Arini, begitu ia disapa. Ia adalah wanita cantik khas pribumi yang berusia 27 tahun. Sehari-harinya ia tinggal bersama suaminya yang bekerja sebagai pencari kayu bakar di hutan untuk dijual. Sederhana memang, tetapi cinta mereka berdua begitu kuat. Keadaan memaksa mereka untuk meninggalkan semua kemewahan yang mereka punya dan memilih untuk tinggal di sebuah rumah kecil beralaskan tanah di sebuah desa terpencil di pinggir hutan. Saat ini, Arini tengah mengandung 8 bulan, bisa dikatakan bahwa kini ia tengah hamil tua. Meski begitu, ia bukanlah wanita yang lemah. Di saat suaminya pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar, ia tetap berusaha membantu perekonomian keluarga dengan mencari buah-buahan dan sayuran di hutan untuk dijual ke desa sebelah. Meski sudah dilarang oleh suaminya, tetapi ia tetap bersikeras untuk tetap menjalankan kegiatannya.
Damar, begitu suaminya disapa. Dalam lamunanya, ia merasa bersalah karena telah mencintai Arini hingga membuat Arini harus menjalani kehidupan yang sengsara dan jauh dari kehidupan sebelumnya. Iya, Arini lahir dari keluarga yang terpandang, berbeda dengan Damar yang terlahir dari keluarga pas-pasan. Pernikahan mereka tidak direstui oleh orangtua Arini. Tidak lain adalah karena status perekonomian keluarga Damar yang begitu jauh dari keluarga Arini. Bisa dibilang, Ayah Arini adalah keturunan bangsawan dan raja, hidupnya bergelimangan harta. Semua ini adalah karena Arini. Arini tidak suka terhadap perlakuan keluarganya kepada Damar. Arini sangat mencintai Damar. Hingga pada akhirnya pernikahan mereka mendapat restu dari orangtua Arini asalkan Arini bersedia meninggalkan rumah dan tak membawa sepeserpun harta atau perhiasan yang dikenakan. Sumpah serapah keluar dari mulut Ayah Arini.
"Aku bersedia merestui kalian. Tapi Arini, aku tidak akan membiarkan laki-laki miskin itu menginjak rumah ini lagi"
"Bailklah Ayahanda, jika ayah menginginkan hal itu, aku akan tetap menikah dengan Damar, dan aku akan pergi meninggalkan rumah ini. Aku mencintai Damar, Ayah." Kata Arini sembari menangis. Damar yang terkejut mendengar pernyataan Arini langsung memeluk Arini. Dalam hati, Damar merasa sangat bersalah karena Arini telah melawan keluarganya demi dirinya.
"Silahkan saja jika kamu betah hidup miskin! Tapi ingat, kau tidak boleh membawa sehelai pakaianpun dan serahkan perhiasanmu pada Ayah. Aku akan membiarkanu pergi bersama laki-laki miskin itu. Dan ingat perkataanku sekali lagi, jangan sekali-kali mengemis meminta kembali diterima di keluarga ini!"
(Flashback off)
Damar tersadar dari lamunannya, ia sangat merasa bersalah dan berjanji akan membahagiakan Arini. Hari beranjak siang, Damar harus pulang. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Damar terkejut mendapati Arini yang sedang melenguh kesakitan, dengan posisi bersandar dan mengangkang sambil memegangi perutnya.
"Aaah, aww ssakkiithh"
"Dinda, kamu kenapa Dinda? Apakah kamu baik-baik saja?"
"Aaah Kanda, kauuhh sudah pulangghh?" tanya Arini terengah-engah.
"Apa yang terjadi padamu Arini? Kenapa bisa seperti ini?"
"Akkuhh tidak apa-apa kandaa, mungkin karenaa aku terlaluhh lel- aaaahh sakkiitt aahh"
Damar bergegas membawa Arini ke dalam kamar. Arini merasakan kram yang begitu hebat di perutnya. Semenjak usia kandungan Arini memasuki 7 bulan, Arini memang seringkali mengeluh kesakitan. Beberapa hari lalu, Damar sudah memeriksakan kandungan Arini kepada Mbok Darmi, satu-satunya paraji di desa itu. Kata Mbok Darmi, bayi yang dikandung Arini berukuran besar, sangat wajar jika Arini sering mengeluh kesakitan akibar pergerakan jabang bayi dalam kandungannya. Hari sudah gelap, seperti biasa, Damar membantu Arini melepaskan kaitan kancing kebaya yang terlihat ketat dipakai Arini karena perut buncitnya. Akhir-akhir ini, Arini memang sengaja memilih tidur hanya menggunakan kemben atau jarik tanpa baju karena menurutnya, dengan begitu ia bisa bebas bergerak, meski untuk sekedar memiringkan badannya saja terasa sangat berat, tapi setidaknya ia sedikit merasa lega. Selesai melepas pakaian yang digunakan, Arini berdiri di depan kaca, menggulung rambutnya, lalu menatap dirinya dalam-dalam pada cermin. Arini tersenyum, melihat perut besarnya berisi buah cintanya dengan Damar. Damar yang terkagum-kagum dengan kecantikan istrinya langsung memeluk Arini dan mencium leher Arini dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Giving Birth Stories (Jadul Version)
Short StoryKumpulan cerita pendek melahirkan dengan latar jaman dulu. Gasuka skip aja. Open request juga boleh, komen / dm yah 💕