"Maaf ya sayang, mungkin aku akan pergi ke perkebunan dalam satu bulan ke depan. Jaga diri baik-baik dan anak kita. Aku sangat mencintai kalian" kata Cakra sambil mengelus dan mencium perut buncit Arum."Sebenarnya, aku sangat sedih karena Mas harus pergi. Aku takut jika sewaktu melahirkan nanti tidak ada kamu di sampingku, Mas"
"Tenang saja sayang, aku akan mengusahakan agar aku segera pulang. Aku juga sudah menghubungi Mbak Ida agar kamu tidak kesepian."
"Baiklah Mas, pergilah. Jaga dirimu baik-baik."
Sebuah kecupan mendarat di kening Arum. Dengan berat hati dia harus melepas suaminya pergi meskipun dengan perasaan khawatir. Ya, kini usia kandungannya tengah memasuki 34 minggu. Dokter mengatakan mungkin bayinya akan lahir dalam 4-5 minggu ke depan. Meski mereka hidup di desa, akan tetapi mereka tergolong orang yang kaya raya dan memiliki fasilitas yang cukup mewah untuk ukuran orang pedesaan sehingga mereka rutin untuk cek kandungan ke dokter atau rumah sakit.
Tak beberapa lama setelah itu, Ida datang. Ida adalah kakak perempuan dari suaminya. Tanpa diketahui Arum, ternyata Ida mempunyai perangai yang jahat. Ida menaruh dendam terhadap Arum karena menurutnya,Arum lah penyebab utama kematian anaknya.
Waktu terus berlalu, kini kehamilan Arum sudah memasuki usia 38 minggu yang artinya tak lama lagi ia akan melahirkan. Akhir-akhir ini dia juga sering merasakan kontraksi palsu.
"Mbak" Rintih Arum.
"Ada apa, Rum?"
"Tolong antar aku ke kamar, shh perutkuhh sakkith"
"Apa kamu merasakan kontraksi?"
"Nghh aku tidak tau mbak, tapi perutku rasanya sakkiiit, ahhs"
Dengan rasa jengkel dan berat hati, Ida menuntun Arum menuju ke kamar. Dalam hati, ia sudah merencanakan sesuatu. Tak lain adalah supaya anak di dalam kandungan Arum tidak selamat.
"Mbak, apakah sebaiknya aaku harus menghubungi Mas Cakra?"
"Tidak usah, Rum. Kau beristirahatlah, biar aku yang menelfonnya"
"Baiklah mbak"
Waktu menunjukkan pukul 9 malam, tapi Cakra belum juga menghubungi Arum. Sepertinya malam ini Arum akan melahirkan karena ia sedari tadi merasakan kontraksi yang cukup menyiksanya.
"Mbakk, mbak Ida, perutkuh sakkiit"
Ida mendengar panggilan Arum dari luar, namun ia sengaja tidak menghiraukannya. Ia ingin Arum tersiksa lebih lama lagi dengan rasa sakitnya.
"Mbak, perutkuhh sakkiit, sepertih ada yang mau keluaarhh ahhh huh huh"
"Ngghhhh, sshh huh huh"
Arum merintih dan mengerang. Sesekali ia mengatur nafasnya
"Mbak, kamu dimana mbak? tolongh akuuh shh aaw"
Ida masih membiarkan Arum kesakitan. Karena penasaran, dia memutuskan untuk mengecek kedaan Arum.
"Eeh iya Rum, gimana? kontraksinya semakin sering?"
"Ngghhh perutkuh sakkitt, sepertinya aku akan melahirkan huh huh"
"Baiklah akan aku cek pembukannya"
Setelah dicek oleh Ida, ternyata pembukaan Arum masih memasuki pembukaan 2. Ia berinisiatif mencampurkan ramuan agar Kinan merasakan kontraksi yang hebat.
"Rum, minumlah agar rasa sakitnya reda."
"Ttterimakasih mbak, shh. Tapi, tolong hubungi suamiku, rasanya aku sudah tidak kuat mbak, aku ingin pergi ke rumah sakit. Sshh aahh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Giving Birth Stories (Jadul Version)
Short StoryKumpulan cerita pendek melahirkan dengan latar jaman dulu. Gasuka skip aja. Open request juga boleh, komen / dm yah 💕