1. Lucky Package

5.6K 203 1
                                    

Sore itu, tiga minggu setelah pertemuanku yang tidak disengaja dengan Harry Styles, aku berbaring di kamarku, sambil sibuk membaca novel yang baru saja kubeli. Novel percintaan remaja yang sebenarnya sangat tidak kusukai (aku sangat tidak menyukai cerita-cerita romantis yang mengharukan). Namun sepertinya peremuanku dengan Harry Styles sudah cukup merubah kepribadianku sedikit; aku jadi sedikit penasaran dengan yang namanya kisah cinta romantis. Bahkan, untuk pertama kalinya, aku ingin sekali bisa merasakan bagaimana rasanya menjalin hubungan romantis.

"Carly!" terdengar suara Mum memanggilku, membuyarkan konsentrasiku. Aku menggerutu, merasa terganggu.

"Ada apa, Mum?" sahutku, sambil berusaha bangkit dari kasur. Aku harus menghapiri Mum jika Mum memanggilku, karena jika tidak, Mum akan marah dan meledak-ledak. Well, tidak meledak juga sebenarnya. Tapi bisa kau bayangkan, kan?

"Antarkan pesanan ini, ya, honey. Antarkan ke alamat ini." jelas Mum, to the point, saat aku baru saja sampai di tempatnya berdiri sekarang.

"Apa ini, Mum? Bom?" tanyaku malas.

"Tentu bukan, bodoh," balas Mum, yang membuatku memutar kedua mataku. "Ini pesanan dari pelanggan setia kita. Oh, cepatlah, sayang, pelanggan adalah raja!" seru Mum sambil menyodorkan bingkisan yang cukup besar dan beraroma sedap.

"Tapi, Mum, dari sekian banyak karyawan tukang antar Mum, kenapa aku? Aku anak Mum, bukan karyawanmu." Sahutku, sambil cemberut.

"Ted, Will, dan Bob sedang sibuk mengantarkan pesanan lainnya. Ayolah cepat, cepat. Ganti bajumu. Kau tidak akan mau mengantarkan pesanan dengan baju seperti itu, kan." Mum menunjuk baju kaos rumahku yang cukup dekil. Aku memutar bola mataku lagi.

"Oke, oke, Mum, tenang. Pesanan pasti sampai." Jawabku sambil berjalan memasuki kamar, dan mengganti bajuku dengan baju yang sedikit lebih pantas. Aku mengambil sweatshirt dan celana jeans favoritku, dan memakainya. Rambut cokelat panjangku, kukucir agar tidak kusut tertiup angin bulan November yang cukup keras. Aku mengambil bingkisan tadi, memakai sepatuku, dan berjalan ke luar rumah.

Mum memiliki usaha catering yang cukup terkenal. Mum memiliki sebuah rumah yang digunakan sebagai dapur untuk memasak pesanan. Namun, kadangkali, Mum sendiri turun tangan memasak masakan pesanan di rumah untuk pesanan yang baginya, merupakan pesanan spesial.

Aku menoleh ke arah kertas pesanan. Tidak ada nama pemesannya, yang ada hanyalah alamat rumahnya. Bagaimana bisa aku mengantarkan pesanan tanpa nama? Mum sudah gila, batinku.

Untung saja alamatnya tidak terlalu jauh dari rumahku. Baru sekitar 10 menit aku berjalan, aku sudah hampir sampai di rumah atau lokasi tujuanku. Aku mencari-cari tempat tujuanku, hingga akhirnya aku sampai di depan pagar yang memagari rumah putih besar dan halaman yang cukup luas. Ini rumah atau mansion? Batinku, merasa sedikit norak.

Aku mencari-cari bel rumah ini, yang akhirnya kutemukan di tembok sebelah kanan pagar. Aku memencet belnya. Tiga menit. Lima menit. Tidak ada respon.

Tidak sabar, aku menekan belnya lagi, berkali-kali.

Tidak ada respon juga.

Aku menggerutu. Bagaimana jika orang ini hanya mengerjai Mum? Pelanggan gila, pelanggan gila.

"HELLO?! PESANANMU DI SINI! JIKA KAU TIDAK KELUAR JUGA, AKU AKAN MEMAKAN PESANAN INI DI DEPAN MATAMU DAN MEMBIARKANMU MENANGIS KELAPARAN." Teriakku keras-keras dengan perasaan jengkel karena sudah capek menunggu. Aku berbalik membelakangi pagar, menyender.

I Got You [harry styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang