya?"
"Mmh, iya Bu Kades. Perkiraan dari dokter, tanggal 25 saya akan melahirkan."
Bu Lurah sangat terkejut mendengar penuturan Mirah.
"Tanggal 25? Bukankah itu malam bulan purnama?"
"Benarkah? Memangnya kenapa, Bu?"
Bu Kades menjelaskan ada tradisi dan mitos yang berkembang di desa itu bahwabayi yang lahir di bulan purnama harus dilarung ke sungai sebagai persembahanuntuk ratu buaya karena jika tidak, ratu buaya akan marah dan bisa meluapkanseisi sungai dan mengakibatkan bencana. Mirah sangat terkejut, ia takutmendengar ucapan Bu Lurah mengenai mitos tersebut.
"Lalu bagaimana ini Bu? Aku takut Jika bayiku lahir di malam bulanpurnama."
"Mbak Mirah tenang saja, ada satu cara yang bisa menangkal itu semua.Meskipun sebenarnya ada konsekuensi yang besar."
.
.
.
.
Hari ini adalah tanggal 25, tepat tanggal dimana Mirah diperkirakan akan melahirkan bayinya. Benar saja, perutnya sekarang terasa mulas tak karuan. Sebenarnya ia sudah merasak kontraksi kecil sedari pagi namun ia tidak terlalu paham akan kontraksi tersebut. Ia benar2 takut jika anaknya harus lahir malam ini. Mirah tiba2 merasakan mulas diperutnya hingga ia terbangun dari tidurnya.

"Mass.."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Giving Birth Stories (Jadul Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang