05. stranger

262 42 9
                                    

Suara gerbong kereta bergerak mendominasi, Daniel menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi kereta. Rasanya lega bisa bertemu dan sedikit mengobrol dengan Taeyong juga saudara kembarnya yang bernama Taewon. Awalnya Daniel kira mereka akan sulit dibedakan, tapi ternyata kontur wajah mereka tidak terlalu mirip. Mungkin karena sudah lama tak bertemu. 

Taeyong terlihat lebih bijak dengan bibir lebih tebal juga wajah yang lebih oval. Sementara Taewon terlihat lebih lembut dengan mata besar juga wajah bulatnya. Mereka berbeda dan sama disaat yang bersamaan. Mereka terlihat serasi juga saling melengkapi.

Daniel sedikit terkekeh, ia sungguh iri. Apa jadinya jika ia punya kakak atau adik. Apa ia tak akan semenyedihkan ini. Atau malah mereka yang akan menderita. Hidup memang susah ditebak.

Ia jadi teringat obrolannya bersama Taeyong juga Taewon beberapa saat yang lalu. Pemuda yang dua tahun lebih tua darinya itu, ternyata lebih dari apa yang selama ini ia pikirkan. Dan juga kembarannya.

"Jangan terlalu menyendiri lagi, banyak orang diluar sama yang menunggumu. Kau tidak sendirian, Daniel."

Omong-omong soal kembaran, ia jadi teringat salah satu teman panti yang dulu sangat dekat dengannya. Satu-satunya orang yang mampu membuatnya aman.

Satu-satunya orang yang mampu membuat Daniel bukan seperti Daniel yang setiap orang kenal. Menjadi Daniel yang dulu. Daniel yang ceria. Daniel yang berbeda dengan Daniel saat ini.

"Sunoo hyung. Ia dirawat dirumah sakit."

Seketika Daniel tersadar. Benar. Tadi Taeyong sempat menyinggung Sunoo. Orang yang mampu membangkitkan Daniel yang dulu.

Ada apa dengan Sunoo sampai pemuda itu dirawat dirumah sakit? Selama ini, Daniel tak mengetahui apapun tentang pemuda itu. Bahkan sejak awal mereka bertemu.

Apa yang terjadi padanya setelah ia kembali diambil alih oleh keluargnya? Apa ia sakit?

Jika iya, Sunoo sakit apa? Dan kenapa selama ini ia tak tahu?

"Kau akan mengunjunginya?"

Daniel seketika menoleh saat ia mendengar suara seseorang. Seorang pemuda duduk tepat dihadapan Daniel. Pemuda itu duduk seraya tersenyum tulus pada Daniel.

"Euijoo hyung?" gumam Daniel.

"Hai, lama tak berjumpa."

••• Mother •••

Beberapa saat yang lalu Daniel baru saja keluar dari stasiun, kini ia tengah berjalan menuju halte bis terdekat dengan tujuan danau itu. Jujur, selama bertahun-tahun Daniel mengunjungi danau itu, ia tak pernah tau nama danau yang menjadi saksi kematian ibunya. Dan sepertinya ia juga tak tertarik untuk tahu.

Daniel berdiri diantara beberapa orang yang sedang menunggu bis datang. Ia sesekali meniup tangannya karena udara semakin dingin.

Tak lama kemudian, bis datang dan untungnya itu adalah bis dengan danau itu —sungguh, Daniel sama sekali tak tertarik dengan nama danau itu. Segera saja Daniel masuk dan duduk dipojok kiri bis.

Perjalanan yang ditempuh sekitar limabelas menit, tapi entah kenapa rasanya sangat lama bagi Daniel. Jalan yang ia lewati sekarang juga jalan yang sama saat ia pergi ke danau dengan mobil. Bersama Hanbin atau Seon. 

Selama perjalanan, ada seseorang duduk disamping Daniel. Orang itu tampak mengajak bicara setiap orang yang ia temui. Dengan cengengesanya ia mampu membuat orang tertarik padanya. Dan sekarang, orang itu sedang berusaha mengajak Daniel mengobrol.

"Hei. Halo, namaku Chu Jimin. Kau siapa?" Orang itu sedikit menepuk bahu Daniel.

"ah? Oh, Namaku ... Daniel."

Orang bernama Jimin itu tersenyum lucu. "Namamu bagus sekali. Ayahmu melakukan pekerjaan yang baik."

Ucapan Jimin secara tak sadar membuat Daniel menjadi sedikit canggung. "Emm ... Terimakasih."

"Oh! Omong-omong ... " Daniel menoleh, lelaki bernama Jimin itu mendekatkan wajahnya pada Daniel yang membuat Daniel spontan mundur. Lalu ia menutup mulutnya yang terlihat oleh orang lain dengan tangan kanannya, ia juga sempat melirik sekitar. "Aku seorang pembaca mimpi."

Daniel hampir saja tertawa jika tidak ingat bahwa ini adalah tempat umum, jadi ia berusaha untuk senormal mungkin. "Oh ya?"

Jimin mengangguk mantap. "Apa mimpimu malam tadi?"

"Aku bermimpi digigit Anaconda." jawab Daniel.

"Apakah sakit?"

Daniel mengangguk, "Sangat Sakit."

Lelaki Chu itu tersenyum tulus, "Kau akan bertemu dengan orang yang selama ini kau rindukkan."

Daniel merenung, apa maksud orang ini? Suara bel bis berbunyi menandakan ada seseorang yang akan turun, dan itu ternyata Jimin. Sebelum Jimin benar-benar pergi, ia sempat berbisik.

"Jangan terlalu bimbang, pilih saja yang menurutmu penting. Saran Euijoo salah satunya."

Apa-apaan itu?!

Dia ini penafsir mimpi atau peramal. Aneh!

Daniel berusaha melupakan apa yang orang tadi katakan. Jadi ia memalingkan wajahnya kekanan. Namun saat ia telah sepenuhnya menoleh, Daniel melihat seseorang yang familiar tengah berjalan menggunakan baju pasien rumah sakit. Seketetika Daniel tersadar bahwa itu adalah Sunoo.

Ia sangat terkejut sampai tak bisa berkata-kata. Ia memerhatikan Sunoo yang sedang berjalan sampai ia tak bisa melihat Sunoo lagi karena bis semakin menjauh.

Lalu Daniel duduk kembali. Seketika ia teringat perkataan Taeyong tadi.

"Bukannya Sunoo hyung dirawat?"

••• Mother •••

Note:

Gilak, gilak, makin gak jelas ni cerita😭

Btw, aku sedih Takiiiii😭
And Happy Birthday Byun Euijoo a.k.a bang EJ 🎊
Telat sehari sih tapi gak papa🙃
Pokoknya Euijoo nanti debut bareng Taki taun depan. Titik!

MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang