*Carly's Point of View*
Setelah menghabiskan waktu berhari-hari menangis di dalam kamar dan dihibur oleh Niall, Zayn, Louis, dan Liam, aku memutuskan untuk berhenti menangis dan mulai pergi ke luar rumah. Aku sedang berada di New York dan aku malah berdiam diri di kamar, menangis seperti anak muda yang labil. Aku tidak pernah lebih menyesal daripada ini.
Aku mulai berani untuk pergi ke luar kamar dan mengobrol di kamar Niall dan Zayn, bercanda-canda dan menghabiskan waktu bersama. Mereka berusaha sebisa mereka untuk membantuku melupakan orang itu (aku masih belum bisa menyebutkan namanya, Oh, call me exaggerating things), aku tahu itu. Bahkan kami sempat kejar-kejaran di kamar, saling ledek meledek, hingga akhirnya aku dan Niall terjatuh dengan posisi yang sangat klise (aku terjatuh di atas Niall, ya, aku tahu, terlihat seperti sangat dramatis memang, tapi itulah yang terjadi).
Bahkan kami merencanakan suatu rencana untuk membuat Liam dan Danielle yang sudah putus, untuk berpacaran kembali. Aku bukan orang yang pro dalam masalah percintaan, tapi aku tahu sekali kalau Liam masih sangat menyayangi Danielle. Aku pernah memergokinya sedang memandangi sweater pemberiannya, dan bahkan tidur sambil memeluknya. Dan terkadang ia menghirup sweater tersebut, sepertinya untuk memastikan kalau aroma tubuh Danielle masih melekat di sweater itu.
Aku benar-benar seperti mata-mata.
Hari ini aku memutuskan untuk jogging bersama Eleanor yang kebetulan sedang menginap di penthouse kami. Setelah kau patah hati karena lelaki brengsek, hal pertama yang harus kau lakukan adalah: memanjakan dirimu sendiri dan berolahraga, supaya kau menjadi 1000 kali lebih hot, dan membuat orang itu menyesal telah mematahkan hatimu.
"Are you okay, Carly?" tanya Eleanor sambil terus berlari pelan. Aku menggigit bibir bawahku, meyakinkan diriku sendiri kalau aku baik-baik saja.
"I'm totally fine, Ele." Jawabku sembari mencoba tersenyum, tapi sepertinya gagal. Ele memandangku dengan pandangan penuh simpati.
"Kau itu gadis yang kuat, Carly. Aku tahu kau sama sekali tidak baik-baik saja, tapi kau mencoba menutupi semuanya, dan kau emmang benar-benar ingin merasa baik-baik saja. I adore you for that." Komentarnya. Ia merangkulku dan memelukku.
"You? You adore me? Yang ada harusnya aku yang mengagumimu, Ele, bukan kau." Sanggahku.
"Kalau aku berada di posisimu, belum tentu aku bisa sepertimu, Carly. Kau tidak membiarkan dirimu berlarut-larut dalam kesedihan, in fact, kau terus mencoba untuk keluar dari kesedihanmu. How can I not adore you for that?" jelas Eleanor. Aku hanya tersenyum kecil, merasa tersanjung dengan pujian Eleanor. Seorang Eleanor Calder, memujiku?! Damn, it's insane.
"Bagaimana kalau kita berhenti membahas hal ini? Aku merasa seperti orang yang lemah sekali." Kataku. Eleanor hanya tersenyum dan mengangguk, lalu mulai berlari pelan lagi.
"Aku, Zayn, dan Niall memiliki sebuah rencana untuk menyatukan Liam dan Danielle lagi." Ujarku, membuat Eleanor berhenti dari larinya dan menatapku dengan ekspresi senang.
"Benarkah?"
"Ya, tentu saja, mana mungkin aku bohong."
"Ceritakan padaku rencana kalian. I get a feeling that it's going to be a good plan."
Dan aku menceritakannya rencana kita.
***
Setelah beberapa hari yang lalu kami mengabari Perrie soal rencana kami, dan ia setuju, Eleanor dan Perrie akhirnya menelepon Danielle dan mengajak Danielle untuk berlibur di sini. Dan, thanks for the good luck, Danielle setuju. Danielle akan sampai di New York hari ini, kami bertiga akan menjemputnya di bandara John F. Kennedy. Oh, dan rencana itu akan kita laksanakan hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Got You [harry styles]
Fanfiction(UNDER EDITING) [BOOK ONE] "And in the end, I know that you'll always be mine, Carly. I got you." (Book Two: Diamonds Aren't Forever) © 2012-2014 adorkablejudey All Rights Reserved.