*Harry Styles' Point of View*
Aku membuka mataku yang terasa berat karena terlalu lama terpejam. Sudah berapa lama aku tertidur?
Aku meregangkan tubuhku, dan mengucek mataku, menghilangkan kotoran yang bersarang di mataku. Setelah selesai mengumpulkan nyawaku, aku membuka mataku dengan lebar, dan menyadari kalau aku tidak mengenal tempat ini.
Aku tidur semalaman di tempat asing ini, dan aku sama sekali tidak tahu di mana ini, atau ruangan apa ini, atau kamar siapa ini. Apakah aku diculik? Atau apa?
Dan seketika, ingatanku muncul lagi. Ah, ya, aku sekarang berada di apartemen milik Taylor. Aku sudah menginap di sini selama dua hari, dan aku tidak tahu kenapa aku mau saja diajaknya untuk bermalam dan menginap di sini.
Aku menoleh ke sebelahku, dan menyadari bahwa Taylor tidur sekasur denganku. Mataku membelalak, menyadari kalau Taylor hanya memakai bra, tanpa kaus atau baju lainnya, dan aku hanya memakai boxerku.
What the hell, Harry?
Aku bangun dari tempat tidur dengan panik. Aku tidak ingin ada di sini, aku tidak ingin di sini, aku ingin di penthouse bersama The Boys dan Carly—
Tunggu. Carly.
Astaga.
Aku baru ingat. Astaga, aku baru ingat kalau aku berjanji padanya aku akan menemuinya pukul 10 malam, dua hari yang lalu, karena ia ingin membicarakan sesuatu padaku. Aku baru ingat. Dengan tergesa-gesa aku bangun dari tempat tidurku, mengambil baju dan celanaku yang berserakan di lantai, memakainya dengan kecepatan tinggi.
"Hmm ... Harry? Is that you?" terdengar suara mengantuk Taylor memanggilku. Aku menoleh ke arahnya, yang masih sibuk meregangkan tubuhnya. "Harry, apa yang kau—Astaga! Kenapa aku tidak memakai baju?!" teriaknya keras, terkejut.
"Aku juga tidak tahu, aku tidak tahu, aku lupa segalanya!" balasku berteriak. Aku melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 10 pagi, dan bergegas berjalan ke arah pintu dengan cepat.
"Harry Styles, jangan pernah meninggalkanku jika aku sedang berbicara!" seru Taylor, bangun dari tempat tidurnya dan menyelimuti tubuhnya yang setengah telanjang itu menggunakan selimut. Ia berjalan ke arahku dan menarik tanganku.
"Apa yang kita lakukan semalam?" desisnya. Aku hanya menggelengkan kepalaku dengan bingung. "Aku tidak tahu, sungguh. Aku juga terkejut saat aku melihat kau di sebelahku ... half naked." Jawabku jujur.
"Harry ... astaga, jangan sampai seluruh dunia tahu kalau kita ..."
"Tenang saja, aku tidak akan berkeliling dunia dan mengatakan 'hey, I fucked Taylor Swift' pada setiap orang yang kutemui." Jawabku asal. Ia mengerutkan dahinya, dan memukul lenganku pelan.
"Apapun yang terjadi, kita tetap berteman. Oke? Kita tetap teman, tidak lebih." Kata Taylor sambil tersenyum. Aku membalas senyumannya. Ia sebenarnya wanita yang sangat baik, aku sampai heran, kenapa banyak sekali yang membencinya? Mungkin jika aku tidak memiliki perasaan pada Carly, aku akan mengencani Taylor. Tapi sayangnya, kali ini, hanya Carly yang bertengger terus di pikiranku.
"Aku ingin pulang, Tay, berhentilah memandangi dan memegangi tanganku." Kataku. Taylor gelagapan, dan membuang mukanya. Aku terkikik.
"Um ... apa kau ingin kusediakan mobil untuk pulang? Kau tidak boleh pergi berkeliaran di New York sendirian, New York mengerikan." Tawar Taylor. Aku berpikir sejenak, sampai akhirnya aku mengangguk. "Sounds good."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Got You [harry styles]
Fiksi Penggemar(UNDER EDITING) [BOOK ONE] "And in the end, I know that you'll always be mine, Carly. I got you." (Book Two: Diamonds Aren't Forever) © 2012-2014 adorkablejudey All Rights Reserved.