Kini matahari tak menampakkan dirinya. Ia membawa dirinya bersama seluruh sinar dan semangatnya tenggelam kedalam gelapnya malam. Lampu lampu jalan telah menyala, sehingga memudahkan Jay untuk melihat jalanan dibantu lampu depan mobilnya.
Beberapa kali ia membunyikan klakson kepada pengemudi didepannya. Berkendara dengan kecepatan penuh agar bisa membawa sepupunya pergi dari ayahnya yang tak waras —setidaknya semua orang menganggap dirinya begitu, namun tetap saja ia kehilangan jejak.
Peluh membasahi dahi hingga badannya. Sungguh, ia sungguh khawatir pada adiknya yang sedang dibawa ayahnya yang gila itu. Ia menepi, lalu memukul stir mobil dan membenturkan kepalanya pada klakson. Membuatnya berbunyi begitu nyaring.
Ia berteriak frustasi lalu menangis sembari mengacak rambutnya. Kepalanya pening tak tertahankan. Tak berapa lama kemudian, sebuah mobil berhenti didepannya. Itu mobil Kei dan Seon.
Mereka mendekati Jay yang masih berada didalam mobilnya dan membujuk pemuda itu untuk tenang. Hingga akhirnya mereka bertiga berakhir di sebuah minimarket tak jauh dari jalan itu.
Jay meneguk satu kaleng soda dalam sekejap, membuat Kei maupun Seon terheran.
"Kau kenapa?"
Pemuda Park itu menoleh dan memelototi Kei yang bertanya. "Bagaimana aku tidak gila berhadapan dengan pria tak waras seperti dia." Ia menggebrak meja membuat Kei dan Seon lebih terkejut lalu membenturkan kepalanya pad meja.
Seon meletakkan minumannya dan menatap jengkel Jay, "Jangan benturkan kepalamu lagi. Aku tak mau kau tambah tak waras."
Jay mengangkat wajahnya dan menatap Seon tak percaya, "Hyung."
"Sudahlah." Lerai Kei. "Kita harus mencari kemana orang itu membawa Daniel."
"Menculik Daniel." Koreksi Jay dengan penuh penekanan.
Hening untuk beberapa saat, mereka bertiga sibuk menerka-nerka semua kemungkinan. "Hmm hyung, kau ingat kemana Daniel kabur saat pertma kali?" Seon bersuara.
"Ah, kau benar. Rumah dikawasan elite itu?" Seon mengangguk antusias.
"Tidak mungkin." Mereka menoleh pada Jay, "Terlalu mencolok jika mereka memakai Van hitam masuk kedalam perumahan elite."
"Lantas?"
Jay mengetuk-ngetuk jarinya diatas meja lalu sebuah tempat terlintas dipikirannya. "Sepertinya aku tahu mereka membawa Daniel kemana."
"Kemana?"
"Aku tak ingat nama daerahnya, tapi aku ingat jalannya. Ikuti mobilku." Tanpa pikir panjang segera menuju mobil.
"Tunggu." Seon dan Jay berhenti menoleh pada Kei yang malah berlari kembali ke dalam mini market.
"Kenapa hyung?"
Keu berjalan menuju mobil Jay. "Kau menyetir, jangan ugal-ugalan."
•••Mother•••
"Kau yakin ini tempatnya?"
Mereka berhenti didepan sebuah gerbang menuju sebuah kabin dipinggiran kota Seoul. Sebuah kabin yang tampak tenang dan tidak mencurigakan. Tanpa penjagaan yang ketat didepannya.
Jay mengangguk, "Iya, aku sangat yakin."
"Sangat tidak cocok untuk menyekap seseorang dirumah yang begitu damai." Komentar Seon yang diangguki Kei.
"Mungkin kau salah tempat." Keu menghentikan Jay yang berjalan didepannya, "Tidak mungkin pria yang selalu kau sebut gila itu menyekap anaknya yang ia benci ditempat setenang ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother
Short Story[discontinued] Daniel tak pernah mengira bahwa semua berlalu begitu cepat. Seakan baru saja kemarin semua terjadi dan sekarang sudah tujuh tahun sejak tragedi itu. "I love you, Mom ..." -au, angst -Daniel I-LAND kimheuning, 2020 zachwafr