Suara laju mobil terdengar ramai pagi ini. Daniel telah duduk manis di kursi samping pengemudi. Anak itu mendongak, menatap langit yang agak mendung. Pohon-pohon mulai putih seiring menumpuknya salju. Udara diluar juga dingin, sedingin hati Daniel.
Daniel melirik orang yang baru saja masuk mobil tepat di samping kirinya. Itu Hanbin. Salah satu orang yang tinggal di panti asuhan tempat Daniel tinggal. "Nah, jadi kau bawa apa?"
"Kue." Jawab Daniel dingin, sembari menyenderkan kepalanya pada jendela mobil.
Pria asal Vietnam itu menghela nafas, memang dibutuhkan kesabaran yang extra jika bersama anak ini. Pria itu menoleh kebelakang dan mendapati sebuah paper bag. Bisa dipastikan itu adalah kue yang dikatakan oleh Daniel.
"Kue buatan Kei hyung?" Daniel mengangguk sambil tak melepaskan pandangannya dari langit. Membuat Hanbin lagi-lagi menghela nafas.
"Baiklah, mari berangkat." Tak lama kemudian mobil melaju, meninggalkan rumah yang selama lima tahun ini Daniel tinggali. Panti asuhan Belift.
Sepanjang perjalanan hanya sepi yang terjadi. Hanya hening yang menyelimuti. Tak ada yang memulai percakapan, padahal ini sudah hampir setengah jam perjalanan.
Bukan hal yang aneh jika Daniel sedikit pendiam, anak itu memang lembut, bahkan sangat lembut. Sampai di titik dimana menjadikannya rapuh. Sangat rapuh. Seperti kayu yang terus terkena air hujan. Seperti itulah kondisi Daniel saat ini.
Meski sekarang kayu itu telah lama tak diguyur hujan, entah kenapa kayu itu masih saja lapuk. Masih saja rapuh. Masih saja mudah patah.
Pikiran Daniel melayang pada tujuh tahun lalu, saat dimana ia dan sang Ibu merayakan Ulang tahun Ibu. Saat itu Daniel tak tahu bahwa hari itu adalah hari terakhir mereka bisa merayakan hari ulang tahun sang Ibu.
Setelah saat itu, tepatnya satu bulan setelah itu, hidup Daniel kacau. Tak ada yang baik. Semua berantakan. Dan itulah yang membuat Daniel rapuh. Meski sudah tujuh tahun berlalu.
Karena bosan, Hanbin akhirnya menyalakan radio. Daniel menoleh saat lagu yang dimainkan adalah lagu 'Mom', lagu yang pernah dicover oleh Seokjin, salah satu pengurus panti.
Suara alunan piano yang lembut ditambah suara Seokjin yang terdengar tulus membuat Daniel mengeluarkan air mata. Ia yang sebelumnya menatap radio kini beralih menatap jendela. Disaat yang bersamaan saat chorus terdengar, tangis Daniel pecah. Membuat Hanbin menoleh dan menjadi panik.
"loh, Daniel? kenapa?" tanya Hanbin sambil sesekali menoleh pada Daniel. Namun bukannya menjawab, tangis Daniel malah semakin menjadi.
Seiring lagu mengalun, Daniel semakin terisak. Bahunya naik turun tak beraturan, suara isakkannya pun terdengar rintih. Sungguh sesak Hanbin dibuatnya.
Mau tak mau, Hanbin akhirnya menepi. Membiarkan Daniel menangis sepuasnya. Hingga Hanbin akhirnya mendekap Daniel. Menyalurkan rasa hangat pada anak berumur empatbelas tahun itu. Sampai tangis Daniel akhirnya perlahan mulai mereda.
Diujung tangisnya, Daniel berucap dengan rintihan. Mengucapkan kata yang semakin membuat hati Hanbin pilu. Membuat pria duapuluh dua tahun itu mendekap Daniel lebih dalam lalu menangis.
"Mom ..."
••• Mother •••
Daniel berdiri di tepi sebuah danau. Tatapan laranya menambah kesan bahwa dirinya memang kesepian. Angin dingin bulan Desember menerpa lembut wajah Daniel, seakan memberi ucapan selamat datang. Kedua tangannya memegang sebuah kue ulang tahun dengan lilin diatasnya.
Area bibir danau sepi saat ini. Hanya ada Daniel yang berdiri ditepi danau juga Hanbin yang menunggu di dekat mobil. Pria itu memberi kesempatan Daniel untuk sendiri.
Sebenarnya, Daniel tak kuat berada disini. Peristiwa tujuh tahun lalu membuatnya trauma akan genangan air yang sangat banyak. Seperti Danau, Sungai dan Lautan. Bahkan kolam berenang sekalipun.
Tapi demi Ibunya, Daniel akan kuat. Selamanya ia akan kuat jika itu bersangkutan dengan ibunya. Karena ibunyalah, satu satunya wanita yang sangat ia cintai.
Pandangan Daniel tertuju pada satu titik. Titik dimana semua yang indah berakhir begitu saja. Seakan semua hanya halusinasi seorang anak yang baru beranjak remaja.
Daniel merogoh sakunya, mengeluarkan korek api yang sudah ia persiapkan. Ini saatnya. Anak itu menyalakan api dan menyalakan lilin. Semua kenangan itu terlintas dipikirannya. Suara lembut Ibu yang selalu bisa membuatnya tenang. Kue cokelat yang manis nan lembut. Juga pelukan yang selama ini ia rindukan.
Daniel tersenyum tulus, senyum yang hanya akan ia berikan kepada ibunda tercinta. padangan Daniel mulai kabur, dadanya sesak tapi bahagia disaat yang bersamaan. Ia menangis.
Seakan melihat sang Ibu, Daniel semakin tersenyum lebar. Ia melirik jam yang menunjukkan pukul sepuluh pagi. Saat itulah waktu yang dinanti Daniel tiba. Ia meniup lilin perlahan, merasakan setiap hembusan yang keluar. Lalu menatap Danau itu lembut.
"Happy Birthday, Mom ... I love you ..."
Lalu, hari hari penuh derita pun dimulai.••• Mother •••
Note:
Halooo.. Maaf baru update😭Seneng banget aku Daniel dan Sunoo masuk I-LAND Part 2😭
Aku tadi nangis gegara nonton itu di Youtube (nonton fullnya nunggu sub indo heheh)Anyway, makasih udah mampir💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother
Short Story[discontinued] Daniel tak pernah mengira bahwa semua berlalu begitu cepat. Seakan baru saja kemarin semua terjadi dan sekarang sudah tujuh tahun sejak tragedi itu. "I love you, Mom ..." -au, angst -Daniel I-LAND kimheuning, 2020 zachwafr